ORANGUTANS ARE NOT TOYS

In 2003, Safari World, Bangkok, Thailand held a “Boxing Show” in their zoo. Boxing show is a boxing show using orangutan as the object. Besides boxing show, Safari World, Bangkok, Thailand, there are several zoos in Indonesia that still performs entertainment involving orangutan. The performance is held as a way to attract visitors.

Orangutan is one of the great apes in the world and only spread in Sumatera, Kalimantan, and some parts of Malaysia. Other great apes are found in Africa (Simpanse, Gorilla, and Bonobo). Futhermore, orangutan has DNA similarity with humans as great as 97%. Orangutan is also classified as critically endangered and protected animals by Indonesian government (IUCN). It is a pity to treat orangutan as an animal for human entertainment.

Departing from that matters, COP initiated an #OrangutanBukanMainan or #OrangutansAreNotToys campaign. COP thinks that orangutans should not be treated as entertainment objects, but as animals we should protect. Remembering its status is critically endangered and protected by law.

Some of developed countries has made a regulation to ban animals shows (circus), whether at zoos or other places. The aim is to protect these animals from being exploitation objects by various parties. The Indonesian government has not yet established any regulations to ban animal shows (circus). This is very unfortunate, we still lose at animal welfare with other countries. We still use animals as entertainment objects to gain money for certain parties benefit. Without knowing, indirectly, we who watch the show have supported animal exploitation carried out by various parties.

As a good citizen, let’s stop watching animals show and support the government to immediately make regulations that prohibit animal shows. Indeed, #OrangutansAreNotToys let them free living peacefully in the forest. Not in cages that are used for many people’s entertainment.(SAR)

ORANGUTAN BUKAN MAINAN
Pada tahun 2003, Safari World, Bangkok, Thailand pernah menggelar “Boxing Show” di kebun binatang mereka. Boxing Show adalah pertunjukan olahraga tinju yang menggunakan orangutan sebagai obyeknya. Selain Boxing Show, Safari World, Bangkok Thailand juga mempertontonkan pertunjukan lainnya yang melibatkan orangutan. Tidak hanya Safari World, Bangkok, Thailand, di berbagai kebun binatang Indonesia, masih terdapat pertunjukan hiburan yang melibatkan orangutan. Pertunjukan itu digadang sebagai cara untuk menggaet pengunjung untuk datang ke Kebun Binatang tersebut.

Orangutan adalah salah satu kera besar yang terdapat di dunia dan hanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan sebagian Malaysia. Kera besar lainnya terdapat di Afrika (Simpanse, Gorila, dan Bonobo). Selain itu, orangutan memiliki kemiripan DNA dengan manusia hingga 97%. Orangutan juga diklasifikasikan sebagai hewan yang dilindungi pemerintah Indonesia dan terancam punah (IUCN). Sungguh sangat disayangkan, jika kita memperlakukan orangutan sebagai hewan untuk hiburan.

Berangkat dari hal tersebut, COP menggagas kampanye #OrangutanBukanMainan. COP merasa orangutan seharusnya tidak diperlakukan sebagai obyek pertunjukan, melainkan hewan yang seharusnya kita lindungi. Mengingat statusnya sudah terancam punah dan dilindungi oleh Undang-Undang.

Beberapa negara maju telah membuat peraturan untuk melarang pertunjukan satwa (sirkus), baik di kebun binatang atau tempat-tempat lainnya. Tujuannya adalah agar satwa-satwa tersebut tidak menjadi obyek eksploitasi oleh berbagai pihak. Pemerintah Indonesia hingga sekarang belum menetapkan peraturan untuk pelarangan penyelenggaraan pertunjukan satwa (sirkus). Hal ini sangat disayangkan, kita masih kalah dalam perlakukan yang baik terhadap hewan dengan negara lain. Kita masih menjadikan satwa untuk hiburan yang menarik pundi-pundi rupiah untuk keuntungan pihak tertentu. Tanpa kita sadari, secara tidak langsung, kita yang menonton pertunjukan tersebut telah mendukung eksploitasi satwa yang dilakukan oleh berbagai pihak.

Sebagai warga negara yang baik, mari kita berhenti menonton pertunjukan satwa dan mendukung pemerintah agar segera membuat peraturan yang melarang penyelenggaraan pertunjunkan satwa. Sejatinya #OrangutanBukanMainan, biarkan mereka bisa hidup bebas dengan tenang di hutan. Bukan di kandang yang menjadi hiburan bagi orang-orang. (RYN)

THE SUSPECT OF BAEN KILLER CAUGHT, COP APPRECIATE THE CENTRAL KALIMANTAN REGIONAL POLICE

Centre for Orangutan Protection (COP) appreciates the Central Kalimantan Regional Police (Polda Kalteng) for the death of orangutan case. Determination of the two suspects carried out by Polda Kalteng for the death of orangutan named Baen found at PT. WSSL II subsidiary of Best Agro, Hanau district, Seruyan, right after 40 days of the case were found. Two suspects were charged under the Emergency Law until the DNA test result released.

