SUPPORT KLHK TO REVEAL THE DEATH OF ORANGUTAN BAEN

The finding of male orangutan rotten corpse at July 1, 2018 in PT WSSL II area, Central Borneo, with autopsy report from OFI states that there’s human cruelty factor as cause of the death. The necropsy report identifies that at least 7 (seven) airgun bullets and open wounds cause by sharp-edged object, dominantly found on the arm. The orangutan identified as Baen Orangutan, a translocated orangutan in 2014.

Center for Orangutan Protection (COP) is very sorry for the cruelty happened to this orangutan because we can certainly say that the cause of the death must be human activity. In COP’s note, at least there’s 14 orangutans found dead unusually ( in the form of corpse and bones) around Tanjung Puting National Park (TNTP). From the 14 orangutan found dead cases, not even a single case have completely revealed. 

“The finding of orangutans allegedly died unusually must be completely investigated to a litigation so that there will no more orangutan killing. The previous unusual orangutan death cases are mostly left unfinished, so finally the perpetrator think that there’s no law against it. Lets support The Ministry of Environment and Forestry of Indonesian Republic to reveal all those cases, including the death of this Baen Orangutan.’, Ramadhani, COP’s Manager of Orangutan and Habitat Protection Program says.

For more information and interview, please contact:
Ramadhani
Manager of Orangutan and Habitat Protection Program
HP: 081349271904
Email: info@orangutanprotection.com

DUKUNG KLHK UNGKAP KEMATIAN ORANGUTAN BAEN
Temuan mayat orangutan jantan dewasa yang sudah membusuk pada tanggal 1 Juli 2018 di PT WSSL II, Kalimantan Tengah dengan hasil otopsi yang dilakukan oleh OFI menyatakan penyebab kematian adanya faktor kekerasan oleh manusia. Hasil nekropsi memperlihatkan paling tidak ada 7 (tujuh) peluru senapan angin dan disertai luka terbuka oleh benda tajam yang dominan posisinya berada di tangan. Orangutan tersebut diidentifikasi sebagai orangutan Baen, orangutan translokasi di tahun 2014.

Centre for Orangutan Protection (COP) sangat menyayangkan kejahatan pada orangutan ini terjadi karena kematian orangutan dipastikan ulah manusia. Di catatan COP setidaknya sudah ada 14 (empatbelas) orangutan ditemukan mati tidak wajar (berupa mayat dan tulang belulang) dari sekitar Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Dari keempatbelas temuan mayat ini tidak ada satu pun yang berhasil diungkap sampai tuntas.

“Temuan-temuan mayat orangutan yang diduga mati tidak wajar sebelumnya harusnya diusut secara tuntas hingga proses peradilan agar tidak ada lagi kasus pembunuhan terhadap orangutan. Kasus-kasus temuan kematian orangutan yang telah lalu banyak tidak tuntas, akhirnya pelaku merasa tidak ada hukum yang berlaku. Mari dukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk mengungkap kasus-kasus kematian orangutan tersebut, termasuk kematian orangutan yang bernama Baen ini.”, kata Ramadhani, Manajer Program Perlindungan Habitat dan Orangutan dari COP.

Untuk informasi dan wawancara silahkan hubungi:
Ramadhani
Manajer Perlindungan Habitat dan Orangutan
HP: 081349271904
Email: info@orangutanprotection.com

LITTLE FOREST FOR JOJO

Jojo is a baby orangutan who was rescued last April 2018. At this time Jojo supposes to attend forest school, but the medical check-up results are not good. It makes Jojo must be isolated from other orangutans. “Sadly we must accept the fact that Jojo cannot join other orangutans. Jojo was detected with hepatitis B”, said vet Flora Felistita.

We don’t want to see Jojo spend his day in the cage. Every morning after checking the orangutans in the cage, drh. Flora, a doctor and Jojo’s mother at the same time, invited Jojo to play at the baby house.

The baby house that was built in 2016 by Angle’s Team coordinated with Australia’s Compassion and Soul has begun to decay. There are many broken ropes that need repairment. But this did not break the spirit of drh. Flora to invite Jojo to play. This morning, the enclosure in front of the clinic was transformed by drh. Flora to become a very cool playing area like a small forest with the addition of leaves and twigs.

From inside the cage, Jojo looks very impatient to play. After arriving at the baby house, Jojo looked confused because he had previously only hung on ropes without branches, twigs or leaves. “It’s natural. This is the first day Jojo played in the forest. Jojo had fallen to the ground because he chose the tree branch wrongly and was really shocked, but he quickly woke up again”, explained drh. Flora proud.

Compared to the beginning of Jojo’s arrival at the COP Borneo orangutan rehabilitation center, Jojo showed a very good progress. Jojo is very active when given leaves and twigs in a cage. He tries to arrange it like making a nest. “Hopefully someday Jojo will have an enclosure and can feel living and sleeping in a real tree.” (IND)

HUTAN KECIL UNTUK JOJO
Jojo, si bayi orangutan yang diselamatkan pada bulan April 2018 yang lalu. Seharusnya, saat ini Jojo sudah mengikuti kelas sekolah hutan. Namun hasil tes yang tidak bagus membuat Jojo harus diisolasi dengan orangutan yang lain. “Dengan sedih kami harus menerima kenyataan bahwa Jojo tidak dapat bergabung dengan para orangutan yang lain. Jojo terdeteksi hepatitis B.”, kata drh. Flora Felistita.

