ANIMALS WARRIOR SAVE 5 KITTENS IN PETOBO

A very tiring day. This is not the first time the team has been around feeding dogs and cats in Petobo, Central Sulawesi. Petobo has experienced liquefaction with severe damage and destroyed almost one village in Palu. “There are 21 dogs and 52 cats recorded today while we doing a street feeding,” said Faisal, animal volunteers who joined Orangufriends.

At the house in the corner seems like there are not only 3 dogs. One mother dog has wet nipples, that indicates she is still breastfeeding. The team braves themselves to enter the collapsed house. In the bathroom, between buckets of water, they saw baby dogs hiding. Their eyes are still covered, still only 1 week old. The homeowner, evacuated and has not returned yet. The team immediately coordinated with neighbours and conveyed the existing conditions and the possibility of evacuating the dogs.

Together with Mrs. Ana, the owner of a cat shelter in Palu, the Animals Warrior team headed to a house which was reported to have sick kittens. The search for cats is not easy. All the cats were roamed, so the team had to chase and catch them. There are 5 cats with wounds in their eyes. Now the five are in the shelter of Mrs. Ana.

If you want to help animal victims of the earthquake and tsunami disaster in Palu, Central Sulawesi, you can go to kitabisa.com/bantusatwapalu

ANIMALS WARRIOR SELAMATKAN 5 ANAK KUCING DI PETOBO
Hari yang sangat melelahkan. Ini bukanlah untuk pertama kalinya tim berkeliling memberi makan anjing dan kucing di daerah Petobo, Sulawesi Tengah. Daerah yang mengalami likuifaksi dengan kerusakan parah dan menghilangkan hampir satu kelurahan di Palu. “Ada 21 anjing dan 52 kucing tercatat pada hari ini saat keliling pemberian pakan.”, ujar Faisal, relawan satwa yang tergabung di Orangufriends.

Rumah pojok ini ternyata tak hanya ada 3 anjing di situ. Terlihat satu induk anjing dengan puting susu yang masih menyusui. Tim pun memberanikan diri memasuki rumah yang rubuh tersebut. Di kamar mandi, di antara ember air, terlihat bayi-bayi anjing bersembunyi. Matanya masih terseliputi, masih baru 1 minggu usianya. Pemilik rumah, mengungsi dan belum kembali. Tim segera berkordinasi dengan tetangga yang kebetulan ada, dan menyampaikan kondisi yang ada serta kemungkinan mengevakuasi anjing-anjing tersebut.

Bersama ibu Ana, pemilik shelter kucing di Palu, tim Animals Warrior menuju rumah yang dikabarkan ada anak-anak kucing yang sakit. Pencarian kucing tak semudah yang dipikirkan tim, datang ke rumah dan menemukan kucing tersebut. Ternyata kucing-kucing berkeliaran, sehingga tim pun harus berkejar-kejaran menangkap kucing-kucing tersebut. Ada 5 kucing yang mengalami luka pada matanya. Kini kelimanya berada di shelter ibu Ana.

Jika kamu ingin membantu satwa korban bencana gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, bisa melalui https://kitabisa.com/bantusatwapalu

ORANGUTAN SHOULD NOT BE LIVING IN THAT WOODBOX

APE Defender team (18/10/18) check on the baby orangutan found by locals of Tepian Baru village, East Kutai, East Kalimantan at his rice field that was just cleared in 2014. Temporary examination shows that the orangutan is a 4-5 year old male orangutan.

“Condition of the orangutan is so skinny. Mistreatment can be the main factor that causing the bad condition of this orangutan.”, drh. Felicitas Flora said. The habits to feed him human food i.e rice with side-dishes will be a special notes on its rehabilitation process. “The little finger of his right foot is missing.” added the vet of APE Defender team.

Fortunately, the keeper was aware that this orangutan can not be that box of 1m x 1m x 0.5 continually, as the orangutan is getting bigger. Hopefully, the orangutan will already be in rehabilitation center.

“It’s not easy to rehabilitate an orangutan. At an early stage, an orangutan will undergo a series of medical examinations. An orangutan will also undergo a quarantine period for two months until all the medical examinations are done. If the orangutan passes that period, he will be joining the forest school class. His development will always be monitored, and the result of it will determine whether he will continue to pre-release class, or even release class, or not. This all cost a great amount of money and quite a long time. Do not pet orangutan! Immediately report if you see any orangutan living around humans.” Wety Rupiana, coordinator of COP Borneo orangutan rehabilitation centre explained. (SAR)

ORANGUTAN TIDAK SEHARUSNYA DI KANDANG KAYU ITU
Tim APE Defender (18/10/18) memeriksa bayi orangutan yang ditemukan warga Tepian Baru, Kutai Timur, Kalimantan Timur di ladang padinya yang baru dibuka pada 2014 silam. Pemeriksaan sementara meliputi jenis kelamin orangutan yaitu jantan dengan usia 4-5 tahun.

“Kondisi orangutan saat ini kurus. Penanganan yang salah bisa saja menjadi penyebab utama kondisi buruk orangutan ini.”, ujar drh. Felisitas Flora. Kebiasaan memberi makanan seperti makanan manusia yaitu nasi beserta lauknya akan menjadi catatan tersendiri proses rehabilitasi orangutan ini nantinya. “Jari kelingking kaki kanannya, tidak ada.”, tambah dokter hewan tim APE Defender ini.

