THERE IS PUFF OF SMOKE ABOVE THE LABANAN FOREST

Periodically, the APE Crusader team who happened to be at the COP Borneo orangutan rehabilitation center flew a drone. Observing landscapes from above is now much easier than before. “There is a puff of smoke. interesting to visit. It’s not too far away, only about 2 km, “said Wety Rupiana.

The closer, the clearer was the Labanan Research Forest that had caught fire. “You see an open part.” What will be lost? Flora, fauna and even the COP Borneo orangutan rehabilitation center may also be lost.

Labanan Research Forest has 53 genera of low-level plants, 183 genus of high-level plants. 62 species of Dipterokarpa which are the icon of this forest will also only remain in name. Carbon reserves of 123,912 tons will only remain on paper.

Labanan Research Forest is threatened by coal mining. Will we just stay quiet? Are we ready to lose the richness of the flora of the Kalimantan rainforest? (EBO)

ADA KEPULAN ASAP DI ATAS HUTAN LABANAN

Secara berkala, tim APE Crusader yang kebetulan sedang berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo menerbangkan drone. Mengamati bentang alam dari atas saat ini jauh lebih mudah dibandingkan dulu. “Ada kepulan asap. yang menarik untuk didatangi. Tak begitu jauh sekitar 2 km saja.”, ujar Wety Rupiana.

Semakin dekat, semakin jelas terlihat Hutan Penelitian Labanan yang terbakar. “Terlihat bagian yang terbuka.”. Apa yang akan hilang? Flora, fauna bahkan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo mungkin juga akan hilang. 

Hutan Penelitian Labanan memiliki 53 genus tumbuhan tingkat rendah, 183 genus tumbuhan tingkat tinggi. 62 spesies Dipterokarpa (meranti) yang merupakan ciri khas hutan ini pun akan ikut tinggal nama saja. Cadangan karbon 123.912 ton tinggal hitungan diatas kertas saja. 

Hutan Penelitian Labanan terancam pertambangan batu bara. Apakah kita tinggal diam saja? Apakah kita siap kehilangan kekayaan flora hutan hujan Kalimantan ini? 

INDONESIA BECOMES BETTER

Suddenly orangutans at the Surabaya Zoo became a trending topic in Instagram. A video about the alleged beating of orangutans by the zoo keeper spread widely, comments from Instagram users also varied. Almost all condemned the beating incident.

Animal / Orangutan beaten? This attention is an extraordinary thing. “Indonesia is getting better. We care more about the violence that happens around us. Not only to fellow humans. But the closest human relatives that have 97% of the same DNA. “, Said Daniek Hendarto, action manager of the Center for Orangutan Protection in response to the viral video.

The Surabaya Zoo in its clarification video stated that it was not true. Both orangutans are in good condition. “If this is the case, a physical examination or post mortem is needed. This is to prove the presence or absence of violence to the orangutans. “, Explained Flora Felisitas, veterinarian Center for Orangutan Protection. “We are ready to help if the government need it.”, she added. (EBO)

INDONESIA MENJADI LEBIH BAIK

Tiba-tiba saja instagram menjadi ramai dengan topik orangutan di Kebun Binatang Surabaya. Video tentang dugaan pemukulan orangutan oleh pawangnya tersebar dengan luas, komentar dari pengguna instagram pun beragam. Hampir semuanya mengutuk kejadian pemukulan tersebut.

Satwa/Orangutan dipukul? Perhatian ini menjadi hal yang luar biasa. “Indonesia menjadi lebih baik. Kita semakin peduli dengan kekerasan yang terjadi di sekeliling kita. Tidak hanya pada sesama manusia. Tapi kerabat terdekat manusia yang memiliki DNA 97% sama.”, ujar Daniek Hendarto, manajer aksi Centre for Orangutan Protection menanggapi viralnya video tersebut.

Kebun Binatang Surabaya dalam video klarifikasi nya menyatakan bahwa itu tidak benar. Kedua orangutan dalam kondisi baik-baik saja. “Jika memang demikian, pemeriksaan fisik atau visum pada orangutan tersebut sangat dibutuhkan. Ini untuk membuktikan ada atau tidaknya tindak kekerasan pada individu orangutan tersebut.”, jelas drh. Flora Felisitas, dokter hewan Centre for Orangutan Protection. “Kami siap membantu jika pemerintah membutuhkan.”, tambahnya lagi. 

