PAGI, SIANG, SORE DI PULAU PRA PELEPASLIARAN HAGAR

Tak terasa hampir mendekati empat bulan sudah, apa kabar dengan orangutan yang dilepasliarkan di Kecamatan Busang, tepatnya di pulau kecil Sungai Menyuk, ya orangutan Ucokwati dan Mungil merupakan ibu dan anaknya yang telah dilepasliarkan oleh tim APE Guardian dibantu oleh tim APE Defender yang bekerjasama dengan BKSDA Kaltim di pulau pra pelepasliaran Hagar pada tanggal 18 April 2022. Kegiatan pra pelepasliaran ini bertujuan untuk melatih orangutan untuk survive di alam agar dapat hidup liar di habitat aslinya. Tahapan ini merupakan tahap terakhir bagi orangutan untuk mengembalikan sifat liar dan istingnya untuk bertahan hidup di alam liar. 

Sinar matahari pagi yang memancar di pepohonan selalu membangunkan orangutan Ucokwati dan Mungil dari tidur panjangnya. Memulai pagi dengan travelling dari satu pohon lain merupakan rutinitas yang selalu dilakukan oleh orangutan ini, sebelum datang waktu feeding pagi biasanya Ucok dan Mungil travelling sambil mencari makan, bisanya sarapan pagi diawali dengan memakan tunas muda dari beberapa tumbuhan diantaranya tunas bambu dan tunas daun dari pohon bayur atau disebut juga pohon kidau di daerah setempat, sesekali bagian kulit dari pohon kidau menjadi alternatif pakan yang menjadi santapan oleh Ucokwati dan Mungil. 

Siang merupakan waktu istirahat sejenak yang kadang dilakukan untuk melepas kepenatan oleh Ucokwati dan Mungil setelah melakukan kegiatan travelling dan feeding pagi. Siang menjelang sore merupakan waktu yang dimanfaatkan untuk bermain, tak jarang Ucokwati dan Mungil juga bermain bersama di pinggiran sungai hilir hingga hulu pulau pra-pelepasliaran. Mendekati sore hari Ucokwati dan Mungil biasanya travelling sambil mencari makan untuk mengisi perut sebelum datangnya waktu malam yang panjang.

Sore menjelang malam sekitar jam 17.30 merupakan waktu yang paling sibuk bagi Mungil membuat sarang untuk persiapan beristirahat dan tidur pada malam hari karena Mungil hampir lebih sering membuat sarang baru dan mempunyai banyak sarang ketimbang Ucokwati yang setia dengan sarangnya yang merupakan renovasi sarang dari bekas tumbuhan epifit yang menempel di pohon kidau pada ketinggian sekitar 30 meter. (RAN)

PENCURI NUTRISI DI USUS ORANGUTAN

Tahukah kamu ada parasit yang memanfaatkan usus sebagai rumahnya? Salah satu parasit itu adalah Hymenolepsis sp. yang merupakan cacing kelas cestoda yaitu cacing parasit dengan bentuk badan pipih dan bersegmen-segmen. Parasit ini akan menjadikan usus halus sebagai tempat tinggal untuk menjadi dewasa dan bereproduksi secara seksual. Sering kali parasit ini berada di rodensia seperti tikus dan hamster, ditemukan juga di non human primata seperti orangutan dan juga menjadi salah satu infeksi cacing pita yang biasa terjadi pada manusia di seluruh penjuru dunia. Infeksi Hymenolepsis sp akan menyebabkan penyakit Hymenolepsiasis.

Cacing Hymenolepsis sp. yang dijumpai di orangutan akan menimbulkan gejala yang bersifat subklinis pada orangutan dewasa, sedangkan pada orangutan muda dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan hingga kematian. Sama halnya pada manusia, tidak ada gejala tertentu pada manusia dewasa,namun jika infeksi terjadi secara berkepanjangan pada anak kecil, parasit ini dapat menyebabkan diare yang dapat disertai dengan darah, gatal pada area dubur, kenaikan maupun penurunan nafsu makan, sakit kepala, sakit perut, muntah-muntah bahkan penurunan berat badan.