Air guns or air riffles weapon are as dangerous as other guns. which can kill lives. Because of that, the use of air guns can be charged under Emergency Law No 12 of 1951 concerning registration and granting of ownership for firearms. ” This will be a big step for the campaign of Air Guns/ Air Riffles Terror that has been published for the past seven years. We are looking forward for strict actions against all parties who do not have permits and misuse the weapons. ” , said Ramadhani, manager of COP Orangutan and Habitat Protection.

The death of Baen orangutan which located in palm oil plantations is inseparable from the forest conversion. ” The death of orangutan in PT WSSL in the early July 2018 is not the first to happen. In September 2015, four carcasses of orangutans found at PT WSSL II palm oil plantation. Is this only a coincidence?”, asked Ramadhani again.

Centre for Orangutan Protection
Ramadhani, Habitat Protection Manager
Phone : 081349271904
Email : info@orangutanprotection.com

TERSANGKA PEMBUNUH BAEN DITANGKAP, COP APRESIASI POLDA KALTENG
Centre for Orangutan Protection (COP) mengapresiasi Polda Kalteng atas kasus kematian orangutan. Penetapan dua tersangka yang dilakukan Polda Kalimatan Tengah atas kematian orangutan bernama Baen yang ditemukan di PT. WSSL II anak perusahaan dari Best Agro, kecamatan Hanau, Seruyan tepat setelah 40 hari penemuan kasus tersebut. Dua tersangka dijerat dengan Undang-Undang Darurat hingga menunggu hasil DNA keluar.

Senjata jenis air gun atau senapan angin sama berbahaya dengan senjata api lainnya, yaitu dapat menghilangkan nyawa. Karena itu penyalahgunaan senapan angin dapat dijerat Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api. “Ini akan menjadi langkah besar untuk kampanye Teror Senapan Angin yang sejak tujuh tahun terakhir ini dipublikasikan. Tindakakan tegas terhadap semua pihak yang tidak memiliki izin dan menyalahgunakan senjata tersebut, sangat kami tunggu pelaksanaannya.”, kata Ramadhani, manajer Perlindungan Orangutan dan Habitat COP.

Kematian orangutan Baen yang berada di lokasi perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari alih fungsi hutan. “Kematian orangutan di PT WSSL pada awal Juli 2018 bukanlah yang pertama terjadi. Pada September 2015, empat bangkai orangutan ditemukan di perkebunan kelapa sawit juga. Apakah ini sebuah kebetulan?”, tanya Ramadhani lagi.

Centre for Orangutan Protection
Ramadhani, Manajer Perlindungan Habitat
HP : 081349271904
Email : info@orangutanprotection.com

THIS MORNING DRAMA WITH POPI

Just like our kids who just got into school, there are times when they don’t want to separate from us. Woke up late, took a bath and had breakfast along with cries and in the end didn’t want to separate from you when you had arrived at the school gate. What a full of drama morning!

Popi, the orangutan baby is just like that. This morning after breakfast in the cage, Popi was carried out to the forest school. Oh no!!! She grasped even tighter when we arrived at the forest school. And her eye looks was… Who have the heart to force her to climb the trees?

It’s not too cold this morning, even the weather is at its best. But what can i do, Popi the orangutan baby who has been in orangutan rehabilitation center COP Borneo since her umbilical cord cut, doesn’t loosen her arms a bit. Popi had to lose her mother. Her mother subtitute is only her keeper who is currently held tight by her. (SAR)

DRAMA PAGI INI BERSAMA POPI
Seperti anakmu yang baru saja masuk sekolah. Ada kalanya tidak ingin berpisah darimu. Bangun terlambat, mandi dan sarapan diselingi tangisan dan akhirnya tidak mau lepas darimu saat sudah tiba di gerbang sekolah. Pagi yang penuh drama!

Popi, bayi orangutan ini pun seperti itu. Pagi ini usai sarapan di kandang, Popi digendong untuk ke sekolah hutan. Oh tidak!!! Pelukannya semakin erat saat tiba di sekolah hutan. Dan tatapan matanya… Tegakah memaksanya untuk memanjat pohon?

Pagi ini tidak terlalu dingin, bahkan cuaca sedang enak-enaknya. Tapi apa daya, Popi, bayi orangutan yang sejak pupak tali pusarnya sudah berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo ini tak juga mengendurkan pelukannya. Popi harus kehilangan induknya. Induk penggantinya, ya si penjaganya yang saat ini dipeluknya dengan erat saat ini.

Peluk Popi yuk… dengan terus menyumbang. Popi sama seperti anak-anak kita, yang punya mimpi untuk kembali liar ke habitat aslinya.