DARI KAMPUS KE HUTAN, LAHIRKAN GENERASI PENJAGA ORANGUTAN

Pada 24 Juli 2025, Gedung Teater FMIPA Universitas Mulawarman dipenuhi semangat muda saat Ceremony Penerimaan Beasiswa EBOCS 2025 digelar. Acara ini dihadiri oleh perwakilan COP, Orang Utan Republik Foundation (OURF), pimpinan UNMUL, para dosen, mahasiswa, hingga orang tua penerima beasiswa. Tahun ini, enam mahasiswa resmi terpilih, dua dari Fakultas Kehutanan dan empat dari FMIPA. Agenda berlanjut keesokan harinya dengan penandatanganan MoA antara COP dan FMIPA serta sesi berbagi inspiratif. Gary Shapiro dari OURF membawakan materi tentang konservasi orangutan, tim COP memaparkan program di Kalimantan Timur, sementara alumni EBOCS berbagi kisah mereka, mulai dari kampanye, edukasi ke sekolah, sampai pengalaman riset di lapangan.
EBOCS (East Borneo Orangutan Caring Scholarship) sendiri adalah bagian dari program beasiswa internasional Orangutan Caring Scholarship (OCS) yang dikhususkan untuk mahasiswa Kalimantan Timur. Didukung OURF dan dikelola COP sejak 2021, program ini awalnya hanya memberi kesempatan kepada dua mahasiswa. Namun berkat keberhasilan dan konsistensi, kuotanya terus bertambah dari tahun ke tahun. Hingga 2025, EBOCS telah mengantarkan 24 mahasiswa untuk tidak hanya menyelesaikan pendidikan, tapi juga ikut berperan dalam konservasi orangutan.
Salah satunya adalah Andika, mahasiswa Biologi semester 6 FMIPA UNMUL. Saat ini ia sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan selama 40 hari di site pelepasliaran orangutan COP, Busang. Andika juga tengah menyiapkan penelitiannya, yaitu mengenai rayap sebagai salah satu pakan alami orangutan. Di lapangan, Andika juga terjun langsung dalam berbagai aktivitas, mulai dari pelepasliaran dan monitoring orangutan, patroli kawasan, mitigasi konflik, hingga survey keanekaragaman satwa. Harapannya, penelitian ini tak hanya memperkaya data COP, tapi juga menjadi sumbangsih nyata bagi upaya menjaga orangutan tetap lestari di hutan Kalimantan. (DIM)

SARANG BARU INI MILIK SIAPA YA?

Pertengahan tahun 2025 menjadi bulan-bulan yang cukup mencekam di Busang. Bagaimana tidak, setiap hari hujan mengguyur dengan deras, air sungai naik dan angin kencang menyertai hari-hari tim APE Guardian di Pos Monitoring Orangutan. Pada tanggal 27 Juni yang bertepatan dengan hari Jumat, akhirnya matahari menampakkan sinarnya, setelah seminggu penuh langit diselimuti awan hitam. Tim APE Guardian akhirnya bisa sedikit leluasa untuk melakukan patroli rutin di kawasan Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Paagi hari ditemani cuaca yang cerah, ranger bersiap dengan peralatannya, siap tempur untuk patroli.

Sebelum semakin panas, kami berangkat menyusuri Sungai Menyuq menggunakan perahu, kami pun bergerak sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mengecek kembali temuan-temuan sarang lama yang pernah kami jumpai. Setelah kurang lebih 30 menit , tim menjumpai sebuah sarang kelas 2, terlihat dari bagian daunnya yang masih hijau. Tim berhenti sebentar dan mendekat ke pohon dimana terdapat sarang. “Wah ada orangutan bang di atas”, ucap Nigo, salah satu ranger APE Guardian. Tak disangka, dari balik dedaunan yang rimbun tersebut kami menjumpai individu orangutan liar induk dan anak yang sedang memakan buah Dracontomelon dao atau orang lokal menyebutnya buah baran.

Selayaknya seorang ibu, induk orangutan sangat sensitif apabila ada gangguan yang dirasa bisa mengancam anaknya. Ketika kami mencoba semakin mendekat ke arah pohon yang mereka tempati, sang induk mengeluarkan kiss-squeak dan mematahkan ranting-ranting pohon. “Awas Igo!”, teriak Yusuf anggota tim APE Guardian yang lain, karena orangutan tersebut melemparkan ranting pohon yang cukup besar dan hampir mengenai badan. Supaya kondisi orangutan tidak terganggu, tim perlahan melangkah mundur ke perahu dan mengamati dari kejauhan.