Kami tidak mau melihat Jojo menghabiskan harinya di kandang. Setiap pagi selesai mengecek para orangutan di kandang, drh. Flora, dokter sekaligus merangkap ibu bagi orangutan Jojo mengajak Jojo untuk bermain di baby house.

Baby house yang dibangun tahun 2016 oleh Angle’s Team yang dikoordinir With Compassion and Soul Australia sudah mulai lapuk. Tali temali yang ada banyak yang putus dan membutuhkan perbaikan. Tapi ini tidak mematahkan semangat drh. Flora untuk mengajak Jojo bermain. Pagi ini, enclosure yang berada di depan klinik disulap drh. Flora menjadi area bermain yang sangat sejuk layaknya hutan kecil dengan penambahan daun-daunan dan ranting.

Dari dalam kandang, terlihat Jojo sangat tidak sabar untuk bermain. Namun setelah sampai di baby house, Jojo terlihat bingung karena sebelumnya dia hanya bergelantungan di tali-tali tanpa dahan, ranting maupun daun. “Wajar… ini adalah hari pertama Jojo bermain di ‘hutan’nya dan Jojo sempat jatuh ke tanah karena salah memilih ranting pohon untuk bergelantung dan sungguh mengejutkan, dia dengan sigap langsung naik lagi.”, urai drh. Flora bangga.

Dibandingkan dengan awal kedatangan Jojo di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Jojo menunjukkan perkembangan yang baik. Jojo sangat aktif bahkan ketika diberi daun dan ranting di dalam kandang, dia berusaha menatanya layaknya membuat sarang. “Semoga suatu saat nanti Jojo mempunyai enclosure dan bisa merasakan tinggal dan tidur di pohon sesungguhnya.”. (WET)

LEARNING CONTRACEPTION WITH ORANGUTAN

Today is National Family Planning Day or HARGANAS. Every June 29 to be exact, the Indonesian government expects the public to understand more about the ideal family by limiting the number of births and the use of contraceptives to form family planning. Then what is the connection with orangutans?

Do you know, orangutans only give birth to one baby? But there are also cases of baby orangutan twins, such as the Sumatran orangutan. But the majority, orangutans only give birth to one baby orangutan. Then? Yes, orangutans will care for their babies until the age of their children ranges from 5-8 years. As long as the mother takes care of her child, the orangutan mother will not be associated with male orangutans. “Wow!”

That means that the orangutan parent will not have another child in the past 8 years? Yes! If the age of the orangutan parent is only 50 years, at most he will have 4 children. Not to mention predators that threaten baby orangutans who are very weak. Naturally, the breeding is very low. Even orangutans are endangered animals.

Should we learn how orangutans regulate their breeding? Not related during that time? At the very least, you know and are a little embarrassed about orangutans. How the responsibility of the orangutan parent is very heavy and the important role of the parent. Happy HARGANAS. This year, the National Population and Family Planning Board (BKKBN) has the theme “Love of the Planned Love Family”. (LSX)

BELAJAR KB PADA ORANGUTAN
Hari ini adalah Hari Keluarga Berencana Nasional atau HARGANAS. Setiap tanggal 29 Juni tepatnya, pemerintah Indonesia mengharapkan masyarakat dapat lebih faham mengenai keluarga ideal dengan membatasi jumlah kelahiran serta penggunaan alat-alat kontrasepsi untuk membentuk keluarga berencana. Lalu apa hubungannya dengan orangutan?

Tahukah kamu, orangutan hanya melahirkan satu bayi? Tapi ada juga ditemui kasus bayi orangutan kembar seperti pada orangutan Sumatra. Namun mayoritas, orangutan hanya melahirkan satu bayi orangutan. Lalu? Ya, orangutan akan merawat bayinya hingga usia anaknya berkisar 5-8 tahun. Selama induk merawat anaknya, induk orangutan tidak akan berhubungan dengan orangutan jantan. “Wow!”.

Itu berarti, induk orangutan tidak akan punya anak lagi dalam kurun waktu 8 tahun tadi? Ya! Kalau usia induk orangutan hanya 50 tahun, paling banyak dia akan punya 4 anak. Belum lagi predator yang mengancam bayi-bayi orangutan yang memang sangat lemah sekali. Wajar kalau perkembangbiakannya sangat rendah sekali. Bahkan orangutan menjadi satwa yang terancam punah.

Haruskah kita belajar bagaimana orangutan mengatur perkembangbiakannya? Tidak berhubungan selama itu? Paling tidak, kamu jadi tahu dan sedikit malu pada orangutan. Betapa tanggung jawab induk orangutan sangat berat dan peran penting induknya. Selamat HARGANAS. Tahun ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengangkat tema “Cinta Keluarga Cinta Terencana”.