Syukurlah pemelihara menyadari, bahwa orangutan tersebut tidak bisa terus menerus berada dalam kotak kayu berukuran 1m x 1m x 0,5m, seiring dengan bertambahnya usia orangutan. Tim segera berkoordinasi dengan BKSDA untuk mengevakuasi orangutan tersebut. Semoga minggu depan, orangutan tersebut sudah bisa masuk pusat rehabilitasi.

“Memang tidak mudah merehabilitasi orangutan. Untuk tahap awal, orangutan akan melalui serangkaian pemeriksaan medis. Orangutan juga akan menjalani masa karantina selama 2 bulan hingga hasil pemeriksaan kesehatanannya tuntas. Jika orangutan bisa melalui masa karantina tersebut, dia akan dimasukkan ke kelas sekolah hutan. Perkembangan akan terus dalam pantauan, dan hasilnya akan membawanya bisa lanjut ke kelas pra-rilis bahkan ke kelas rilis nantinya. Ini semuanya memakan biaya yang besar dan waktu yang tidak sebentar. Jangan pelihara orangutan! Segera laporkan jika kamu mengetahui keberadaan orangutan di tengah manusia.”, jelas Wety Rupiana, kordinator pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. (FLO)

GEMPI AND HER FRIENDS ARE NO LONGER COLD IN RAIN

Her small body screamed and hobbled toward the Animals Warrior team. Among the ruins of the house, the team found a kitten who was dehydrated and malnourished. The Animals Warrior team, who had worked two weeks on the field, went around looking for her mother. Unfortunately, after trying to find, the mother never appeared. Gempi, this kitten was evacuated from the liquefaction location in Balaroa Village, Palu, Central Sulawesi.

The team took Gempi to the Palu Earthquake and Tsunami Disaster Relief Camp at the BKSDA (Natural Resources Agency) Central Sulawesi and then moved it to the Palu cat shelter, run by Mrs. Ana. In this shelter, there are about 70 abandoned cats treated by Mrs. Ana. The condition of the shelter is not much different from the condition of the house or office in Palu, it is cracked and collapsed. Mrs. Ana was forced to put up a temporary tarpaulin in front of her house to avoid heat and rain but it did not last long, because when the wind blew hard, the tarpaulin was scattered.

Animals Warrior immediately divided the team into 2 groups, one group evacuated several animals from the BKSDA Central Sulawesi to Manado and the others rebuilt Mrs. Ana’s cat shelter. “Luckily, there is material shop already open. The team also bought wood and other necessities. In two days, the shelter roof was installed. Cages were arranged to make maintenance easier”, said Daniek Hendarto. Strong winds often blow in Palu and the last two days of rain are quite heavy. Meanwhile, to include cats into the house, Mrs. Ana was still traumatized by the earthquake so she did not dare to stay in the house for too long.

Thank you for the donation via https://kitabisa.com/bantusatwapalu. Without all the help, it might be difficult to immediately realize a better place for cats in Ms. Ana’s shelter.

GEMPI DAN TEMAN-TEMAN TIDAK KEHUJANAN LAGI
Tubuh kecilnya berteriak dan tertatih-tatih mendekati tim Animals Warrior. Di antara reruntuhan rumah, tim menemukan anak kucing yang mengalami dehidrasi dan malnutrisi. Tim Animals Warrior yang saat itu sudah bekerja dua minggu di lapangan langsung berkeliling mencari induknya. Sayang, setelah berusaha mencari, sang induk tak kunjung muncul. Gempi, anak kucing ini pun dievakuasi dari lokasi likuifaksi kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah.

Tim membawa Gempi ke Posko Satwa Terdampak Bencana Gempa dan Tsunami Palu yang berada di BKSDA Sulteng dan kemudian memindahkannya ke shelter kucing Palu ibu Ana. Di shelter ini sendiri ada sekitar 70 kucing terlantar yang dirawat ibu Ana. Kondisi shelter tak jauh berbeda dengan kondisi rumah maupun perkantoran yang ada di Palu, retak bahkan rubuh. Ibu Ana pun terpaksa memasang terpal sementara di depan rumahnya untuk sekedar menghindari panas dan hujan namun tak bertahan lama, karena saat angin berhembus kencang, terpal pun kocar-kacir.

Animals Warrior segera membagi tim yang ada, sebagian mengevakuasi satwa sitaan BKSDA Sulteng ke Menado dan yang lainnya membangun kembali shelter kucing ibu Ana. “Beruntung, sudah ada toko bangunan yang buka. Tim pun berbelanja kayu dan keperluan lainnya. Dalam dua hari, atap shelter darurat pun terpasang. Kandang-kandang pun disusun untuk lebih memudahkan perawatan.”, ujar Daniek Hendarto dengan lega. Bagaimana tidak lega, angin kencang sering berhembus di Palu dan dua hari terakhir hujan lumayan lebat. Sementara untuk memasukkan kucing-kucing ke dalam rumah, ibu Ana sendiri masih trauma karena gempa sehingga tidak berani terlalu lama berada di dalam rumah.

Terimakasih atas donasi melalui https://kitabisa.com/bantusatwapalu Tanpa bantuan semuanya mungkin akan sulit untuk langsung mewujudkan tempat yang lebih baik untuk kucing0-kucing di shelter ibu Ana.