APE GUARDIAN MEMPERSIAPKAN KEDATANGAN 3 ORANGUTAN YANG AKAN DILEPASLIARKAN

Pelepasliaran orangutan kembali ke habitatnya merupakan tujuan akhir dari program rehabilitasi. Dalam kegiatan pelepasliaran perlu dilakukan persiapan yang baik, salah satunya adalah penentuan titik lokasi pelepasliaran. Kawasan Hutan Lindung Batu Mesangat telah menjadi lokasi pelepasliaran orangutan oleh Centre for Orangutan Protection sejak tahun 2022. Ada lima individu orangutan yang telah dilepasliarkan. Tiga orangutan jantan dewasa dan dua individu betina. 

Pertengahan tahun 2023 ini, BKSDA Kaltim bersama COP akan kembali pelepasliaran dan translokasi orangutan. Tim APE Guardian COP pun mulai mempersiapkan jalur yang akan dilalui. Survei jalur menuju lokasi pelepasliaran menghasilkan skenario-skenario berikut resiko terburuk yang mungkin terjadi. Pencarian titik ini mempertimbangkan keamanan lokasi dari aktivitas manusia di sekitar kawasan, evaluasi dari kegiatan pelepasliaran sebelumnya dan mitigasi konflik. Akses pada pelaksanaan kegiatan rilis nantinya juga tak kalah bobot dari penentuan titik. 

Sayangnya, survei harus mengalah pada kondisi cuaca yang kurang bagus. Hampir setiap malam hujan, pagi hari mendung serta gerimis. Matahari baru muncul sekitar pukul 10.00 atau 11.00 WITA. Hal ini membuat pekerjaan membuat jalur rilis tertunda dan sulit. Tapi tidak cukup menyurutkan semangat tim yang terbakar untuk menyambut kedatangan tiga orangutan yang akan dilepasliarkan. 

Terima kasih atas dukungan yang diberikan pada COP. Semangat di dunia maya pun mampu menguatkan tim yang berada di pedalaman Kalimantan dan tanpa sinyal telepon apalagi internet. Semoga semesta mendukung niat baik ini hingga waktu pelepasliaran tiba. (MIN)

PULAU BANJIR DAN MICHELLE MENGHILANG

Banjir kembali menghampiri, seolah-olah tak pernah bosan menggerus pinggiran pos pantau. Gapura pos pantau sudah dicopot, jaga-jaga banjir yang tak kenal waktu menghanyutkannya. Sayang tanaman akar wangi kiriman Orangufriends Yogya setengah tahun yang lalu sebagai usaha menahan laju erosi tak mampu  lagi bertahan. Sungai Kelay terlalu murka.

“Posisi terakhir Michelle berada di pohon yang tinggi di hulu pulau. Pohon itu sering ditempati Michelle. Dari pagi hingga Minggu siang, dia pun masih berada di sekitaran hulu pulau dan bermain di tempat biasanya”, berikut keterangan Lio, perawat satwa BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) yang terakhir kali melihat Michelle dan memastikan dua orangutan kandidat rilis lainnya juga aman di pulau tersebut. Namun Minggu (14/5) malam hujan dan air sedikit naik. 

Keesokan pagi, perawat satwa yang bertugas memberi makan pagi orangutan di pulau mulai kecarian orangutan Michelle dengan kondisi air sungai yang naik. Tim juga sampai turun dari perahu dan mencari keberadaan Michelle di sisa daratan pulau yang ada. Tapi pencarian tidak membuahkan hasil.

Hari mulai gelap dan air tetap tinggi dengan arus yang cukup deras. Hanya doa yang bisa kami panjatkan, agar Michelle bertahan di tempat yang aman. Pandangan tak tembus lagi dan keselamatan tim juga jadi perhatian. Malam ini hanya doa yang bisa dipanjatkan.

ASTUTI, MURID BARU PENCURI PERHATIAN

“Tuti nih orangutan paling cantik”, kata Indah, biologist BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) saat hendak membawa Astuti ke sekolah hutan. Wajah orangutan Astuti memang menggemaskan sepeti boneka dan rambut keritingnya unik menarik hati. Belum ada orangutan di pusat rehabilitasi BORA yang rambutnya keriting sepeti Astuti. Kalau rambutnya basah, keritingnya lebih terlihat menggemaskan lagi. Mungkin karena rupa imutnya itu penjahat pedagang satwa liar berusaha menyeludupkannya dan menjualnya. Astuti berhasil diselamatkan saat hendak dikirim ke luar negeri melalui Sulawesi tahun 2022. Ia kemudian dipindahkan ke BORA dan menjalankan masa karantina selama 3 bulan.

Pada bulan Maret, setelah hasil tes kesehatannya keluar dengan hasil baik, ia resmi menjadi murid baru di sekolah hutan. Sebagai murid baru, ia berhasil mencuri perhatian kami dan membuat kami kagum akan kemampuannya. Pada hari pertama sekolah hutan saja ia sudah memanjat setinggi 18 meter. Ia tidak sesering berada di tanah seperti Jainul, murid orangutan sebaya nya yang selalu berguling-guling di tanah dan masih sudah sekali disuruh memanjat pohon. Sekali-kalinya ia berguling di tanah, tubuhnya akan ditempeli banyak daun kering dan ranting. Rambutnya yang panjang membuat benda-benda di tanah lebih mudah menyangkut. Kami sering menertawakannya ketika tubuhnya sudah sangat kotor. Rupanya yang paling lucu adalah ketika dia baru saja berguling-guling di tanah dan tubuhnya ditempeli lumpur. Kami para perawat satwa dibuat terpingkal-pingkal melihat rambutnya yang menjadi gimbal.

Akhir-akhir ini, Astuti semakin jago menjelajah dan seringkali keasyikan. Suatu hari saat sekolah hutan (29/04), ia mengikuti orangutan Charlotte yang usianya sekitar lima tahun lebih tua dan sudah lebih piawai menjelajah. Mereka makan bersama-sama di satu pohon dan sulit sekali dipanggil untuk turun dan pulang dari sekolah hutan. Bima dan Syarif, Perawat satwa yang bertugas saat itu terus memanggil mereka dan memancing dengan buah. Sayangnya, Astuti dan Charlotte tetap asyik makan di atas pohon. Mereka akhirnya kekenyangan dan turun sendiri setelah satu jam waktu sekolah hutan usai. Meski harus repot menunggu dan memanggil-manggilnya, kami bangga sekali dengan perkembangan pesat murid baru yang berhasil mencuri perhatian kami ini. Terus berkembang ya, Astuti! (NAD)