Terimakasih para pengguna media sosial, kepedulian kita menjadikan Indonesia lebih baik! Terimakasih Orangufriends… ayo terus kampanyekan #OrangutanBukanMainan bahwa Orangutan di lembaga konservasi ex-situ harus terus diperhatikan kesejahteraannya dengan memperhatikan 5 Kebebasan Kesejahteraan Satwa.

FIVE YEARS OF COP BORNEO ORANGUTAN RESCUE CENTER

Orangutan Rescue Center program is a joint work between the East Kalimantan Natural Resources Conservation Center and the Dipterokarpa Forest Ecosystem Research and Development Center. Infrastructure development was carried out in stages establish 1 block of quarantine cages, 1 block of socialization cages, 1 block of adult orangutan pens, 1 clinic, 1 employee mess, 1 kitchen, 2 bathrooms / toilets and 1 fruit warehouse. Throughout 2014 to 2019, Borneo COP has accommodated 24 individual orangutans from state confiscations, handed over by communities and victims of conflict.

Forest schools are part of the orangutan rehabilitation program under the age of 5 years. Currently there are 9 orangutans registered in the forest school program. Furthermore, while locations where orangutans are ready to be released needs further evaluation, the Center for Orangutan Protection is building orangutan monitoring posts and operating pre-release islands.

To date, there have been five individual orangutans released after going through the Borneo COP orangutan rehabilitation program. The existence of the Borneo COP also helps the East Kalimantan BKSDA in handling orangutan conflicts and supports the enforcement of wildlife crime in the East Kalimantan region.

Borneo COP also involves the community in providing orangutan feed, helps tourism conscious villages through village ecotourism programs and conducts free village animal treatment by the COP medical team. The strategic location of Borneo COP covering East Kalimantan and North Kalimantan has become an important part of orangutan conservation in a rehabilitation program. Hopefully the Orangutan Rescue Program in East Kalimantan can continue. (EBO)

LIMA TAHUN PUSAT PENYELAMATAN ORANGUTAN COP BORNEO

Program Pusat Penyelamatan Orangutan ini adalah kerja bersama antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa. Pembangunan infrastruktur dilakukan secara bertahap hingga menghasilkan 1 blok kandang karantina, 1 blok kandang sosialisasi, 1 blok kandang orangutan dewasa, 1 klinik, 1 mess karyawan, 1 dapur, 2 kamar mandi/wc dan 1 gudang buah. Sepanjang tahun 2014 hingga 2019, COP Borneo telah menampung 24 individu orangutan yang berasal dari sitaan negara, serahan masyarakat dan korban konflik.

Sekolah hutan adalah bagian dari program rehabilitasi orangutan yang berusia di bawah 5 tahun. Saat ini ada 9 orangutan yang terdaftar dalam program sekolah hutan. Selanjutnya kebutuhan pada lokasi dimana orangutan yang sudah siap untuk dilepasliarkan namun masih diperlukan evaluasi lebih dalam lagi, Centre for Orangutan Protection membangun pos monitoring orangutan dan mengoperasikan pulau pra-pelepasliaran.

Hingga saat ini, ada lima individu orangutan yang telah dilepasliarkan setelah melalui program rehabilitasi orangutan COP Borneo. Keberadaan COP Borneo juga membantu BKSDA Kaltim dalam penanganan konflik orangutan dan mendukung penegakkan hukum kejahatan satwa liar di wilayah Kalimantan Timur. 

COP Borneo juga melibatkan masyarakat dalam pengadaan pakan orangutan, membantu desa sadar wisata melalui progam ekowisata kampung (ecotrip) dan melakukan pengobatan satwa desa gratis oleh tim medis COP. Lokasi COP Borneo yang sangat strategis mencakup Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara telah menjadi bagian penting konservasi orangutan dalam program rehabilitasi. Semoga Program Penyelamatan Orangutan di Kalimantan Timur dapat terus berkelanjutan.