MASKER AND GLOVES FOR WRC JOGJA

“It’s not for salad…”, said Liany to Orangufriends jokingly. So happy that there are people helps lift 97 kg of orangutans’ food. “How can I not be tested, the cucumber is so fresh, the papaya is still hard even though it starts turn yellow. The pineapple is also has a good smell. But that’s for orangutans.”.

Thursday afternoon, after shopping for mustard greens, tomato, corn, guava and the other fruits, the APE Warrior team together with Orangufriends deliver them to the Wildlife Rescue Center Jogja. “Don’t forget the masks and gloves. It’s time to be delivered.”, said Liany D. Suwito, coordinator of animal assistance affected by the COVID-19 pandemic.

There are seven orangutans that are very depends on human at WRC Jogja. WRC Jogja is one of the Conservation Institutions affected by the corona pandemic because the paid volunteer program can not going well according to the plan. The Centre for Orangutan Protection along with IFAW support is helping the seven orangutans. For those of you, who want to help, kindly go to https://kitabisa.com/campaign/orangindo4orangutan or to our BNI Bank account 0137088800

MASKER DAN SARUNG TANGAN MEDIS UNTUR YKAY

“Ini bukan untuk rujakan ya…”, canda Liany ke orangufriends. Senang sekali ada yang bantuin mengangkat 97 kg pakan orangutan. “Bagaimana tidak tergoda, timunnya segar-segar, pepaya juga masih keras walau mulai menguning. Nenasnya juga harum. Tapi itu untuk orangutan loh.”.

Kamis siang, usai berbelanja sawi, tomat, jagung, jambu merah dan buah lainnya, tim APE Warrior bersama Orangufriends mengantarnya ke Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta. “Jangan lupa masker dan gloves nya. Waktunya untuk diantar.”, kata Liany D. Suwito, kordinator bantuan satwa terdampak pandemi COVID-19 ini.

Ada tujuh orangutan yang sangat tergantung dengan manusia di YKAY. WRC Jogja atau YKAY adalah salah satu Lembaga Konservasi yang terdampak pandemi corona karena program relawan berbayarnya tidak bisa berjalan sesuai dengan rencana. Centre for Orangutan Protection dengan dukungan IFAW membantu ketujuh orangutan tersebut. Untuk kamu yang ingin membantu juga bisa melalui kitabisa.com atau ke namor rekening BNI cabang Senayan 0137088800 atas nama Pusat Perlindungan Orangutan.

KELEMBAPAN HUTAN MENUNTUT PERAWATAN ALAT

Hujan masih sering turun di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Pusat rehabilitasi yang berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan ini seperti Hutan Hujan Kalimantan lainnya yang memiliki kelembapan yang cukup tinggi. Kelembapan ini membuat tim APE Defender yang berada di COP Borneo bekerja ekstra keras dalam merawat peralatan dan perlengkapan kerja. Tak terkecuali penyimpanan masker medis. 

Sejak pandemi COVID-19, masker medis menjadi barang yang sangat langka. Jika ada, dalam jumlah sangat terbatas dan harga yang hampir tidak masuk akal. Sepuluh kali lipat harga normal bahkan lebih. Centre for Orangutan Protection sampai membuka donasi terbuka untuk memenuhi kebutuhan masker medis yang memang selalu digunakan di COP Borneo. 

Selain masker medis, sarung tangan medis pun ikutan menghilang dari pasaran. COP bersyukur sekali dengan bantuan dari masyarakat luas, baik itu perorangan maupun lembaga. Kiriman datang dan memenuhi kebutuhan untuk sebulan bahkan dua bulan kedepan. 

Kelembapan tinggi di tempat penyimpanan membutuhkan perawatan ekstra. sesekali gudang penyimpanan harus dibuka, diperiksa satu per satu dan dirapikan kembali. Masker, sarung tangan, pelindung wajah bahkan baju dekontaminasi tak luput dari pemeriksaan tim logistik. “Kami sangat menghargai usaha mereka yang telah mengirimkan peralatan untuk melindungi kami maupun orangutan dari berbagai penyakit. Kiriman dari Surabaya, Jakarta, Yogya, Sumatera, Bali, Jepang maupun Australia sangat membantu kami. Kami tidak sendiri.”, ujar Wety Rupiana dari tim APE Defender COP.

MARY YANG SERING PILEK

Pagi ini saat mendekati kandang ku mendengar suara bersin. Dugaanku benar, suara itu berasal dari blok kandang sosialisasi. Ternyata, Mary sedang flu. Ia cukup rentan terkena pilek di antara bayi orangutan lainnya. Tak jarang kawan satu kandangnya yaitu Bonti, Jojo dan Popi tertular flu oleh Mary.

Biasanya kalau sudah begini, drh. Flora akan datang memberi Mary obat flu. Sayangnya, sehabis minum obat, Mary tidak diperbolehkan minum susu. Sungguh malang tatapannya melihat teman sekandangnya mendapat susu. Sedangkan ia… tidak.

Ketika musim hujan dan suhu di sekitar kandang terasa dingin, Mary dan teman sekandangnya terlihat sering berkumpul sambil berpelukan di atas hammock. “Sedih sekali melihatnya, mereka tak seharusnya berada di kandang dan kami merawatnya. Seharusnya mereka berada dalam pelukan ibunya yang hangat. Tolong selamatkan hutan yang merupakan habitat mereka.”, ujar Simson (perawat satwa) lirih. (SIMSON)