BABY SUTAN VICTIM OF LAND CONVERSION?

This orangutan baby looks stressed. Being in a wooden box with a light hole that is a bit like adding to his fear. It got worse when the keeper bathes him on the river bank behind his house. The wound on his head seemed to dry out.

The APE Crusader team tried to approach this orangutan baby. But quickly he tried to stay away. “If it’s only been found for two months, surely he is still quite wild.”, Murmured Paulinus Kristanto. In a moment later, Paulinus carried a pile of leaves. And sure enough, this baby orangutan is swiftly piling up leaves like making nests.

The discovery of baby orangutans on plantations is nothing new. How can an orangutan baby be on a plantation without its mother, while a baby orangutan has a very close relationship with its mother until the age of 5 to 8 years.

The opening of palm oil plantations in the Mentaya Hulu sub-district, East Kotawaringin district, Central Kalimantan is not in dozens or hundreds of hectares. But tens of thousands of hectares that also occupy forests outside conservation forests. What about animals that live in it? Certainly they have to find another place or die unable to survive when the forest conversion occurs. Is there still a forest in Kotim? (EBO)

BAYI SUTAN KORBAN ALIH FUNGSI HUTAN?
Bayi orangutan ini terlihat stres. Berada di kotak kayu dengan lubang cahaya yang sedikit seperti menambah ketakutannya. Semakin bertambah saat pemeliharanya memandikannya di tepi sungai belakang rumahnya. Luka di kepalanya tampak mengering.

Tim APE Crusader berusaha mendekati bayi orangutan ini. Namun dengan cepat dia pun berusaha menjauh. “Jika baru dua bulan ditemukan, pasti dia masih cukup liar.”, gumam Paulinus Kristanto. Tak lama kemudian, Paulinus membawa setumpuk daun-daun. Dan benar saja, dengan sigap bayi orangutan ini menumpuk-numpuk dedaunan yang ada seperti membuat sarang.

Penemuan bayi orangutan di perkebunan bukanlah hal yang baru. Bagaimana mungkin bayi orangutan berada di perkebunan tanpa induknya. Sementara bayi orangutan dengan induknya mememiliki hubungan yang sangat dekat hingga usia anak 5-8 tahun.

Pembukaan perkebunan kelapa sawit di kecamatan Mentaya Hulu, kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah bukan hitungan belasan bahkan ratusan ha lagi. Tapi puluhan ribu ha yang juga menghabiskan hutan di luar hutan konservasi. Bagaimana satwa yang hidup di dalamnya? Sudah pasti harus mencari tempat lagi atau mati tak mampu bertahan saat alih fungsi terjadi. Masih adakah hutan di Kotim?

APE CRUSADER GOES TO CENTRAL KALIMANTAN TO SAVE BABY ORANGUTAN

From east to West Kalimantan, APE Crusader finally arrived in East Kotawaringin regency, Central Kalimantan. With KSDA Region II Post Sampit section, the baby orangutan finally handed over to the country after 2 months of being cared illegally.

This female baby orangutan didn’t look healthy. There was groans several times, as if she was dealing with pain. The team saw a wound on her head that had just dry out. According to Pak Ali who found the orangutan, he found her on his farm when he was about to fishing, then he took her to be kept as pet.

How the baby orangutan was found always when the baby was alone in a farm of the locals. The local who found the baby felt pity and took it home to be cared. In fact, they didn’t even know how to take care of baby orangutan. Just like this baby orangutan called Sutan. He was put in a wooden box of 50 cm x 30 cm x 30 cm. The box condition was dirty like it had never been cleaned, there was also rotten banana leftover inside the box. The box was located behind the hut not far from the bathroom on the riverside.

If you see or heard a baby orangutan found in a farm or being kept as pet by someone, please contact Call Center Ditjen KSDAE 082299351705 or contact through COP’s email on info@orangutanprotection.com or instagram @orangutan_COP.(SAR)

APE CRUSADER MENUJU KALTENG UNTUK SELAMATKAN BAYI ORANGUTAN
Dari timur Kalimantan menuju barat, APE Crusader akhirnya tiba di kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Bersama KSDA seksi wilayah II Pos Sampit, bayi orangutan akhirnya diserahkan kembali ke negara setelah dua bulan dipelihara secara ilegal.

