KETIKA HARIMAU SUMATRA MASUK KAWASAN BRIN, APE PROTECTOR HADIR DI AGAM

Semuanya berawal pada malam 15 Oktober 2025, ketika kamera CCTV LAPAN BRIN Agam menangkap sosok loreng yang melintas sunyi di antara bayangan. Seekor Harimau Sumatra ternyata masuk dan terjebak di dalam area berpagar beton setinggi dua meter! Tim gabungan dari BKSDA Sumatera Barat, PAGARI, dan COP segera bergerak cepat. Dari atap gedung dan dengan bantuan drone termal, kami memantau setiap sudut, memastikan si raja rimba masih berada di dalam kawasan.

Keesokan harinya, laporan baru pun muncul, sebuah jejak harimau ditemukan di Mudiak Palupuah dan viral di media sosial. Namun setelah diverifikasi, ternyata jejak tersebut merupakan jejak palsu yang dibuat menggunakan telapak tangan manusia. Sambil menenangkan warga, tim terus berjaga di BRIN, memasang tangga dan kamera jebak, serta mencoba menggiring harimau keluar menggunakan suara petasan dan meriam spritus.

Hingga akhirnya, setelah dua hari pemantauan intensif, tanda-tanda keberadaan harimau mulai hilang. Di tembok pagar, tim menemukan bekas cakaran dan beberapa helai rambut oranye-putih, petunjuk bahwa induk dan anak harimau itu telah berhasil keluar dari area terisolasi.

Operasi pun akhirnya dinyatakan selesai. Warga kini bisa beraktivitas kembali, sementara tim pulang dengan satu pelajaran penting, yaitu di antara pagar beton dan suara petasan malam itu, ada momen langka ketika manusia dan alam sama-sama belajar tentang batas, ruang hidup, dan cara saling menjaga. (DIV)

KISAH DARI GARIS DEPAN PENYELAMATAN SATWA

Di tengah teriknya dataran tinggi Yogyakarta, tawa dan obrolan terdengar bersahutan di Camp APE Warrior. Tapi sore itu, udara terasa sedikit berbeda. Camp yang biasanya riuh dengan suara sawah dan canda relawan, kini menyambut tamu-tamu istimewa dari perwakilan KSSL UGM, BKSDA Yogyakarta, Aksi Konservasi Yogyakarta, Sekber PPA DIY, hingga mahasiswa dan warga yang penasaran dengan “Kelas Bulanan” COP, yaitu Dating Apes.

Pada hari Sabtu sore, 18 Oktober 2025, Dating Apes ke-11 ini bukan seperti biasanya. Di antara para tamu, hadir sosok yang membuat suasana mendadak terasa lebih “global”, Jennifer Gardner, Senior Program Disaster dari International Fund for Animal Welfare (IFAW). Ia datang jauh-jauh dari Amerika hanya untuk berbagi satu hal yang jarang dibicarakan, yaitu bagaimana rasanya menjadi penyelamat satwa di tengah bencana.

Tanpa banyak basa-basi, Jennifer memutar sebuah video dokumenter. Di layar kecil di tengah hamparan sawah itu, terpampang potongan realitas dari berbagai penjuru dunia, badai di Karibia, kebakaran di Australia, gempa, banjir, dan kehancuran. Semua orang di camp mendadak hening. Yang terlihat di sana bukan hanya manusia yang kehilangan, tapi juga hewan-hewan yang menjadi korban, tanpa suara, tanpa daya, hanya menunggu tangan yang mau menolong.

Setiap cerita yang Jennifer bagikan membuka mata, bahwa di balik setiap bencana, selalu ada makhluk hidup lain yang berjuang untuk tetap hidup. Bahwa empati bukan sekadar rasa iba, tapi tindakan nyata untuk tidak berpaling.

Sesi tanya jawab pun berjalan panjang, bukan karena waktunya, tapi karena rasa ingin tahu yang seolah tak habis-habis. Bahkan setelah acara selesai, para peserta masih bertahan. Ada yang ingin tahu lebih dalam tentang cara kerja relawan satwa di luar negeri, ada yang sekadar ingin mengucap terima kasih.

