BAYI BERUANG MADU KEHILANGAN INDUKNYA UNTUK DIMASAK RICA-RICA

Satu beruang madu jantan mengawali penyelamatan tim APE Defender COP di bulan Februari 2021. Beruang madu yang selalu diberi makan nasi ini akhirnya mendapatkan kesempatan keduanya untuk kembali menjadi satwa liar. Nasi? Ya, Uang begitu nama beruang madu berusia 1,5 tahun ini dipanggil. Sejak matanya belum bisa melihat dengan sempurna, dia harus kehilangan induknya. Induknya diburu dan dijadikan makanan rica-rica. Uang sendiri dipelihara secara ilegal.

“Secara fisik, tubuhnya sehat. Namun konsumsi nasi tentu saja itu bukan pakan alaminya. Diperlukan terapi pakan alami yang cukup ketat agar dia bisa kembali ke alam nantinya. Dia juga tidak suka pada manusia. Ini menjadi nilai lebih untuknya. Semoga Uang bisa hidup lebih baik lagi, tentu saja di habitatnya,” ujar drh. Ray.

Penyelamatan beruang madu ini tidak terlepas dari kerja keras BKSDA SKW I Berau. Beruang madu telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun. Selain perburuan, beruang madu juga harus menghadapi ancaman yang lebih besar lagi yaitu kehilangan habitatnya seperti fragmentasi dan degradasi hutan.

Centre for Orangutan Protection siap membantu BKSDA Kalimantan Timur untuk menyelamat satwa liar endemik Kalimantan tak terkecuali. Besok Senin, BKSDA SKW I Berau, Kaltim juga akan mengevakuasi satwa endemik lainya hasil penyerahan masyarakat. “Jangan pelihara satwa liar!Satwa liar di hutan aja!”. (RAY)

ALUMNI COP SCHOOL BUKA POSKO BANTUAN SATWA DI MAMUJU

Dokter hewan satu ini adalah salah satu orang yang berinisiatif untuk membuka posko bantuan terhadap kesehatan satwa sesaat setelah gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021). Drh. Fikri Ma’ruf namanya, dia seorang alumni COP School batch 7 yang juga jebolan FKH UNAIR, saat ini bertugas sebagai dokter hewan di Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Mamuju.

Posko kesehatan satwa tak hanya membagi pakan satwa namun juga memberikan pelayanan medis gratis untuk satwa yang terdampak gempa. Bersama tim APE Warrior yang telah berpengalaman menangani satwa terdampak bencana alam melakukan street feeding. Sehingga kegiatan ini mendapat apresiasi dari warga karena pada saat satwa peliharaan ditinggal oleh pemiliknya mengungsi, satwa-satwa seperti anjing dan kucing masih mendapatkan perlakuan yang layak dengan adanya street feeding pada pagi dan sore hari.

Semua kegiatan ini dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih oleh drh. Ma’ruf dan timnya demi membantu satwa yang terdampak bencana alam gempa bumi Mamuju. “Tulisan ini didedikasikan untuk para punggawa COP School agar tetap semangat dan terus berjuang demi satwa, baik itu satwa lia maupun satwa domestik,” ujar Ibnu Ashari, alumni COP School batch 1. (NOY)

HARI INI APE WARRIOR MEMBERI MAKAN 353 KUCING DI MAMUJU

Pagi hari penuh semangat diawali dengan hujan deras? Street feeding dari satu perumahan ke perumahan terpaksa ditunda. Namun pukul 09.00 WITA, kami tetap membuka posko pembagian pakan anjing dan kucing di jalan RE Martadinata, Mamuju, Sulawesi Barat. Semenjak posko dipindahkan ke area belakang memang warga yang mengambil pakan jumlahnya menurun cukup jauh. Walau sudah diberikan penanda di depan gerbang untuk mengarahkan warga.

Selain pakan anjing dan kucing warga juga banyak yang mencari pakan ayam dan burung. Namun menurut informasi warga lain sudah ada toko pakan burung yang buka dan melayani pembeli. Maka pada sore kami pun melakukan street feeding sembari mengecek kembali burung-burung yang ditinggal di rumah-rumah warga.

Sepanjang street feeding hari ini, kami memberi makan 46 kucing dengan paket pakan yang dibagikan sebanyak 76 paket untuk 307 kucing dan 4 anjing. Malam ini ditutup dengan kedatangan satu keluarga yang membawa anjingnya dengan kondisi yang cukup kritis dan masih dalam pemantauan. Semoga besok pagi diawali dengan kabar yang lebih baik. (LIA)