MELIHAT PARA GUARDIAN BUSANG DARI DEKAT

Kawasan pelepasliaran orangutan di Busang, Kalimantan Timur merupakan wilayah Centre for Orangutan Protection (COP) bekerja untuk pelestarian orangutan dan habitatnya. Saat ini ada 3 orangutan yang telah dipindahkan ke Busang, yakni 2 individu orangutan bernama Ucokwati dan Mungil di pulau pra-pelepasliaran Dalwood Wylie serta orangutan Nigel yang dilepasliarkan di Hutan Sungai Payau. 

APE Guardian pun membagi dua pekerjaan besar di Busang sebagai tim monitoring orangutan di pulau dan tim ranger atau penjaga hutan yang patroli dan memantau orangutan yang telah dilepasliarkan. Pemantauan orangutan pasca rilis merupakan bentuk komitmen dan pelaksanaan kata-kata agenda konservasi yang dilakukan secara holistik dari hulu ke hilir sejak dilakukan rescue, rehabilitation dan release bahkan setelahnya. Keberadaan ranger yang menjadi garda terdepan pelestarian orangutan di habitat barunya menjadi esensial.

Para ranger merupakan warga Busang dengan berbagai latar belakang dan pemahaman medan yang berbeda serta pengetahuan lokal yang bervariasi. Ada yang pernah bekerja sebagai pembuka lahan berpindah, logging, pendulang emas, pemburu dan berbagai aktivitas pemanfaatan sumber daya alam lainnya. Sederetan kegiatan ekonomi tersebut tentu menjadi ladang baru yang menjanjikan secara ekonomi, namun belum tentu untuk keberlanjutan hidup dan harmoni antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya.

Banjir, kebakaran hutan, hilangnya sumber daya hutan, kelangkaan sumber pangan alami, hilangnya keanekaragaman hayati yang terjadi mungkin bisa menjadi pengingat yang sulit dihiraukan. Sialnya rusaknya habitat dan berbagai dampak yang merasakan langsung adalah masyarakat yang telah beberapa generasi hidup dan mencari hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini masyarakat Busang.

Kegiatan pelestarian orangutan dan habitatnya akan terdengar muluk untuk dapat menggeser pola ekonomi yang sudah ada. Ranger yang ikut andil melakukan patroli hutan, mengamati perilaku dan adaptasi orangutan serta membantu kegiatan penelitian biodiversitas dan ekosistem Busang mungkin bisa menjadi alternatif baru kegiatan masyarakat. Hal tersebut harus dipupuk untuk menumbuhkan imajinasi dan harapan atas peluang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lebih berkesinambungan. Bahwa tidak perlu menunggu hutan habis ditebang atau tanah habis dikeruk untuk tetap bisa melanjutkan hidup dan menghidupi masyarakat.

Kehadiran ranger menjadi penting untuk menjembatani pola komunikasi efektif dalam menyampaikan gagasan alternatif di atas. Berbicara dengan bahasa yang masyarakat mengerti menjadi tumpuan agar efek domino kegiatan pelepasliaran orangutan dapat dimengerti dan dirasakan. Saat ini masyarakat Busang tidak hanya mendukung secara anggukan dan perkataan, namun seringkali di tengah belantara juga ikut menyempatkan memberi laporan keberadaan orangutan. Hal tersebut menjadi sinyal positif keterlibatan aktif dan support moral atas kegiatan yang dilakukan, utamanya mitigasi konflik dan manajemen konflik yang terjadi. Tidak jarang orangutan engan daya jelajah yang tidak terprediksi akan singgah di pondok dan ladang masyarakat, upaya patroli dan mediasi yang dilakukan oleh ranger APE Guardian merupakan bentuk tanggungjawab dan juga menjaga rasa aman masyarakat.

Jalan panjang agar warga Busang dapat berdaya mengelola lingkungan hidup dan sumber daya secara berkesinambungan yang tidak eksploitatif bisa jadi mendapat inspirasi oleh tim ranger itu sendiri. Mereka yang hajat hidupnya tergantung dari bagaimana pengelolaan sumber daya dilakukan tentu harus menjadi beneficiary utama. Potensi lokasi pelepasliaran Busang menjadi gerbang bagi keekonomian baru, bahwa orangutan, habitat dan manusia bisa hidup berdampingan.

