ORANGUTAN MEMO ANOREKSIA

Orangutan Memo kembali anoreksia alias mengalami penurunan nafsu makan. Seperti biasanya gejala ini diikuti dengan pergerakan yang pasif, tidak ada defikasi (buang air besar). Tentu saja tim medis BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) langsung bertindak dengan segala cara agar Memo mau makan. Mulai dari pilihan makanan yang biasanya disukainya sampai menungguin Memo makan. Tapi Memo bukanlah orangutan yang suka dengan keberadaan manusia. Lagi-lagi tim hanya bisa mengamati Memo dari kejauhan.

“Memo memang sering mengalami kondisi seperti ini. Kami sering mendapati Memo hanya diam saja di hammocknya. Sesekali menoleh ketika dipanggil, tapi juga sering mengabaikan panggilan itu. Beberapa kali dengan kondisi seperti itu, kami menjumpai darah di lantai kandang. Mungkin itu saatnya dia menstruasi”, ujar Yudiar Ardianto.

Memo terlihat semakin lemas dan pucat. Tim memberikan rekayasa pakan dengan memberikan buah yang ditambah madu, beberapa buah juga dicampur vitamin agar kondisi Memo dapat bertahan. Secara berkala perawat satwa patroli ke kandangnya dan melaporkan kondisi Memo. Tiga hari setelah kondisi yang sangat memprihatinkan ini, orangutan Memo mulai bergerak dari hammock, nafsu makan mulai kembali namun masih belum ditemukan kotorannya. Semoga Memo cepat kembali pulih dan beraktivitas kembali. (YUD)

TIM ITPCOP KUNJUNGI SDN 19 RAMBAH LANAI SONTANG

Senin pagi di akhir bulan, Nagari Sontang Cubadak diguyur hujan nan lebat. Baru sekitar jam 08.00 hujan mereda dan tim pun berangkat menuju SDN 19 Rambah Lanai, tepatnya di Kejorongan Binubu Kubu Gadang, Sumatra Barat untuk kegiatan edukasi bersama siswa-siswi di sekolah tersebut. Sambutan staf dan guru sangat baik dan cekatan dalam mempersiapkan kelas serta perlengkapan yang dibutuhkan.

Dari total 6 kelas, kami terpaksa membagi tiga sesi yang terdiri dari 2 kelas. Untuk anak SD tentu saja durasi pertemuan dibuat efektif dan efisien. Ini jadi tantangan tersendiri buat tim ITPCOP untuk menjelaskan orangutan, harimau dan satwa liar endemik Sumatra dan bagaimana menjaga satwa liar agar tidak punah.

Antusiasnya anak-anak sempat membuat tim kewalahan. “Setiap pertanyaan yang kami berikan, hampir semua anak mengangkat tangan untuk menjawab. Ini bukti bahwa materi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa”, ujar Reva Waskito salah satu anggota tim PAGARI (Patroli Nagari) yang telah melakukan patroli sejak awal tahun 2022 ini. Semoga sedikit pengetahun ini menjadi bekal untuk mereka belajar tentang pentingnya menjaga satwa liar dan habitatnya agar tetap lestari. (REV)

MELESTARIKAN MERAK HIJAU DI AFRIKANYA INDONESIA

Pelepasliaran 8 Merak Hijau atau Pavo muticus yang berasal dari Yogyakarta berlangsung dengan sangat baik dan lancar di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur pada Senin, 29 Agustus 2022. Merak Hijau ini berasal dari sitaan dari Polda D.I Yogyakarta yang kemudian diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta.

Tim APE Warrior COP berangkat dari camp menjemput 2 Merak Hijau di kantor Seksi II BKSDA Yogyakarta kemudian dilanjutkan menjemput 6 Merak Hijau di Hutan Wanagama, Gunungkidul. Sesampainya di TN Baluran, kedelapan Merak Hijau dipindahkan ke kandang habituasi. Habituasi dilakukan agar merak dapat menyiapkan diri dengan cuaca serta iklim yang berbeda dari tempat sebelumnya. Sehingga memudahkan merak melakukan observasi saat dirilis. Selama habituasi ini pula, tim APE Warrior yang terdiri dari Orangufriends melakukan pengecekan dan monitoring setiap tiga jam sekali untuk memastikan merak hijau dalam kondisi sehat dan prima saat dirilis nanti. Tidak lupa pemberian pakan dan minumnya untuk memenuhi nutrisi prapelepasliaran.

Pelepasliaran diawali dengan apel disertai doa untuk keberlangsungan juga kelestarian satwa liar di Indonesia khususnya pada merak hijau. Beberapa instansi yang hadir pada pelepasliaran ini yakni, Balai Taman Nasional Baluran, BKSDA Yogyakarta, Polda D. I Yogyakarta, Copenhagen Zoo dan beberapa rekan pewarta. “Proses pelepasliaran merak hijau berlangsung dengan baik meskipun ada dua yang tidak mau keluar dari kandang habituasi. Sedangkan yang lainnya bisa dibilang langsung tancap gas untuk menyapa rumah barunya”, ujar Amanda Rahma, Orangufriends Yogya.

Pelepasliaran Merak Hijau ini ditujukan untuk melestarikan spesies Merak Hijau dari ancaman kepunahan dan membangun kesadaran akan kelestarian satwa liar asli Indonesia. Meskipun persebaran merak hijau tidak hanya terdapat di Indonesia, namun saat ini status merak hijau adalah terancam punah atau endagered menurut IUCN. Satwa liar #dihutanaja (SAT)