HAPPI MENGAMATI ANNIE DAN MENIRUNYA

Hari Jumat terakhir di bulan Februari, orangutan Owi, Annie, Happi dan Aman menjalani sekolah hutan di BORA (Bornean Rescue Alliance). Setiap orangutan yang sekolah hutan hari itu bebas beraktivitas, mengeksplorasi dan belajar di hutan selama sekolah hutan berlangsung. Tidak lama setelah dilepaskan di hutan oleh perawat satwa, setiap individu orangutan langsung berpencar dengan aktivitasnya masing-masing. 

“Di pohon itu… lagi makanin daun”, ujar Lio, perawat satwa yang baru saja bergabung di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) pada tahun lalu. Annie dan Happi terlihat sedang beraktivitas bersama di atas pohon dengan bermain, berkelahi dan mencari makan bersama. Lio menunjukkan lokasi keberadaan Annie yang sempat tidak terlihat karena terhalang oleh tajuk-tajuk pohon. Pada siang itu, Annie aktif berpindah-pindah pohon sambil memilih dan memakan dedaunan yang ada. 

Setelah beberapa lama Annie makan sendiri, Happi yang sebelumnya ada di pohon lain terlihat menyeberangi beberapa pohon untuk mendekati dan mengikuti Annie. Ketika sudah berada di dekat Annie, Happi terus memperhatikan setiap daun yang Annie makan. Ketika Annie berpindah pohon, Happi mengikuti sambil terus mengamati setiap daun yang dimakan Annie, lalu sesekali ikut mencoba memakan daun yang Annie makan.

Perilaku belajar yang dilakukan Happi dengan mengamati dan meniru Annie menunjukkan bahwa sekolah hutan dapat menjadi sarana transfer ilmu yang baik antar orangutan. Transfer ilmu dari orangutan yang memiliki kemampuan lebih kepada orangutan yang belum memiliki kemampuan tersebut. (RAF)

INDUK ORANGUTAN DENGAN LUKA DI KEPALA SAMBIL MENGGENDONG BAYI BERUSIA 1 BULAN

Tim APE Crusader COP bersama WRU BKSDA SKW II Tenggarong dan CAN Borneo sejak pagi masih menyusuri jalan Poros Bengalon-Wahau, Kaltim. Namun hingga siang, tim masih belum menjumpai adanya tanda-tanda kemunculan Orangutan Sumbing yang viral pada tanggal 8 Maret yang lalu. 

Tapi tim kembali berjumpa dengan tiga individu orangutan liar lainnya. Ketiga orangutan ini berbeda dengan orangutan liar yang ditemui tim sehari sebelumnya. Satu orangutan induk dan dua anak orangutan dengan prilaku yang cenderung acuh. “Kami menjumpai orangutan tersebut di semak-semak. Sempat menghindar lalu muncul di pohon dan memakan daun-daunan. Bayi orangutan yang sedang memeluk induknya ini diperkirakan masih berusia 1 bulan. Sementara kepala induk terlihat ada bekas luka. Keberadaan mereka tidak lebih 50 meter dari jalan poros”, jelas Arif Hadiwijaya, kapten APE Crusader dengan prihatin.

Centre for Orangutan Protection menghimbau para pengguna Jalan Poros Bengalon-Wahau, Kalimantan Timur untuk mengurangi kecepatan saat melintas di jalan ini. Posisi orangutan yang tiba-tiba saja menyeberang bisa saja menyebabkan kecelakaan yang merugikan pengguna jalan dan juga orangutan tersebut. “Tentu saja kita tidak menginginkan kecelakaan terjadi. Itu sebabnya, COP menghimbau untuk berhati-hati dalam berkendara. Jika berjumpa dengan orangutan, mohon untuk tidak memberi makanan”, tegas Arif lagi.

Malam ini, tim ingin sekali tidur dengan nyenyak. Namun apa daya, wajah-wajah orangutan yang sangat memprihatinkan tersebut membayangi tim. Hari ini, tim pun menaikkan drone untuk melihat kondisi hutan secara keseluruhan. Konflik tambang batubara semakin tak terhindari. Apa yang harus kita lakukan?

GUSI BERUANG MADU FICO INFEKSI KARENA TARING YANG DIPOTONG

Gigi taringnya pernah dipotong. Gigi tersebut sekarang pecah dan gusinya radang. Fico, beruang madu  (Helarctos malayanus) yang dievakuasi dari Waterpark Sumerkar (WPS) Sumenep terlihat selalu menggaruk moncongnya. Dia tampak tak nyaman dengan mulutnya. Infeksi sudah menjalar, semua berawal dari gigi taring yang dipotong. 

Jumat pagi, tim medis Wildlife Rescue Center (WRC) Jogja dan Gembiraloka Zoo melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh pada satwa yang baru saja dievakuasi dari pulau Madura. Pemeriksaan ini akan menjadi dasar keduanya diterbangkan kembali ke habitatnya yaitu pulau Kalimantan. Pemeriksaan yang memakan waktu 3 jam ini meninggalkan kesedihan yang luar biasa. Penderitaan Fico tergambar dari hasil pemeriksaan fisiknya.

Menurut informasi, Fico sudah di WPS sejak 2017. Ada dua beruang madu saat itu dan ditempakan dalam satu kandang. Keduanya sering berkelahi. Tidak diketahui keberadaan beruang madu yang satunya. Sejak bulan Desember 2021, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memutuskan untuk menarik seluruh satwa dilindungi yang berada di Waterpark Sumerkar ini. Untuk satwa Orangutan dan Beruang Madu akan menjadi tanggung jawab BKSDA Kaltim. Centre for Orangutan Protection sebagai mitra siap membantu dari proses evakuasi hingga rehabilitasi orangutan. Sementara beruang madu rencananya akan masuk ke BOSF. 

Evakuasi, pemeriksaan kesehatan, biaya kargo dan rehabilitasi hingga pelepasliaran adalah tahapan-tahapan yang berbiaya tinggi sebuah konservasi. “COP menghimbau siapapun untuk lebih bijak dalam memutuskan satwa peliharaannya sekalipun itu rencana menjadi Lembaga Konservasi. Agar tidak ada Fico lagi yang harus menderita karena untuk memudahkan pemeliharaan maka dilakukanlah pemotongan gigi taring. Ini sangat memprihatinkan”, tegas Satria Wardhana, kapten APE Warrior COP yang memimpin evakuasi kedua satwa dilindungi Indonesia. Hingga saat ini, tim medis belum memutuskan akan melakukan tindakan apa. Rencananya, gigi taring beruang Fico akan dicabut.