DART FROM ORANGUFRIENDS AUSTRALIA

Kamu bingung bisa bantu apa? Ini adalah Kelsie Prabawa, salah satu alumni COP School yang berasal dari Australia. Dia menanyakan ke teman-teman nya, apa yang bisa dia bawa dari Australia untuk orangutan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Kalimantan Timur. Dalam sekejap, barang-barang titipan pun sampai di rumahnya dan siap untuk dibawa ke Indonesia.

Simpel ya! Tapi tau ngak, ini sangat membantu sekali. “Perlengkapan untuk membius ini harus pesan dulu kalau di Indonesia. Bisa 3-4 bulan baru barang bisa sampai tujuan. Selain itu, jumlahnya juga kadang tidak sebanyak yang kita pesan karena keterbatasan barang.”, kata Ryan Winardi, dokter hewan COP. “Peralatan ini bisa digunakan berulang kali loh untuk menghemat.”, tambah Ryan lagi.

Nah, sudah tahu kan? Mau membantu orangutan, ngak usah bingung. Siapa pun kamu, tentu saja bisa membantu orangutan Indonesia, si kerabat merah kita yang memiliki kesamaan DNA 97%. Terimakasih mbak Kelsie dan orangufriends Australia.

ANNIE ANNOYING SIMSON

“Annie! Climb Up! “, Simson shouted, the animal keeper staring at Annie, who began to approach the hammock where she was waiting for the orangutans in the COP Borneo forest school class. But the name orangutans with the age of five … like a human child in general. They are very dependent on their mother. Very eager to be close to her mother. Maybe that’s what Annie felt. Being in a foreign place for the first time, he sought the protection of Simson, the animal keeper who took him to a jungle school.

For four years Annie was kept illegally in the village of Merapun. Living in a 3 x 3m wooden cage makes it very dependent on its keepers. Meals like humans, become the daily menu. Of course this will make it difficult for COP Borneo orangutan rehabilitation center in the process of returning Annie to live in her habitat. “Yes, this will be a challenge for the team. We will urgently need the support of all parties.”, said Reza Kurniawan, manager of COP Borneo.

Not only Annie, at the orangutan rehabilitation center is the only one that was founded by the Indonesian children and there are also small orangutans with various backgrounds. Such as Popi, which since September 2016 entered the orangutan rehabilitation center located in Berau, East Kalimantan. Popi is a female orangutan who just loose his umbilical cord. Her little body is still very weak. Even to hold the bottle alone, he has not been able. Now Popi grew and developed into a hopeful orangutan. Playing in a jungle school was able to drown it into the afternoon. Please help rehabilitation orangutan of COP Borneo through DONATE (LSX)

ANNIE MENGGANGGU SIMSON
“Annie! Naik!”, hardik Simson, si animal keeper sambil menatap Annie yang yang mulai mendekati hammock tempatnya menungguin orangutan-orangutan di kelas sekolah hutan COP Borneo. Tapi yang namanya orangutan dengan usia balita… seperti anak manusia pada umumnya. Mereka sangat tergantung pada ibunya. Sangat ingin selalu dekat dengan ibunya. Mungkin itulah yang dirasakan Annie. Berada di tempat asing untuk pertama kalinya, dia berusaha mencari perlindungan Simson, si animal keeper yang membawanya ke sekolah hutan.

Selama empat tahun Annie dipelihara secara ilegal di desa Merapun. Hidup di dalam kandang kayu berukuran 3 x 3m membuatnya sangat tergantung dengan pemeliharanya. Makanan layaknya manusia, menjadi menunya sehari-hari. Tentu saja ini akan menyulitkan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo dalam proses mengembalikan Annie untuk bisa hidup di habitatnya. “Ya, ini akan jadi tantangan tersendiri untuk tim. Kami akan sangat membutuhkan dukungan semua pihak.”, ujar Reza Kurniawan, manajer COP Borneo.

Tak hanya Annie, di pusat rehabilitasi orangutan satu-satunya yang didirikan putra-putri Indonesia ini juga ada orangutan-orangutan kecil dengan berbagai latar belakang. Seperti Popi yang sejak September 2016 masuk pusat rehabilitasi orangutan yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Popi adalah orangutan betina yang baru saja lepas tali pusarnya. Tubuh kecilnya masih sangat lemah. Bahkan untuk memegang botol minumnya saja, dia belum mampu. Kini Popi tumbuh dan berkembang menjadi orangutan yang penuh harapan. Bermain di sekolah hutan mampu menenggelamkannya hingga sore hari. Yuk bantu rehabilitasi orangutan COP Borneo lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan

THE NIGHTMARE OF ORANGUTAN IN KASANG KULIM ZOO

Again, I had the opportunity to visit Kasang Kulim zoo which is located in the suburban area of Pekanbaru city, Kampar district, Riau. Most of its animal collections are caged in iron bars with cement floor.

As I came to orangutan enclosure, I got greeting from orangutan named Lisa. Lisa spat as she reached out to me. And then, Lisa coughed as if she was going to throw up and not long after that she throwed up. Turned out, Lisa has a habit to spit out the food she ate and re-eat it. And she did it over and over again. While the other two orangutans didn’t show any better condition. All those three looked pretty stressed.

Not much that those three orangutan could do, there was only an used tire hung by steel chain in each of the enclosure they live in. One block filled with a pair of orangutan, and the block next to them was a female orangutan, which was Lisa. Tin roof and cement floor turned these cages into prison of orangutan.

I am an  orangufriends from Padang who accidentally became a witness to all this. This nightmare haunted me all night long. My urge to fix the life of orangutan in Kasang Kulim zoo is so strong. The help from other orangufriends obviously will become more real through ttps://kitabisa.com/orangindo4orangutan Let’s help Lisa!

MIMPI BURUK ORANGUTAN DI KASANG KULIM ZOO
Kembali saya berkesempatan mengunjungi kebun binatang Kasang Kulim yang berada di pinggiran kota Pekanbaru, kabupaten Kampar, Riau. Hampir seluruh koleksi satwanya berada di dalam kandang berbentuk kerangkeng yang terbuat dari besi dengan lantai semen.

Begitu tiba di kandang orangutan, saya langsung mendapat salam perkenalan dari orangutan yang bernama Lisa. Lisa meludah sambil mengulurkan tangannya ke arah saya. Selanjutnya, Lisa terbatuk-batuk seperti hendak muntah dan tak lama kemudian diapun muntah. Ternyata Lisa memiliki kebiasaan memuntahkan makanan untuk kemudian dimakannya kembali. Dan kejadian itu dilakukannya berulang-ulang. Sementara dua orangutan lainnya juga tak menunjukkan kondisi yang lebih baik dari Lisa. Ketiganya terlihat stres.

Tak banyak yang bisa dilakukan ketiga orangutan ini, sebuah ban bekas digantungkan dengan rantai baja dimasing-masing bilik yang mereka huni. Satu bilik diisi sepasang orangutan dan di sebelahnya terlihat orangutan betina lainnya yaitu Lisa. Atap seng dan lantai semen menjadikan kandang ini penjara orangutan.

Saya, adalah orangufriends Padang yang tak sengaja menjadi saksi ini semua. Mimpi buruk ini menghantui saya sepanjang malam. Keinginan saya memperbaiki kehidupan orangutan di Kasang Kulim Zoo begitu besar. Bantuan orangufriends lainnya tentu saja akan lebih nyata lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan
Yuk bantu Lisa! (Novi_OrangufriendsPadang)