HARIMAU, ORANGUTAN, DAN SENYUM ANAK SDN 09 SIMPANG UTARA, PASAMAN

Suara tawa anak-anak terdengar riuh di ruang kelas SDN 09 Simpang Utara, Kab. Pasaman, Sumatera Barat. Pada hari Jumat pagi tanggal 24 Oktober 2025, dua volunteer APE Protector, Putra dan Suci, datang membawa cerita dari hutan tentang Harimau Sumatera yang gagah dan Orangutan yang bijak. Sekolah ini dipilih bukan tanpa alasan, letaknya berdekatan dengan Suaka Margasatwa (SM) Malampah Alahan Panjang, kawasan penting yang menjadi rumah bagi satwa-satwa liar yang harus kita lindungi.

Sebanyak 29 siswa kelas 6 menyimak dengan penuh rasa ingin tahu. Melalui gambar, cerita, dan tanya jawab seru, mereka belajar mengenal karakteristik, kebiasaan makan, hingga ancaman yang dihadapi Harimau Sumatra dan Orangutan. Setiap senyum dan tatapan kagum anak-anak menjadi pengingat bahwa pendidikan lingkungan bisa dimulai dari hal sederhana, dari ruang kelas di ujung nagari yang bersinggungan langsung dengan hutan.

Kegiatan ini bukan sekadar sesi belajar, melainkan langkah kecil untuk menumbuhkan cinta besar pada alam. APE Protector berharap, dari tangan-tangan kecil di Simpang Alahan Mati ini, akan tumbuh generasi yang peduli dan berani menjaga keberlanjutan kehidupan di hutan-hutan Sumatera Barat. (DIV)

SARANG BERUANG MADU YANG MIRIP ORANGUTAN PUNYA

Dalam bekerja di hamparan hutan Sumatera Barat, tim APE Protector tidak hanya berfokus pada perlindungan habitat Harimau Sumatera. Beragamnya biodiversitas flora dan fauna di Pulau Sumatera membuat setiap patroli penuh warna. Dari perjumpaan dengan kuau raja yang anggun, rekaman kamera dari lalu-lalangnya anoa, tapir, hingga landak sumatera, semuanya menjadi bagian dari catatan penting tim di lapangan.

Namun di balik keindahan itu, tim juga dihadapkan pada tantangan lain. Belakangan ini, laporan tentang keberadaan beruang madu yang muncul di sekitar areal pemukiman warga semakin sering diterima. Untuk menindaklanjutinya, tim APE Protector bersama kelompok PAGARI setempat segera melakukan patroli. Mereka menyusuri hutan, menelusuri jejak, mengamati bekas cakaran di batang pohon, dan memasang kamera trap di lokasi yang dicurigai.

Salah satu momen berharga terjadi ketika tim menemukan sarang beruang madu di atas pepohonan tinggi, struktur besar dari ranting dan daun yang menjadi tempat beristirahat sang penghuni hutan. Sekilas, bentuknya memang mirip dengan sarang orangutan. Namun, berbeda loh! Jika sarang orangutan biasanya berbentuk bundar dan rapi di ujung cabang, sarang beruang madu cenderung tampak lebih acak dengan cabang-cabang patah karena sering digunakan untuk mencari madu atau buah di sekitar pohon itu.

Temuan ini bukan hanya bukti keberadaan beruang madu, tetapi juga tanda bahwa hutan masih menyediakan ruang hidup bagi satwa penting tersebut. Setiap patroli selalu menghadirkan kejutan baru. Bagi tim APE Protector, setiap jejak, setiap sarang, dan setiap tanda kehidupan liar adalah pengingat mengapa perjuangan mereka di hutan ini tak boleh berhenti. (DIM)

EDUKASI “SAVE ORANGUTAN’” BERSAMA KOMUNITAS JEJAK JENAKA DAN COP

Suasana area Futsal PJA, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur pada tanggal 26 Oktober 2025 dipenuhi tawa dan semangat anak-anak. Sebanyak 95 peserta berusia 3–11 tahun berkumpul untuk mengikuti kegiatan edukasi bertema “Save Orangutan”, hasil kolaborasi antara Komunitas Jejak Jenaka dan Centre for Orangutan Protection (COP).

Peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai rentang usia, dan setiap kelompok bergiliran mengunjungi tiga pos edukasi yang disiapkan. Di Pos ‘Dongeng’, kami menceritakan tentang ukuran tubuh, makanan, ancaman, dan alasan mengapa orangutan perlu dilindungi. Lalu di Pos ‘Kreasi’, kami memandu peserta membuat rope ladder dari potongan kayu dan tali, yang nantinya akan dibawa ke BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) sebagai furnitur kandang. Sementara di Pos ‘Games’, tim bersama volunteer Jejak Jenaka mengajak
anak-anak bermain “pemburu dan penebang” serta puzzle mencocokkan hewan dilindungi dan tidak dilindungi berdasarkan pulau habitatnya. Maskot berupa kostum orangutan khas COP berkeliling sepanjang sesi, menambah keceriaan dan antusiasme peserta.

Meskipun sebagian besar peserta sangat antusias, beberapa anak tampak lebih tertarik berlarian di lapangan futsal yang luas dan bersih. Suara riuh dalam satu ruangan menjadi tantangan tersendiri bagi tim untuk menjaga fokus peserta. Setelah kurang lebih 3,5 jam penuh kegiatan seru, acara ditutup dengan pembagian doorprize. Tim kembali ke site dengan pengalaman baru dan semangat segar.

Kegiatan kolaborasi ini diharapkan menjadi bekal awal bagi peserta untuk mengenal dan berupaya melindungi orangutan serta habitatnya, sekaligus menjadi langkah awal kolaborasi positif antara COP dan berbagai komunitas peduli lingkungan lainnya. (ARA)