Pada 23 September yang lalu, Tim APE Crusader bersama SKW 2 BKSDA Kalimantan Timur serta Orangufriends Samarinda melaksanakan kegiatan School Visit di SMAN 5 Samarinda. Tujuannya adalah untuk mengedukasi para pelajar mengenai pentingnya konservasi orangutan serta mengampanyekan upaya pelestarian satwa yang semakin terancam punah ini. Sebanyak 40 siswa hadir, ada tips untuk generasi muda mengambil peran menjaga kelestarian alam.
Menariknya, Orangufriends Samarinda yang merupakan relawan orangutan mengajak siswa bermain permainan edukatif. Aktivitas ini membuat pembelajaran terasa menyenangkan dan interaktif. Tawa dan semangat siswa memenuhi ruangan, menandakan pesan konservasi tersampaikan dengan cara yang hangat. Yang mengejutkan, beberapa siswa mengungkapkan ketertarikan mereka untuk terjun ke dunia konservasi. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa edukasi sejak dini dapat menumbuhkan kesadaran, rasa memiliki, serta keinginan untuk ikut berperan dalam menjaga lingkungan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran siswa SMAN 5 Samarinda akan semakin tumbuh bahwa menjaga orangutan berarti menjaga hutan dan kehidupan itu sendiri. Perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil, dan hari itu, langkah dimulai bersama APE Crusader. (WIB)
Pada pertengahan September, tim APE Guardian COP melakukan patroli menuju salah satu ladang masyarakat. Ladang itu dilaporkan mengalami interaksi negatif dengan orangutan. Pemilik ladang menceritakan bahwa dua hari sebelumnya terdengar suara patahan ranting di sekitar lokasi, meskipun orangutan tidak terlihat langsung. Dari penelusuran ditemui ranting yang patah, “Sepertinya benar, ini bekas lintasan orangutan”, ujar Igo, ranger APE Guardian. Dedi menambahkan bahwa di tanah juga terlihat jejak yang kuat mengarah ke ladang. Meskipun orangutan tidak terlihat saat patroli, tapi temuan ini menjadi bukti bahwa satwa tersebut sempat melintas di sekitar area ladang.
Setelah melakukan pemeriksaan, tim melanjutkan kepitan dengan mencari pakis di sekitar hutan untuk dijadikan sayur. Suasana patroli hari itu cukup tenang, memberi kesempatan tim memanfaatkan hasil hutan secara sederhana sambil tetap menjaga kewaspadaan.
Keesokan harinya, tim melanjutkan patroli, kali ini menuju pondok milik Pak Nisa. Minggu sebelumnya, ladangnya sempat kedatangan orangutan, sehingga tim kembali melakukan pengecekan ulang. Perjalan ditempuh dengan menyusuri jalan setapak di hutan. Sesampainya di pondok, tim berbagi lokasi penyisiran. Dari pengamatan hari itu, tidak terlihat tanda baru, tidak ada jejak, tidak ada ranting patah, dan tidak ada tanda aktivitas orangutan. Situasi ladang terpantau aman.
Tim pun melanjutkan ke arah hilir Muara Sungai Menyuk. Di sana Dedi menemukan dua sarang orangutan di pepohonan tinggi. Belum bisa dipastikan individu mana yang membuat sarang itu. Tak jauh dari muara, tim berjumpa dengan segerombolan berang-berang. “Jarang-jarang kita bisa menyaksikan momen seperti ini”, ujar Angka Wijaya. Berang-berang Kalimantan yang biasanya dimasukkan dalam genus Lutra ini pun menambah keanekaragaman hayati Ekosistem Busang. (ENG)
APE Guardian adalah nama Tim COP (Centre for Orangutan Protection) yang melindungi kawasan pelepasliaran orangutan di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Tak hanya memastikan orangutan yang telah dilepasliarkan di Ekosistem Busang ini dalam kondisi baik, dengan melaksanakan patroli maupun inventarisasi, tapi juga segara menanggapi laporan konflik manusia dengan satwa liar di kawasannya. Tentu saja mencegah akan lebih baik melalui edukasi ke sekolah-sekolah.
Akhirnya, APE Guardian pun menghampiri SMK 1 Kongbeng. Suasana kelas dipenuhi lebih dari 110 siswa yang bersemangat mengikuti sesi edukasi tentang orangutan. Andika, Orangufriends Samarinda mengenalkan apa itu morfologi, perilaku, serta kemiripan genetik orangutan dengan manusia.
Antusiasme semakin terasa ketika siswa berebut menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan tim. Diskusi juga menyentuh kasus orangutan di India yang tengah diperjuangkan kepulangannya ke tanah air melalui petisi internasional. Ajakan untuk ikut menandatangani petisi itu disambut serius, menumbuhkan kesadaran kolektif bawah perlindungan satwa liar adalah tanggung jawab bersama.
Sebagai penutup, seluruh peserta diajak keluar kelas untuk bermain. Gelak tawa dan sorak-sorai mewarnai lapangan, menjadikan kunjungan ini bukan hanya sesi belajar, melainkan juga perayaan semangat muda dalam menyambut Bulan Orangufriends, bulan para relawan orangutan berperan. (YUS)