Bayi orangutan berjenis kelamin betina ini terlihat tidak sehat. Beberapa kali terdengar rintihannya, seperti menahan sakit. Tim melihat ada luka di kepalanya dan sudah mulai mengering. Menurut pak Ali yang menemukan bayi orangutan tersebut, dia menemukannya di kebun sewaktu memancing, lalu membawanya untuk dipelihara.

Bagaimana bayi orangutan ditemukan selalu saja saat bayi sendiri di kebun atau ladang warga. Warga yang menemukan merasa kasihan dan membawanya untuk dipelihara. Pada kenyataannya, bagaimana cara merawat bayi orangutan pun tidak tahu. Seperti bayi orangutan bernama Sutan ini. Dia dimasukkan ke dalam kotak kayu berukuran 50cm x 30 cm x 30 cm. Kondisi kandang kotor karena tidak pernah dibersihkan, terdapat sisa pisang mentah bahkan busuk di dalamnya. Kandang pun terletak di belakang pondok tak jauh dari kamar mandi di sisi sungai.

Jika kamu melihat atau mendengar ada bayi orangutan yang ditemukan di ladang atau dipelihara seseorang, hubungi Call Center Ditjen KSDAE 082299351705 atau informasikan melalui email COP info@orangutanprotection.com atau Instagram @orangutan_COP

THE MASSIVE AREA OF PALM OIL PLANTATION IN EAST KALIMANTAN

Trans Borneo Challenge #1 trip on October 13 was accompanied by an endless rain. Throughout their long trip, the team realized how huge the palm oil plantations in East Kalimantan is. The switch of team members cannot be avoided. Septian, who is a COP School Batch 6 alumni, must be replaced by Reza Kurniawan from COP School Batch 5.

An illegal orangutan ownership case is still found. Unyil, a baby orangutan from Meratak Village, East Kalimantan, looked thin. Unyil was sitting in an empty cage. “This is a dilemma. A local person, Mr. Jating, cannot let Unyil starving and fright alone in the middle of his field. When he found Unyil, he brought Unyil to have cared at his house” said Ibnu Anshari, an alumnus of COP School Batch 1 who was the Team Leader of the Trans Borneo Challenge #1 trail.

Finally, after 9 days of traveling from East Java, the team arrived at the COP Borneo orangutan rehabilitation center, Berau, East Kalimantan. What a challenging and interesting journey. The team witnessed the condition of our mother earth. They listen and see the loss of orangutan habitat in East Kalimantan, that are destroyed by the enormous palm oil business. (IND)

LUASNYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KALIMANTAN TIMUR

Perjalanan Trans Borneo Challenge #1 pada 13 Oktober ditemani hujan tanpa henti. Sepanjang perjalanan tanpa putus perkebunan kelapa sawit membawa kami pada luasnya perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur ini. Pergantian personal pun tak bisa dihindari. Septian yang merupakan alumni COP School Batch 6 harus digantikan Reza Kurniawan dari COP School Batch 5.

Kepemilikan ilegal orangutan pun masih dijumpai. Orangutan Unyil dari kampung Meratak, Kalimantan Timur terlihat kurus. Unyil pun masih terduduk di kandang kosong. “Ini adalah dilema, masyarakat tak tega membiarkan Unyil sendirian di tengah ladangnya saat ditemukan pertama kali. Unyil pun dibawa untuk dipelihara. Kasihan kata pak Jating.”, ujar Ibnu Anshari, alumni COP School Batch 1 yang merupakan ketua Tim trail Trans Borneo Challenge #1.

Akhirnya, setelah 9 hari melakukan perjalanan dari Jawa Timur, tim berhasil tiba di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur. Sebuah perjalanan yang menantang dan menarik. Tim menjadi saksi kondisi ibu bumi. Mendengarkan dan melihat langsung semakin hilangnya habitat orangutan di Kalimantan Timur.