Ranger sebagai tim taktis yang ada di lapangan bekerja dari sudut paling jauh di Kawasan Pelepasliaran Busang dan sering kali dengan sumber daya yang terbatas. Namun hal tersebut sudah menjadi kepastian, sebagaimana punggungan dan anak sungai yang harus dipikirkan dan dicari alternatif jalan memutar untuk dilewati, tantangan di lapangan bisa diatasi dengan keteguhan kreatifitas. Lebih dari itu, kerja-kerja pelestarian orangutan dan ekosistem tidak hanya untuk masyarakat Busang dan sekitarnya semata, namun lebih jauh lagi merupakan upaya kolektif dalam mengusahakan kelestarian satwa liar khususnya orangutan, keberlanjutan bumi dan menghadapi tantangan iklim yang mengancam kita semua. (GAL)

TAKUT MELIHAT ORANGUTAN LAIN, KOLA BATAL POSYANDU

Hari ini jadwal posyandundu bagi orangutan Berani, Septi dan Kola. Kegiatan meliputi pengukuran biometrik dan penimbangan berat badan orangutan. Pagi-pagi, Berani telah selesai menjalani posyandunya. Tibalah giliran Kola untuk menjalani posyandu. Para perawat sudah bersiap di depan kandang Kola. Ketika pintu kandang dibuka, Kola tampak bersemangat untuk keluar kandang. Ia keluar kandang dengan tenang sambil berjalan dengan santai.

Namun ekspresinya mendadak berubah ketika ia melihat orangutan Pingpong, ia langsung berbalik arah dan berjalan menuju arah lain. Tapi justru ia malah melihat orangutan yang jauh lebih besar dari Pingpong, yaitu Ambon. Ketakutan melihat Ambon yang bertubuh sangat besar, Kola langsung berusaha menjauhi area kandang dan pergi ke arah hutan.

Para perawat satwa dengan sigap mengejar Kola. Keempat perawat satwa pun cukup kewalahan untuk menangkap dan membawa kembali Kola ke dalam kandang. Ia sesekali mencoba menggigit ketika para perawat satwa mencoba menggiringnya kembali ke kandang.

Melihat kondisi Kola yang sulit ditangani, drh. There memutuskan untuk membatalkan posyandu untuknya. “Udah gak bisa di-handle itu, masukin kandang saja”, kata There. Keempat perawat satwa lalu dengan susah payah berusaha mengendalikan dan membawa Kola kembali masuk ke dalam kandang. Setibanya di dalam kandang, Kola langsung memberi respon urinasi dan defakasi yang menandakan kondisi ketakutannya akibat melihat orangutan lain yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar dibanding dirinya.

Kola memang cukup terbiasa melihat manusia, namun seringkali ketakutan dan menghindar ketika melihat orangutan lain terutama yang berbadan lebih besar dari dirinya. (RAF)

PASANGAN SEMPUR HUJAN TERCIDUK APE GUARDIAN

Akhir bulan Agustus yang lalu, APE Guardian menyisir dan patroli malam di sekitar kawasan Sungai Hagar dan pulau pra-pelepasliaran. Patroli tersebut bertujuan untuk menyisir dan mencari hewan-hewan malam yang berada di sekitar kawasan tersebut. Terutama karena laporan ranger dan warga yang melihat kukang di dalam pulau pra pelepasliaran Dalwood Wylie.

Tanda-tanda keberadaan kukang memang belum teramati oleh tim APE Guardian. Burung-burung diurnal banyak teramati sedang tidur pulas di ranting-ranting pohon. Salah satu yang menarik adalah pasangan sempur hujan yang tidur pulas berduaan di atas ranting yang menjulur ke arah sungai.

Sempur Hujan Sungai (Cymbirynchus macrorynchos), jenis ini banyak ditemu sepanjang sungai di Kawasan Pelepasliaran Busang. Seperti namanya sempur hujan sungai hidup sangat dekat dengan sungai. Burung ini hidup dari memakan serangga dan invertebrata air. Oleh sebab itu burung ini biasanya memilih tempat bertengger ataupun tempat membuat sarang tak jauh dari sungai. Janis ini sering ditemukan berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Biasanya pasangan burung akan membangun sarang menggantung di dekat sudangai dari ranting, dedaunan dan tanaman rambat. Biasanya jenis ini mememulai aktivitas kawin dan membangun sarang pada bulan-bulan musim kering. Selama proses pembuatan sarang jantan dan betina saling bekerja sama sampai selesai terbentuk.

Walaupun merupakan jenis yang masih dibilang cukup umum dan banyak, namun perubahan habitat besar-besaran dan kerusakan daerah aliran sungai terutama pada vegetasi riparian dapat membuat populasi burung ini terancam. Tim APE Guardian berharap dengan kehadiran COP di kawasan pelepasliaran Busang ini dapat ikut serta melesatarikan orangutan dan hewan-hewan di dalamnya termasuk burung sempur hujan sungai ini. (EKO_COP Academy)