APE PROTECTOR KUNJUNGI SMPN 1 PANTI

Berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini tim APE Protector berkunjung ke SMP Negeri 1 Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Sekolah ini menjadi target edukasi menutup bulan September ini karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan yang merupakan habitat dari Harimau Sumatra. Ada 31 murid dari berbagai kelas yang berbeda yang menghadiri kegiatan ini.

Pengenalan Harimau Sumatra meliputi karakteristik, pola makan sampai status konservasi tidak luput dari pemaparan tim yang telah memasuki usia kerja di Sumbar untuk 4 tahun terakhir ini. Ketua PAGARI (Patroli Anak Nagari) Panti Selatan yang merupakan guru di sekolah tersebut pun berbagi pengalaman menjadi bagian penting konservasi kucing besar di ranah minang ini.

“Kawasan Rimbo Panti dan hutan Sumatra pada umumnya menyimpan kekayaan sesungguhnya. Menyadari keanekeragaman hayati ini sebagai warisan yang tak mungkin diperbaharui menuntut kita untuk tiada kenal lelah menghembuskan nafas konservasi. Hilangnya satu spesies tentu saja mengganggu sebuah ekosistem. Mari hidup saling menghormati dengan bertanggung jawab!”. (DIV)

EDUKASI SERU DI RIHAS BERSAMA SD IT BAITUL QUR’AN PANTI

Suara riang anak-anak terdengar dari kejauhan, semakin dekat seiring becak motor yang membawa mereka berhenti di depan RIHAS (Ruang Informasi Harimau Sumatra). Pada Sabtu, 13 September 2025, pagi yang cerah itu menjadi istimewa. Anak-anak dari SD IT BAITUL QUR’AN PANTI datang dan siap belajar cara mengenal hutan dan satwa liarnya.
Belajar di RIHAS bukan sekedar duduk di kelas. Anak-anak menjelajah pinggiran hutan Rimbo Panti, merasakan langsung bagaimana para penjaga hutan bekerja. Mereka mengamati suara burung yang berkicau, memperhatikan serangga kecil yang hidup di tanah, hingga mencari jejak satwa. Dengan penggaris sederhana di tangan, mereka belajar mengukur tapak kaki harimau dan satwa lainnya, lalu mencatatnya dalam buku kecil. Wajah serius dan penuh rasa ingin tahu terlihat ketika mereka menyalin bentuk jejak satwa ke lembar kertas, seolah sedang menjadi peneliti kecil.
Tidak berhenti di situ, anak-anak juga dikenalkan dengan cara kerja kamera jebak yang merekam kehidupan satwa di hutan. Rasa kagum muncul ketika mereka menyadari betapa teknologi sederhana ini bisa membuka jendela rahasia dunia liar yang jarang terlihat mata manusia. Di dalam ruangan RIHAS, mereka kemudian belajar tentang sembilan subspesies harimau di dunia, sambil mendengarkan cerita mengenai Harimau Sumatra yang kini semakin terancam.
Hari itu, rasa ingin tahu, dan semangat anak-anak memenuhi RIHAS. Semoga semakin banyak sekolah berkunjung agar pesan baik ini bisa tersebar luas dan melahirkan generasi yang peduli, berani, dan bertanggung jawab menjaga alam, hutan, serta satwa liar kita. (UZI)

ORDO HYMENOPTERA SEBAGAI ANCAMAN ORANGUTAN

Serangga dapat menjadi salah satu potensi ancaman bagi orangutan yang seringkali tidak disadari. Dari banyaknya serangga, Hymenoptera (semut, lebah, dan tawon) menjadi ordo yang memiliki jenis serangga dengan sengat terbanyak. Beberapa spesies dalam ordo ini memiliki ovipositor (organ reproduksi betina) yang termodifikasi, yang juga dapat berfungsi sebagai penyengat. Mengingat pentingnya peran pulau pra-pelepasliran orangutan sebagai tempat orangutan berlatih untuk bertahan hidup, tim APE Defender melakukan identifikasi ancaman.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua metode, yaitu active capture dan pemasangan trap/perangkap. Metode active dilakukan dengan cara menjelajahi seluruh bagian pulau sembari menangkap serangga target dengan jaring. Sedangkan metode pemasangan perangkapnya dibuat seperti lubang dengan cairan alkohol, detergen dan air madu sebagai pemikat . Dan Bait traps yaitu perangkap yang dipasangkan di batang dan ranting pohon dengan pancingan berupa wet food kucing, air madu, dan alkohol. Pemasangan kedua perangkap dilakukan secara purposive sampling diktat dari potensi ditemukannya serangga seperti dekat gundukan tanah, lubang pohon dan pohon lapuk. Data-data yang diamati yaitu jenis serangga dari ordo Hymenoptera.

Hasilnya, 13 jenis serangga dari ordo Hymenoptera teridentifikasi. Hymenoptera yang ditemukan didominasi oleh genus Apidae dan vespidae. Kedua genus ini termasuk jais dengan sengat yang dapat membahayakan jika tersengat dalam jumlah besar.

Keberadaan serangga di dalam pulau dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan kondisi lingkungan yang ada. Ketika pengambilan data, pohon Klenovia hospita dan Leea sp. Sedang berbunga, terdapat lebah genus Apidae yang beterbangan dis ekitarnya. Selain itu, juga ditemukan sarang tawon di tanah. Family vespidae, crabonidae dan halictidae menyukai tanah yang cenderung berpasir untuk membuat sarang.

Keberadaan ordo Hymenoptera memang dapat menjadi potensi ancaman bagi orangutan. Namun peran ordo ini sebagai polinator alami membantu proses penyerbukan tumbuhan yang ada di dalam pohon, sehingga dapat beregenerasi dan menjadi pakan bagi orangutan. (RRA)