BANJIR MEMBUAT COP PUTAR BALIK UNTUK KUNJUNGI SMAN 2 BUSANG

Beberapa hari lalu, Busang diguyur hujan terus-menerus dan mengakibatkan kenaikan debit air sungai yang tinggi. Beberapa desa dari Kecamatan Kutai Timur mengalami imbas dari air pasang yang mencapai tepi jalan desa. Debit air yang tinggi adalah salah satu permasalahan yang sering dihadapi, saat kondisi air sungai meluap. Beberapa akses jalan tertutup dikarenakan banjir dan membuat beberapa agenda aktivitas kerja terhenti.

Terik mulai kembali, tetapi air tetap tak kunjung surut menutupi jalan utama. Tim APE Guardian bergegas memastikan jalan menuju desa Rantau Sentosa dimana SMAN 2 Busang berada. Usaha mencari informasi akses jalan yang bisa dituju hingga batas Desa Long Lees dan Long Pejeng yang merupakan jalan utama pun menemukan titik terang. “Coba kalian lewat gunung jalan baru yang tembus ke tugu”, kata Eka salah satu warga Long Lees. “Banjir bukan halangan, tapi jika sepinggang? Kita pulang”, kata Rindang Angka, anggota tim APE Guardian dengan nada tawa bercanda.

Beberapa menit telah terlewat, putaran ban mobil mulai melambat, kami pun tiba di depan desa Rantau Sentosa dengan penuh dugaan, dengan adanya beberapa kendaraan yang berlawanan arah, dugaan itu pun semakin kuat dan benar saja, air terlihat di atas permukaan jalan. Satu titik banjir berhasil dilewati dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan dalam. Titik lokasi banjir kedua berusaha tetap dilanjutkan, setelah semakin maju ternyata cukup jauh dan dalam hingga lebih sepinggang orang dewasa. Berhenti sejenak merencanakan rencana lanjutan, sembari menunggu informasi dari pihak sekolah, tidak lama pihak sekolah memberi kabar dikarenakan banjir, murid-murid diliburkan.

Hari pun berganti, di keesokan harinya, kami pun kembali menuju ke desa Rantau Sentosa. Cuaca yang cerah serta cahaya matahari memulai senyum dari sambutan hangat guru dan murid saat tiba di sekolah. Perkenalan 56 remaja dari kelas 2 SMA pun dimulai, semakin kenal dan bertambah bobot dengan materi, “Orangutan dalam naungan konservasi”, mari ambil peranmu! (Guardian).

KABAR CERIA DARI BABY HOUSE: PETUALANGAN KECIL PARA ORANGUTAN MUDA

Sabtu pagi di Baby House BORA kembali dipenuhi semangat belajar dari para orangutan muda yang sedang menapaki tahap awal kehidupan liar. Di bawah pengawasan penuh kasih dari babysitter Rara dan Fara, mereka menunjukkan perkembangan perilaku yang menjanjikan. Mulai dari eksplorasi, interaksi sosial, hingga kemampuan mencari makan sendiri.

Felix menjadi bintang hari ini. Ia mengikuti sesi sekolah hutan pagi sendirian dan menunjukkan jiwa eksplorasinya yang semakin kuat. Tanpa kehadiran orangutan lain yang lebih dominan ataupun stimulasi intensif dari babysitter, Felix mulai lebih percaya diri menjelajahi area hutan di barat daya karantina. Ia memanjat sendiri di pohon-pohon rendah, mencari makan dari pohon mati, daun, hingga buah kopi mentah. Meski sempat tampak cuek, suara dari animal keeper lain yang sedang memantau sekolah hutan membuatnya tertarik, ia langsung mengamati dan mendekati babysitter.

Sementara itu, di dalam kandang, Arto dan Harapi menunjukkan interaksi sosial yang erat. Mereka saling membersihkan diri dan makan bersama. Arto tampak banyak belajar dari Harapi, dari jenis daun yang bisa dimakan hingga mengamati proses makan daun langsung dari mulut Harapi. Momen ini menjadi cerminan proses belajar sosial yang sangat penting bagi orangutan muda.

Ochre mengisi waktunya dengan bermain ranting dan daun. Ia tertarik pada batang berlumut dan mencoba mengupas kulitnya perlahan, menunjukkan rasa ingin tahu serta perkembangan motorik halus yang baik. Ketiganya juga mendapatkan rasa ingin tahu serta perkembangan motorik halus yang baik. Ketiganya juga mendapatkan enrichment berupa bola berisi potongan sayuran yang mendorong mereka untuk berpikir dan mencari solusi.

Siangnya, giliran Harapi yang mengikuti sesi sekolah hutan sendiri. Ia tampak senang mengunyah kulit kayu dan kambium, baik dari atas pohon maupun yang ia jatuhkan ke lantai hutan. Menariknya, kemampuan berpindah antar pohonya kini semakin baik. Ia bisa membedakan mana batang yang kuat, mana yang rapuh, menunjukkan kemajuan dalam penilaian risiko. Saat turun ke tanah pun, Harapi tak lagi meluncur sembarangan, melainkan memanjat turun dengan aman.

Di area kandang baby house, Arto yang biasanya rewel jika ditinggal Harapi, siang ini tampil lebih tenang. Di area playground baby house, Pansy dan Felix sibuk menjelajah dan mencari makan, sambil sesekali mengamati gerak-gerik babysitter. Pansy pun tampak nyaman dengan lingkungannya, bergerak aktif dan menjelajahi area sekitar dengan percaya diri.

Dari interaksi sosial yang hangat hingga keberanian menjelajah hutan, anak-anak orangutan penghuni baby house terus memperlihatkan kemajuan yang membanggakan. Setiap daun yang dicicipi dan setiap dahan yang dipanjat menjadi bagian dari proses panjang mereka menuju kehidupan liar yang mandiri. (RAF,FAR,RAR)

PENANAMAN DI BORNEO ORANGUTAN RESCUE ALLIANCE

Penghijauan dan pengayaan pohon pakan alami di sekitar area rehabilitasi orangutan Borneo Orangutan Rescue Alliance (BORA) merupakan perbaikan kualitas lingkungan sekitarnya, tidak hanya sebagai langkah pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan langsung terhadap kebutuhan ekologis orangutan yang tengah menjalani proses rehabilitasi. Tidak hanya animal keeper tetapi tim COP (Centre for Orangutan Protection) lainnya yang sedang mampir di BORA ikut terlibat.

Proses penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam di titik-titik yang telah direncanakan. Setelah itu, bibit-bibit pohon ditanam secara bersama-sama. Setiap bibit kemudian diberi pupuk kompos yang berasal dari hasil olahan sampah organik kandang orangutan. Penggunaan kompos ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan dalam pengelolaan limbah organik di BORA, sekaligus sebagai cara alami untuk memperkaya nutrisi tanah di lokasi penanaman.

Penanaman berjalan dengan lancar dan penuh semangat. Cuaca yang mendukung turut memberikan suasana yang kondusif sepanjang kegiatan. Harapannya, bibit-bibit pohon yang ditanam ini kelak akan tumbuh menjadi bagian dari habitat pendukung yang penting bagi orangutan, sekaligus memperkuat keseimbangan ekosistem di area rehabilitasi. Ya, COP terus menegaskan komitmennya dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan alami bagi satwa yang tengah rehabilitasi, serta memperkuat kinerja antar tim dalam aksi nyata konservasi. (RAF)