EDUKASI ORANGUTAN DI SEKOLAH BERSAMA APE CRUSADER

Para siswa memasang wajah penasaran atas kedatangan empat orang dengan atribut Centre for Orangutan Protection (COP) di pagi yang cerah. Semakin penasaran lagi ketika guru-guru memanggil mereka untuk berkumpul di lapangan SDN 010 Muara Wahau yang kemudian diarahkan untuk masuk kelas. Saat masuk, siswa mendapati tim APE Crusader sedang sibuk menyalakan proyektor, laptop, serta sound system. Mereka keheranan, lalu hal tersebut dipatahkan dengan sambutan hangat, “Halo semuanya, apa kabar?”. “Baik Kak”, sahut para siswa dengan nada antusias. “Di sini kakak mau cerita nih tentang hewan yang istimewa, kira-kira ada yang tahu gak, hewan apa yang bakal diceritain”, ucap Fedriansyah, kapten APE Crusader, salah satu tim di COP yang punya tanggung jawab menyelamatkan habitat orangutan.

Kunjungan edukasi di SDN 010 Muara Wahau, Kalimantan Timur ini dikemas dengan menarik. Tim sudah memperhitungkan betul, ketika cerita tentang orangutan beralih ke materi serius, para siswa mulai murung dan kurang fokus. Saat inilah, permainan tepuk orangutan diselipkan. “Memang tidak terbayangkan untuk menjadi seorang guru SD. Saya kira bekerja di konservasi ya berhadapan dengan alam saja, nyatanya edukasi apa yang kita kerjakan adalah usaha kita menyelamatkan orangutan dan habitatnya juga”, jelas Fedri.

Memasuki jam pelajaran kedua, biasanya 1 jam pelajaran itu 40 sampai 45 menit, para siswa memasang muka terkejut. Tidak disangka, ternyata ada orangutan yang mengetuk pintu kelas. Dengan riang gembira serta gelak tawa, para siswa menyambut kedatangan Otan yang membawa hadiah di tangannya. Para siswa diajak berbicara dengan Otan dan berfoto bersama di penghujung kegiatan. “Kakak-kakak kapan kembali? Aku ingin melihat si Otan lagi”, tanya salah satu siswa dengan wajah cemberut. “Ayo toss dulu sama kak. Sampai jumpa lagi ya!”, sembari melambaikan tangan ke siswa-siswa dengan perasaan bahagia. (AGU)

MARI BELAJAR DAN MENJELAJAH DI RIHAS RIMBO PANTI

“Pagi ku cerah… matahari bersinar”, lagu sepanjang masa ini pun terngiang-ngiang menyambut kedatangan 35 siswa SDIT Baitul Qur’an Panti di RIHAS (Ruang Informasi Harimau Sumatra). Penjelajahan akan sulit kalau dilakukan banyak orang, karena itu APE Protector (tim Centre for Orangutan Protection yang berada di Sumatra Barat) membaginya menjadi 4 kelompok. Halo Harimau, Badang, Singa, dan Monyet, keempat kelompok ini pun dibekali modul pembelajaran, alat pengamatan, serta kantong sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Petualangan dimulai! Setiap kelompok menjelajahi jalur berbeda, mengamati alam, mencatat temuan, dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Kelompok Singa bahkan meneriakkan yel-yel mereka, “Aummm!”, membuat suasana semakin seru. Di tengah perjalanan mereka menemukan berbagai keunikan alam seperti daun dengan bentuk aneh, serangga kecil yang sibuk bekerja, dan jejak kaki hewan yang misterius. Beberapa anak tertawa saat melihat serangga dari dekat menggunakan lup atau kaca pembesar, sementara yang lain sibuk menulis catatan di lembar kerja mereka.

Setelah petualangan selesai, semua kelompok kembali berkumpul di ruang edukasi. Sesi review dimulai, dan kuis pun diberikan untuk menguji ingatan mereka. Tangan-tangan kecil langsung terangkat, berebut menjawab dengan penuh semangat. Tepuk tangan dan gelak tawa memenuhi ruangan setiap kali ada jawaban yang benar. Hari itu berakhir dengan perasaan bangga dan bahagia. Mereka telah menjelajahi alam sekaligus belajar untuk peduli terhadap lingkungan. Sebelum pulang, seorang anak berbisik kepada temannya, “Seru banget! Besok kita ke sini lagi ya!”. (DIM)

WAKTU SEKOLAH HUTAN DIMAKSIMALKAN ORANGUTAN CINTA MENJELAJAH

Cinta adalah nama orangutan yang ada di Pusat Rehabilitasi BORA. Dia masih sangat kecil, namun memiliki kepintaran dalam usianya yang sekarang masih 3 tahun. Dia sudah bisa membuat sarang, ini sangat berbeda dengan orangutan yang lebih besar darinya di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance). Dia juga sangat aktif dalam beraktivitas di pohon seperti berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon yang lain dan mencari makan.

Cinta memiliki perilaku yang sangat manja ketika bersama dengan perawat satwa, dia juga suka menangis dan membalikkan kandang kecilnya ketika perawat satwa melewati kandangnya tanpa menyapanya. Dia terlihat kesal dan mencari perhatian. Sifat kekanak-katakannya tidak membuatnya bermalas-malasan untuk memanjat atau bermain bahkan di dalam kandang sekali pun. Cinta sering terlihat di hammock hingga tertidur.

Ketika berada di sekolah hutan, dia serta merta langsung memanjat pohon, mencari makan dan bermain meninggalkan perawat satwa nya dan orangutan yang sekandang dengannya yaitu Ochre. Kesempatan ini tidak disia-siakan olehnya untuk bergerak secara bebas dan memenuhi rasa penasarannya. Cinta juga akan mengikuti orangutan lainnya yang berada di atas seperti Eboni yang memang suka menjelajah. Tidak sekedar bermain bersama saja, tetapi lebih meningkatkan kemampuannya. Terlihat Cinta mencoba apa pun yang dilakukan Eboni.

Tubuhnya bisa saja kecil, usianya bisa saja masih sedikit, tapi kemampuan dan keinginannya terus berkembang. Kini Cinta menjadi contoh untuk orangutan seusianya. Semoga Cinta terus meningkatkan kemampuannya, hingga waktunya kembali ke habitatnya nanti. (FREN)