BAGUS MEMULAI KARANTINA DI BORA

Bagus, namanya. Dua pekan sudah menghuni kandang karantina klinik baru. Ia selalu tampak kesepian. Setiap kali perawat satwa membersihkan kandang, ia mencoba untuk meraih tangan perawat satwa. Juga ketika perawat satwa meninggalkan kandang Bagus, ia akan menangis untuk mendapatkan perhatian perawat satwa yang meninggalkan kandangnya. Berharap kembali.

Bagus adalah orangutan baru diselamatkan dari pemeliharaan ilegal pada minggu pertama September 2020. Orangutan ini seharusnya sudah masuk Borneo Orangutan Rehabilitation Rescue Alliance (BORA) sejak Februari 2020. Namun saat tim APE Defender tiba di lokasi, pemeliharanya membawa lari Bagus.

“Bagus terlihat sangat tergantung dengan manusia. Dia berharap kita selalu ada di dekatnya. Semoga hasil medis dari laboratorium di Berau bisa segera keluar, dan usai menjalani karantina bisa segera bergabung dengan orangutan lainnya agar tidak terlalu merasa sendiri.”, ujar Widi Nursanti, manajer Pusat Rehabilitasi Orangutan dengan prihatin.

Orangutan merupakan kera besar yang hidup semi soliter, maksudnya tidak selamanya dia berkelompok dengan dengan orangutan lainnya. Orangutan bahkan lebih sering ditemui sendiri di habitatnya. Namun, orangutan betina akan selalu bersama anaknya hingga usia anak mencapai 6-8 tahun. “Orangutan Bagus saat ini berusia 3-4 tahun, ini diketahui dari pemeriksaan jumlah giginya. Anak orangutan yang seharusnya masih bersama induknya seperti perangko yang menempel pada amplop.”, jelas dr. Gilang.

Jika kamu melihat anak orangutan berada di tangan manusia secara ilegal, tolong segera hubungi kami di email info@orangutanprotection.com atau bisa kirim pesan lewat media sosial kami. Rehabilitasi bukanlah hal yang mudah dan sebentar. Proses ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. “Jangan pelihara satwa liar! Biarkan satwa liar di habitatnya dan menjalankan fungsinya di sana.”, tegas Widi lagi.

SELAMATKAN POHON DURIAN DARI AMAN

Jadi, di depan klinik pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur terdapat arena bermain buatan. Playground tersebut dibangun Angel tim dari perempuan-perempuan Australia yang selalu donasi untuk orangutan pada tahun 2016. Di playground ini, orangutan-orangutan kecil yang belum bisa bergabung di sekolah hutan, berlatih.

Kali ini, playground digunakan orangutan Aman. Orangutan yang baru saja diselamatkan dari rumah warga di Kutai, Kalimantan Timur pada Juni 2020 yang lalu. Playground yang terbuat dari balok-balok kayu dan tali-tali dengan kombinasi tong plastik maupun ban mobil bekas ini ternyata tak cukup memuaskan latihan Aman. Aman meraih pohon durian yang berada tepat di samping playground. Idenya dulu menanam pohon durian di situ, agar playground tak terlalu panas.

Ups… apa daya, Aman selalu tertarik dengan pohon durian itu. Pohon durian yang masih kecil itu berulang kali dipanjatnya. Dan berulang kali pula dia terjatuh. “Pohon durian itu belum cukup menahan berat badan Aman.”, ujar drh. Ray sambil tersenyum. Kami berharap wabah corona segera berakhir agar sekolah hutan bisa berjalan seperti biasa dan pastinya untuk melihat aksi Aman di hari pertamanya menjadi siswa sekolah hutan. Dan pohon durian pun dapat terselamatkan. (RAY)

KERJA SUKARELA UNTUK SATWA LIAR DI JOGJA

Di tengah pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda, ada satu sisi pekerjaan yang tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Bekerja sukarela untuk satwa liar yang terpaksa hidup di dalam kandang. Angel, relawan orangutan yang secara berkala meluangkan waktunya membantu tim APE Warrior COP, kali ini berkesempatan menjadi perawat satwa di Wildlife Rescue Center (WRC) Jogja selama dua hari. Tentu saja tidak sendirian, dia bersama Jogi dan Santini.

Pagi ini, kandang-kandang burung elang, nuri dan kakatua akan dibersihkan. Lalu, si predator tingkat tinggi itu pun diberi pakan berupa kadal dan mencit. “Seram loh, lihat betapa cepatnya elang menyambar kadal hidup yang disediakan untuk makanannya.”. Tapi para relawan yang tergabung di Orangufriends ini tanpa ragu mengerjakan satu per satu tugas hari pertama ini. Tak lupa memberikan enrichment untuk orangutan berupa batang pisang.

Setelah makan siang, pekerjaan lainnya pun menanti. Potong-memotong buah membuat enrichment es buah untuk primata kecil seperti owa dan siamang. Tentu saja ketujuh orangutan yang berada di sana juga mendapatkan es buah itu. “Cara buatnya, mudah saja. Setelah berbagai macam buah dipotong dadu, masukkan ke dalam gelas bekas, beri air dan masukkan ke dalam lemari es. Tunggu beberapa saat, dan berikan ke orangutan. Aku aja pengen koq.”, ujar Oktaviani Safitri, salah satu staf COP yang ikut mendampingi para relawan.

Santini, mahasiswa yang kebetulan sedang tidak ada jadwal kuliah berharap, bisa mengikuti kegiatan seperti ini lagi. “Ini pengalaman baru.”, ujarnya. Sementara Jogi melihat sisi lain dari satwa liar, “Prihatin, apalagi orangutan-orangutan dewasa yang terlihat stres dan satwa liar lainnya yang harus hidup di kandang.”. Bagaimana pun, satwa liar sesungguhnya lebih baik hidup di alam. (LIA)