ORANGUTAN PINGPONG MENJALANI PELATIHAN PINDAH DAN DUDUK

Saya Seno Wicaksono, trainer di Pusat Rehabilitasi BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance), memiliki kesempatan langka untuk melatih Pingpong, orangutan cerdas dan lincah yang kurang beruntung. Pingpong memiliki masalah di seluruh giginya yang menjadikannya penghuni selamanya BORA. Pingpong memiliki energi dan rasa ingin tahu tak terbatas. Ia banyak melakukan aktivitas di kandang, saya terkesan dengan kecerdasan dan antusiasme Pingpong. Ia langsung menarik perhatian saya dengan gerakannya yang lincah dan penasaran. Saya tahu bahwa Pingpong memerlukan bimbingan untuk mengembangkan perilaku sehat di lingkungan buatan ini.

Training Pingpong bertujuan untuk memindahkannya dari kandang satu ke kandang lain tanpa menggunakan obat bius. Kami fokus pada instruksi “pindah” dan “duduk” dengan bantuan madu sebagai motivasi. Pingpong sangat responsif dan cepat memahami instruksi. Training dilakukan selama 20 menit, dengan 10 menit training dan 10 menit istirahat. Kami bergantian antara training dan istirahat per 5 menit. Setelah training, saya memberikan penghargaan berupa makanan favoritnya. Pingpong sangat menyukai madu dan makanan lain seperti buah naga, pepaya, ubi rebus dan pisang.

Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebelum training dilakukan. Saya harus memastikan kandang bersih dan bebas enrichment, serta tidak memberikan enrichment sebelum training. Kandang angkut sebagai tempat tujuan instruksi pindah pun harus dalam kondisi bersih juga. Kondisi Pingpong seperti aktivitas reguritasi, feses, dan perilaku Pingpong pun juga masuk dalam laporan yang tak terpisahkan, termasuk kondisi alam seperti cuaca panas atau sedang hujan dan suara-suara gangguan yang saat training dilakukan. Kondisi-kondisi ini menjadi evaluasi keberhasilan training.

Dalam waktu singkat, Pingpong menunjukkan kemajuan signifikan. Reguritasi dan perilaku buruknya berkurang. Selama training, Pingpong juga memiliki fokus yang baik dalam mendengarkan instruksi trainer. Pingpong dan saya merayakan kerjasama ini. Training Pingpong menjadi bukti bahwa kesabaran dan ketekunan bisa mengubah hidup. Saya bangga menjadi bagian dari petualangan Pingpong. Kami menjadi teman baik, membuktikan bahwa cinta kasih dan kepercayaan menjadi awal kebersamaan kami. (SEN)

TREES DAN DAUN, PINDAH HUTAN UNTUK LANJUTKAN HIDUP

Hanya sehari setelah pelepasliaran Juliana, Tim COP (Centre for Orangutan Protection) menerima kabar, ada dua orangutan liar, satu jantan dan satu betina yang akan ditranslokasi ke kawasan rilis orangutan Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Habitat mereka yang sebelumnya telah terkikis akibat aktivitas manusia sudah tidak layak untuk dihuni. Setelah proses evakuasi yang penuh kehati-hatian, kedua orangutan ini diserahkan kepada tim APE Guardian yang bertugas di kawasan pelepasliaran.

Untuk memudahkan penyebutan orangutan yang dimaksud, orangutan yang berjenis kelamin jantan diberi nama Daun karena terlihat lebih tenang namun tetap penuh kewaspadaan. “Kenapa kita beri nama Daun?”, tanya salah satu anggota APE Guardian sambil memperhatikan orangutan jantan tersebut. “Karena dia terlihat setenang daun yang melayang di udara, meskipun dia pasti menyimpan kekuatan besar di dalam dirinya”, jawab drh. Tetri degans senyum kecil. “Lalu bagaimana dengan Trees?”, tanya yang lain lagi. “Dia tampak seperti pohon yang kokoh dan melindungi”, sahut yang lain sambil menunjuk orangutan betina yang berada di dalam kandang yang ribut, sibuk mengusir orang-orang di dekatnya. “Semoga nama-nama ini membawa keberuntungan untuk mereka”, kata drh. Tetri yang bertugas mengawasi kondisi medis orangutan, mengakhiri diskusi dengan nada penuh harapan. Nama mereka terinspirasi dari pepohonan yang menjulang tinggi di kawasan pelepasliaran, simbol kehidupan baru yang menanti mereka.

Setelah 24 jam lebih berada di kandang selama dalam perjalanan, keduanya akhirnya kembali bebas pada tanggal 12 Januari 2025 kemarin. Di dampingi BKSDA Kalimantan Timur, proses translokasi berjalan dengan baik dan lancar walau dengan tim yang sangat minimalis. Pemindahan kandang angkut dari mobil ke dermaga dan perahu dilakukan tim kecil ini. Begitu pula saat pemindahan dari perahu ke titik rilis yang benar-benar menguras tenaga. Daun maupun Trees dengan lincah bergegas memanjat pohon setelah pintu kandang angkut dibuka. Minggu sore, dua jiwa yang sempat terancam nyawanya kini kembali ke rumah baru, hutan yang bebas dari gangguan manusia. (DIM)

ORANGUTAN JULIANA, TRANSLOKASI PERTAMA DI TAHUN 2025

Siang itu, sedapatnya sinyal, tim pelepasliaran orangutan Centre for Orangutan Protection yang sedang dalam perjalanan menuju kawasan rilis mendapat informasi ada satu orangutan liar yang akan ikut dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Orangutan betina yang berhasil diselamatkan dari kerusakan dan hilangnya habitatnya ini bernama Juliana.

Berbeda dengan orangutan rehabilitasi, Juliana memiliki sifat liar orangutan sesungguhnya. Setiap kali ada orang yang mendekati kandangnya, Juliana akan menunjukkan sikap defensif, memperlihatkan gigi taringnya dan mengeluarkan suara peringatan. Juliana juga terlihat berusaha menggigiti jeruji besi kandang, hingga melukai gusi-gusinya. Kondisi yang sangat memprihatinkan dari orangutan liar yang kehilangan rumahnya.

Setelah mobil berhasil menyeberangi sungai dan melalui perkebunan kelapa sawit akhirnya tiba di desa Long Less, Busang, Kalimantan Timur. Hari sudah gelap, Tim beristirahat di camp APE Guardian COP. Keesokan harinya akan dilanjut 3 jam mengarungi sungai hingga tiba di titik pelepasliaran yang ditentukan.

Juliana menjadi orangutan translokasi pertama di tahun 2025. Tanpa menunggu, sesaat saja pintu kandang angkut diangkat, Juliana pun melesat ke pohon dengan kecepatan yang luar biasa. “Luar biasa, lihat betapa cepatnya dia memanjat!”, seru Dedi, ranger yang bertugas memonitoring orangutan dengan nada kagum. Dalam sekejam, Juliana telah mencapai pucuk pohon, seolah ingin menyapa langit biru dan merasakan angin sejuk. Bebas dari ancaman tambang dan polusi. Orangutan ini pun mengamati kegiatan kami dari atas, melakukan orientasi hingga akhirnya memutuskan arah yang diambilnya. Juliana pun menghilang di kanopi hutan yang lebat, tak ada pergerakan maupun suara darinya lagi. (DIM)