5 JAVAN HAWK-EAGLE RESCUED FROM TRADERS

Joint raid operation between Gakkum KLHK Jabalnusa, Malang Police, and Animals Indonesia on July 14th 2017 in PakisJajar, East Java, successfully rescued 15 wild animal individuals. Once the rescued animals arrived at Pusat Konservasi Elang Kamojang in Garut, the number was corrected – there were 5 Javan Hawk-Eagle instead of 3 as initially reported. This was quite shocking, since Javan Hawk-Eagle, the symbol of Indonesia (or better known as ‘Garuda’), is extremely hard to find. On 1992, Javan Hawk-Eagle or Nisaetus bartelsi was named as the symbol as endangered wild animal in Indonesia. Even IUCN (world conservation organization) enlisted Javan Hawk-Eagle as Endangered.

“Javan Hawk-Eagle is endemic in Java Island, it is extremely rare and endangered. Hunting and trafficking are the most serious threat, after losing their habitat. Last July’s operation was the biggest catch in hawk trafficking.” stated Daniek Hendarto, action manager of COP. The rescued animals were consist of 5 Javan Hawk-Eagle, 3 Black Hawk, 4 Changeable Hawk-Eagle, 1 Black-winged kite Hawk, and 2 baby hawks that too young to identify. “This is a serious crime. Justice will come for the endangered wildlife traders.” stated Daniek.

All of the individuals arrived in Kamojang, Garut after having a 24 hour-long road trip. Based on the suspect’s information, these birds were captured in West Java. After thorough medical examination, all birds are in good condition and ready to be released.

“Do not buy wild animals! Do not sell wild animals! Or you will be dealing with APE Warrior!”. (Zahra_Orangufriends)

5 ELANG JAWA DISELAMATKAN DARI PEDAGANG
Operasi penggerebekkan bersama Gakkum KLHK Jabalnusa, Polres Malang dan Animals Indonesia pada Jumat, 14 Juli 2017 di desa Pakisjajar, kecamatan Pakis, kabupaten Malang, Jawa Timur berhasil menyelamatkan 17 individu satwa liar. Dari ketujuh belas satwa tersebut, setelah tiba di Pusat Konservasi Elang Kamojang di Garut, Jawa Barat mengalami koreksi. 15 individu elang yang dimaksud adalah 5 individu elang jawa bukan 3 seperti yang diberitakan sebelumnya. Ini cukup mengejutkan, elang jawa yang merupakan lambang negara Republik Indonesia ini atau yang sering disebut garuda ini adalah elang yang paling sulit ditemukan. Pada tahun 1992, elang jawa atau Nisaetus bartelsi ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Bahkan organisasi koservasi dunia IUCN memasukkan elang jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam punah).

“Elang Jawa adalah satwa endemik pulau Jawa yang sangat langka dan terancam. Perburuan dan perdagangan menjadi ancaman serius selain kehilangan habitat. Operasi pertengahan Juli kemaren merupakan tangkapan terbesar untuk perdagangan elang.”, ujar Daniek Hendarto, manajer aksi Centre for Orangutan Protection. Ada 5 elang jawa, 3 elang hitam, 4 elang brontok, 1 elang alap tikus dan 2 individu elang yang unidentified karena masih terlalu bayi (kurang dari 2 minggu). “Ini adalah kejahatan serius. Putusan hukum akan menanti dari dua pedagang yang lakukan jual beli satwa dilindungi ini.”, tegas Daniek.

Kelimabelas elang tiba di Kamojang, Garut setelah melalui perjalan darat selama 24 jam. Dari tersangka di dapat infoemasi, tersangka memperoleh elang dari daerah Jawa Barat. Setelah dilakukan pemeriksaan medis secara umum, semua elang dalam keadaan baik dan berpotensi untuk dilepasliarkan, dalam artian tidak cacat.

“Jangan beli satwa liar! Jangan jual satwa liar! Atau kamu berhadapan dengan APE Warrior!”.

SHANTI, THE QUEEN OF COP BORNEO’S KITCHEN

Shanti, the tiny-figured and pretty lady, is the one that ensures the staffs of COP Borneo have got enough ‘ammo’. The ammo was not for guns, but breakfast, lunch and dinner for the staffs. Shanti cooks the meals until it is ready to prepared. “I wake up the earliest, and start cooking before the staffs’s activity begin. They have to have breakfast first before starting their day.” stated Shanti, COP household staff.

Shanti is still young, she was born on 1996 in Bulungan, North Kalimantan. Both of her parents are Dayak people. Since June 2016, Shanti joined COP Borneo. Ensuring all the gears are clean, making shopping list, taking care of the meals and when to shop are her responsibility. The distance between COP to nearest market is 1.5 hours away, so Shanti has to be careful on making the shopping list.

When she was asked what is the staff’s favorite meal, she said while chuckling, “Mendoan. The guys love Mendoan. Mendoan is fried tempe with some flour and seasoning, but it’s not deep fried.”