Kurang lebih 20 menit telah berlalu, induk orangutan dan anak teramati masuk kembali ke dalam Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Sangat senang rasanya berjumpa dengan orangutan di kawasan pelepasliaran ini dengan kondisi yang baik. Tim APE Guardian bertekad untuk menjaga salah satu rumah yang tersisa bagi orangutan untuk tetap hidup dan lestari. (YUS)

PANSY: GROWING MORE CONFIDENT AND INDEPENDENT

July 2025 was a colorful chapter for Pansy at the BORA rehabilitation center. Almost every day, she showed renewed enthusiasm, climbing higher and exploring further in forest school. At the beginning of the month, Pansy still appeared cautious, often observing from a distance, especially when the sound of an excavator from the island enclosure construction site could be heard. However, after being moved to a quieter location, Pansy began to reveal her more explorative side, climbing up to 20 meters high and joining other orangutans to eat san fruit (Dracontomelon dao) in the treetops.

As the days passed, Pansy became increasingly active in social interactions, particularly with Cinta and Mabel. She often followed them while foraging and traveling through the canopy, as if she found a sense of safety and comfort in their presence. She also began to show curiosity toward Ruby from a distance and made a few attempts to approach, though she still kept some space. This interest is an important sign that Pansy is beginning to understand and build healthy social relationships within her environment.

Pansy also became more skilled in identifying and utilizing natural food sources. She ate bark, san fruit, as well as shoots and wild flowers. When a light rain fell in mid-month, Pansy even broke off branches and leaves to cover herself, a simple act, yet one that reflected her growing natural adaptability.

Outside of forest school hours, Pansy also showed great interest in the enrichment activities provided. She was enthusiastic in solving small challenges and occasionally competed with Felix for her favorite treats. Even though she sometimes took items from Felix, Pansy wasn’t aggressive, it showed that she had the courage to stand her ground for what she wanted.

In her social interactions, Pansy began to show that she was not only independent, but also capable of becoming part of a group. She no longer simply avoided others, but started opening herself up to their presence. These small daily steps form a crucial foundation for her future in the forests of Borneo. (RAF)

PANSY: SEMAKIN PERCAYA DIRI, SEMAKIN MANDIRI
Bulan Juli 2025 menjadi babak penuh warna bagi Pansy di pusat rehabilitasi BORA. Hampir setiap hari ia menunjukkan semangat baru, memanjat lebih tinggi, dan menjelajah lebih jauh di sekolah hutan. Di awal bulan, Pansy masih terlihat berhati-hati dan lebih sering mengamati dari kejauhan, terutama ketika suara ekskavator dari tempat pembangunan pulau enclosure terdengar. Namun, setelah dipindahkan ke lokasi yang lebih tenang, Pansy mulai menunjukkan sisi eksploratif nya, memanjat hingga ketinggian 20 meter dan bergabung dengan orangutan lain untuk makan buah san (Dracontomelon dao) di atas pohon.
Semakin hari, Pansy terlihat makin aktif berinteraksi, terutama dengan Cinta dan Mabel. Ia sering mengikuti keduanya saat mencari makan dan berpindah-pindah di kanopi, seolah menemukan rasa aman dan kenyamanan dalam kebersamaan itu. Ia juga mulai tertarik mengamati Ruby dari kejauhan dan beberapa kali mencoba mendekat, walau tetap menjaga jarak. Ketertarikan ini adalah sinyal penting bahwa Pansy mulai belajar memahami dan membentuk hubungan sosial yang sehat di lingkungannya.
Pansy juga terlihat semakin mahir dalam mengenali dan memanfaatkan sumber pakan alami. Ia memakan kulit kayu, buah san, hingga tunas dan bunga liar. Saat gerimis turun di pertengahan bulan, Pansy bahkan mematahkan ranting dan dedaunan untuk melindungi dirinya, tindakan sederhana, namun menggambarkan kemampuan adaptasi alaminya yang terus berkembang.
Di luar waktu sekolah hutan, Pansy juga menunjukkan ketertarikan besar terhadap enrichment yang diberikan. Ia antusias menyelesaikan tantangan-tantangan kecil, dan kadang berebut dengan Felix untuk mendapatkan makanan favorit. Meskipun kadang merebut milik Felix, Pansy tidak agresif, lebih menunjukkan bahwa ia punya keberanian untuk mempertahankan keinginannya.
Dalam interaksi sosialnya, Pansy mulai menunjukkan bahwa ia tidak hanya mandiri, tetapi juga bisa menjadi bagian dari kelompok. Ia tidak lagi sekadar menghindar, tetapi mulai membuka diri terhadap kehadiran individu lain. Langkah-langkah kecil yang ia ambil setiap hari adalah fondasi penting menuju masa depannya di hutan Kalimantan. (RAF)