Di antara obrolan ringan dan senyum yang tak kunjung pudar, satu hal terasa jelas sore itu, yaitu cinta pada satwa tidak butuh paspor. Hanya butuh hati yang siap turun ke lapangan, bahkan ketika dunia sedang runtuh. (DIT)

JAINUL ATAU JAHILNUL

Setiap individual orangutan memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Jainul orangutan yang sangat nyebelin luar biasa, ia selalu bertingkah yang membuat kita geleng-geleng kepala. Di sekolah hutan ia selalu jahil dengan keeper terutama keeper perempuan, karena tidak takut sama sekali dan tidak ada kapoknya untuk jahil. Kejahilan yang ia sering lakukan adalah menarik boots, menggigit kaki, mengejar-ngejar keeper, mengambil buku pengamatan dirinya maupun punya orangutan lain.

Di suatu hari sekolah hutan, Jainul memulai aksi jahilnya yang membuat kaki keeper cedera.
Janet: “Nov, awas ada Jainul di belakang.”
Keeper Novi langsung berdiri dan berlari menghindari Jainul, tak lama berlari, Novi pun terjatuh karena kakinya tergelincir di permukaan tanah yang tidak rata. “Bruk!”, Novi pun jatuh dan menangis.
Novi: “Aduh, kaki ku sakit banget huhuhuhu”.

Jainul duduk diam dan mengamati Novi, tapi setelah beberapa menit ia memulai aksi jahilnya kembali menggigit sepatu boots nya Novi, dan Janet berusaha menghalangi niat Jainul.
Janet: “Jainul, sudah itu! Kaki Novi lagi sakit.”

Tidak sampai di situ saja, kejahilan Jainul kepada keeper. Ia juga suka sekali kembali ke kandangnya, bukan karena untuk beristirahat melainkan untuk mengambil sisa pakan orangutan lain, yaitu Pingpong dan Husein. Ketika Jainul kembali ke kandang, ia mempunyai trik yang sangat ampuh agar bisa balik ke kandang. Tapi tenang semua keeper sudah hafal dengan triknya. Trik pertama, Jainul akan berpura-pura bermain dengan orangutan lainnya di tanah. Ia akan bermain beberapa menit agar mengalihkan fokus keeper yang membawanya ke sekolah hutan. Setelah keeper sedikit tidak memperhatikannya, ia kabur berlari dengan begitu cepat. Sesampainya di kandang, ia akan memakan sisa pakan Pingpong dan Husein.

Suatu ketika, Jainul kembali ke kandang. Ia tidak mau turun dan abai oleh panggilan Novi. Setelah Novi capek memanggilnya, Novi meminta tolong pada keeper yang lain atau biologis yang bernama Indah.
Novi: “Teh Indah, tolong bantu ambilkan Jainul. Dia gak mau sama aku.”
Indah: “Dimana Jainulnya, Nov?”
Novi: “Ini teh, di atas kandang mau ngobok-ngobok air tandon minum orangutan.”
Indah: “Ohhh, iya Nov. Aku ke situ.”
Setelah Indah datang, keduanya pun bekerja sama untuk menurunkan Jainul yang sudah tidak kondusif itu.
Indah: “Jainul, Inul… heee Inul sini turun.”
Sambil menyodorkan sepotong wortel kepada Jainul, tapi Jainul hanya abai dengan panggilan itu. Setelah beberapa menit, Jainul tergiur juga untuk mengambil wortelnya saja. Ia tak ingin kembali ke sekolah hutan, Ia menyerang Indah dengan menarik jilbab Indah dan menjambak rambutnya.
Indah: “Ya Allah, tolong guys. Aku diserang.”
Keeper Novi ingin membantu, hanya saja Ia ragu karena takut digigit dan diserang lagi oleh Jainul. Setelah 3 menitan, ia lepaskan Indah. Ia kembali lagi ke atas kandang. Sungguh sangat menyebalkan.

Suatu hari di sekolah hutan, Jainul sedang eksplorasi di cabang atau ranting pohon dengan ketinggian 6 meter. Dan… “krekkk… brukkk”.
Keterangan Foto, Nophy dengan Cinta, bukan Jainul.(NOP)