Hari Badak Sedunia 2025 kembali dirayakan, namun bukan dengan berita suka cita, melainkan dengan realita yang mengiris hati. Di balik perayaan, ada data yang bagai tamparan keras dari kolaborasi Centre for Orangutan Protection (COP), Kepolisian Republik Indonesia, dan Balai Penegakan Hukum (Gakkum) yaitu tiga kasus perdagangan cula badak terungkap dalam setahun terakhir, melibatkan sembilan pelaku. Angka ini menunjukkan bahwa perjuangan melawan kejahatan satwa liar masih jauh dari kata usai.
Penangkapan sembilan orang ini memang sebuah keberhasilan, tetapi di saat yang sama, ia mengungkap kerentanan badak di alam liar. Kenapa perdagangan ini terus terjadi? Jawabannya klasik, “ada permintaan, pasti ada pasokan”. Cula badak, benda yang sepintas terlihat tidak berharga, di pasar gelap bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah per kilogram, bahkan mengalahkan harga emas.
Mengapa bisa semahal itu? Karena ada mitos yang sudah mendarah daging, yang menyatakan bahwa cula badak memiliki kekuatan penyembuhan. Di beberapa negara Asia, cula dipercaya bisa mengobati demam, sakit kepala, bahkan kanker.Tapi mari kita luruskan, ini hanyalah bualan belaka. Secara ilmiah, cula badak terbuat dari keratin, materi yang sama dengan kuku dan rambut kita. Coba bayangkan, adakah orang yang sembuh dari kanker dengan memakan kuku manusia? Tentu tidak. Mitos inilah yang jadi bahan utama perdagangan brutal ini.
Perburuan yang dipicu mitos ini tidak hanya mengancam kelangsungan hidup badak, tetapi juga merusak tatanan ekosistem. Badak bukan sekadar satwa besar, mereka adalah ‘insinyur ekosistem’. Dengan memakan tumbuhan dan menyebarkan benih lewat kotorannya, mereka membantu menjaga hutan tetap sehat dan beragam. Ketika populasi badak berkurang, keseimbangan alam terganggu. Regenerasi hutan terhambat, keanekaragaman hayati menurun, dan ekosistem menjadi lebih rentan terhadap ancaman seperti perubahan iklim.
Kita tidak bisa membiarkan kebodohan yang berakar dari mitos merenggut masa depan badan dan hutan kita. Penangkapan para pelaku ini adalah langkah penting, tetapi perjuangan sesungguhnya ada di tangan kita semua. Edukasi harus digencarkan untuk membasmi mitos, dan penegakan hukum harus diperkuat untuk memutus mata rantai perdagangan ilegal.
Hari Badak 2025 harus menjadi momentum bagi kita untuk sadar, bahwa melindungi badak sama dengan melindungi diri kita sendiri. (DIT)