And what are the pros and cons of working for COP? “The pros are having a lot of friends that’s like family, and working here is such a distinguished experience to me. The cons.. When the rain falls and we run out of stocks.”. But don’t worry.. “I will get some vegetables from my parent’s field when we are out of stocks and it’s not time to go to the market yet.” said Shanti with a smile. (Zahra_Orangufriends)

SHANTI, PENGUASA DAPUR COP BORNEO
Shanti dengan badannya yang kecil, cantik dan cekatan memastikan “amunisi” untuk para staf COP Borneo. Amunisi yang dimaksud, bukanlah untuk senapan, namun merupakan makanan pagi, siang dan malam yang akan dikonsumsi para staf. Shanti meracik bumbu, memasak hingga menjadi hidangan. “Saya bangun paling awal dan memulai memasak ketika aktivitas teman-teman belum di mulai. Teman-teman harus sarapan dulu sebelum beraktivitas.”, ujar Shanti bagian rumah tangga COP Borneo.

Usia Shanti tergolong muda, dia kelahiran 1996 di Bulungan, Kalimantan Utara. Kedua orangtuanya berasal dari suku dayak. Sejak Juni 2016, Shanti bergabung di COP Borneo. Memastikan perlengkapan COP Borneo bersih, menyusun daftar belanjaan, mengatur menu makanan dan kapan harus belanja bahan kebutuhan pokok harus dijalaninya. Jarak pasar dengan COP Borneo sekitar 1,5 jam sekali tempuh, maka Shanti harus teliti dalam perhitungan dan penentuan daftar belanja.

Ketika ditanya masakan apa yang menjadi favorit teman-teman COP Borneo, Shanti menjawab sambil tertawa, “Mendoan. Teman-teman sangat suka mendoan. Mendoan adalah tempe yang digoreng dengan larutan tepung bumbu dan digoreng tidak kering.”.

Mau tahu suka duka bekerja di COP Borneo versi Shanti? “Sukanya kerja di sini, saya punya banyak saudara dan pengalaman yang sangat berbeda. Dukanya… jika hujan dan bahan makanan habis.”. Tapi jangan kawatir, “Shanti akan mengambilkan sayuran dari ladang ibu dan bapaknya ketika bahan habis dan belum waktunya turun ke kota untuk belanja.”, ujar Shanti dengan senyum lepas. (WET)

THREE GARUDA RESCUED FROM TRADER

Garuda which is the symbol of the Republic of Indonesia is observed more closely resemble the Java Eagle (Javanese Hawk-Eagle).This eagle had a characteristic appearance of black crest towering up that emerge when it reach the age of mature adult. Javanese Hawk-Eagles include in to the Government Regulation No.7 of 1999 for Protected Animals. Any action of capturing, hunting, sale and purchase, and ownership of any reason (such as falconry, Javanese Hawk-Eagle) can be sentenced to a maximum imprisonment of 5 years. This punishment is still relatively mild.

The Javanese Hawk-Eagle is a monogamous animal, i.e; during it’s life, it has only one partner. Threats that usually arise are, eagle eggs are preyed by other animals or deliberately taken by humans. When it grows, eagles are a high-level predators, and are the top consumer in animal kingdom. The difficulty in reproducing and the important role of the eagle makes trafficker punishment and eagle ownership too light.

Friday, July 14th, 2017 Gakkum KLHK together with Polres Malang. Animals Indonesia and COP managed to rescue 3 Javanese juvenile eagles from two suspects of wildlife traders. The two suspects in this one residence area, know each other.

“Concerned and angry . How they (the suspects) do not care about the existence of Javanese eagles in nature. These traders have been operating long enough and we have observed them. This is the first time with a considerable evidence. Even the biggest we’ve ever dealt with.”, said Hery Susanto, coordinator of Anti Wildlife Crime from the Center for Orangutan Protection. (Dhea_Orangufriends)

TIGA BURUNG GARUDA DISELAMATKAN DARI PEDAGANG
Burung Garuda yang merupakan lambang negara Republik Indonesia jika diamati lebih teliti lagi akan menyerupai Elang Jawa (Javan Hawk-Eagle). Ciri khas yang muncul saat mulai dewasa dari burung elang ini adalah munculnya jambul menjulang ke atas berwarna hitam. Elang Jawa termasuk satwa yang dilindungi PP No 7 tahun 1999. Setiap tindakan penangkapan, perburuan, jual beli dan kepemilikan atas alasan apapun (seperti falconry, elang jawa) dapat dijatuhi hukuman penjara maksimal 5 tahun. Hukuman ini pun masih tergolong ringan.

Elang Jawa termasuk hewan monogami, yakni selama hidupnya, dia hanya memiliki satu pasangan. Ancaman yang biasanya muncul adalah, telur-telur elang tersebut dimangsa oleh hewan lain atau sengaja diambil manusia. Saat tumbuh besar, elang merupakan predator tingkat tinggi, dan merupakan hewan konsumen puncak. Sulitnya bereproduksi dan peran elang yang penting membuat hukuman pedagang maupun kepemilikan elang terlalu ringan.

Jumat, 14 Juli 2017 Gakkum KLHK bersama Polres Malang, Animals Indonesia dan COP berhasil menyelamatkan 3 elang jawa remaja dari 2 orang tersangka, pedagang satwa liar. Kedua tersangka yang berada pada satu perumahan ini, saling mengenal.

“Prihatin dan marah. Betapa mereka (tersangka) tidak peduli keberadaan elang jawa di alam. Para pedagang ini sudah cukup lama beroperasi dan kami amati. Baru kali ini berkesempatan dengan barang bukti yang cukup besar. Bahkan yang paling besar yang pernah kami tangani.”, tegas Hery Susanto, koordinator Anti Wildlife Crime dari Centre for Orangutan Protection. (YUN)