Penularan Hymenolepiasis pada orangutan terjadi ketika orangutan memakan tanah yang terkontaminasi telur cacing Hymenolepsis sp. “Betul, dia bersifat zoonosis, hewan yang terinfeksi bisa menularkan ke manusia begitu pun sebaliknya. Manusia yang terinfeksi bisa menularkan ke hewan. Sedangkan penularan pada manusia, terjadi ketika manusia memakan makanan dan minuman yang terkontaminasi”, jelas Miftachul Hanifah, paramedis orangutan di BORA.

Feses rodensia dan primata yang terinfeksi dapat membuat makanan, air dan tanah terkontaminasi. Penularan Hymenolepiasis bisa terjadi secara autoinfeksi dengan tertelannya telur cacing yang menempel pada jari, makanan air maupun tanah. Bisa juga dengan tidak sengaja menelan serangga seperti kutu beras atau kumbang yang telan menelan telur cacing sehingga di dalam serangga tersebut terdapat larva cacing yang hidup. Telur cacing yang tertelan oleh rodensia, primata dan manusia akan menetas di dalam usus halus lalu akan tumbuh menjadi larva lalu menjadi cacing dewasa sedangkan larva pada serangga yang tertelan akan berkembang dalam usus halus menjadi cacing dewasa. Cacing Hymenolepsis sp di usus halus tidak hanya tinggal saja namun cacing ini akan menganggu penyerapan nutrisi yang dibuthkan tubuh dengan cara memakan nutrisi yang ada dalam usus halus. Cacing ini memerlukan nutrisi untuk tumbuh dan bereproduksi di dalam usu halus.

Jadi, bagaimana cara mencegah agar kita bisa terhindar dari cacing Hymenolepsis sp ini, serasa tidak mungkin ya? Karena telur cacingnya bersifat mikroskopis dan kita tidak akan bisa melihat dengan kasat mata apabila makanan dan minuman yang kita konsumsi itu terkontaminasi, kita juga tidak bisa mengontrol penyebaran feses hewan yang bisa membuat makanan, air dan tanah terkontaminasi. Apabila di jari tangan menempel telur cacing ini pun pasti kita tidak sadar. 

Tenang… masih ada cara kok untuk terhindar dari infeksi Hymenolepsis sp ini. Terapkan hal-hal berikut ini ya. Pertama cuci bersih buah dan sayuran, Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet, cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan. Stop kebiasaan menyentuh-nyentuh hidung dan mulut serta hentikan kebiasaan memasukkan jari ke mulut ataupun menggigit-gigit kuku jari. (TAT)

Sumber:

– Parasite in Humans Find the Nastiest Parasite in Human (https://www.parasitesinhumans.org/hymenolepis-nana-dwarf-tapeworm.html)

– Diagnostic Parasitology for Veterinary Technicians 4th  edition (Charles M. Hendrix Ed Robinson Tahun 2012

– Veterinary Clinical Parasitology (Anne M. Zajac etc tahun 2021)

SCHOOL VISIT DI PAUD SEKOLAH ALAM YAYASAN SEMANGAT BANGSA

Pagi yang cerah di hari Selasa, tepat pukul 08.30 WIB tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan menuju Sekolah Alam Yayasan Semangat Bangsa. Afin, Mahdiyyah, Maryam, Iqbal dan Lulu akan berbagi cerita di PAUD yang mana sehari sebelumnya Orangufriends Medan telah melaksanakannya di jenjang SD.

Tepat pukul 09.00 WIB, tim telah sampai di sekolah, nampaknya anak-anak yang kurang lebih berjumlah 20 anak sudah menunggu kedatangan kami. Para guru mempersilahkan kami untuk masuk ke ruangan, kemudian dilanjutkan perkenalan dan penyampaian materi.

Melalui dongeng, materi orangutan dan habitatnya menjadi lebih ringan dan komunikatif. Sesekali anak-anak menimpali dialog yang disampaikan. Setelah mendongeng selesai, permainan bermain tepuk-tepuk serta bernyanyi untuk mengembalikan semangat anak-anak. 

Pada akhir kegiatan, tim melakukan fun experience dengan mengajak anak-anak untuk “tos” dengan boneka Orangutan jika menganggap orangutan itu lucu dan “peluk” boneka Orangutan jika menganggap Orangutan perlu untuk dilindungi. Hasilnya? “Banyak anak-anak yang mememilih untuk tos, tapi banyak pula yang memeluk. Bahkan terdapat pula yang melakukan keduanya”, kata Dita, COP Academy yang sedang magang di tim APE Sentinel, Medan. (Dita_COPAcademy)