Laporan orangutan menganggu perkebunan kelapa sawit di daerah Wehea masuk, sembari tim menghela nafas prihatin. “Orangutan hanya mencari makan di rumahnya. Ya, rumahnya yang tanpa batas. Dia tak mengerti batas, yang ada dia mengikuti insting alamiah nya mencari makan”. Tak hanya satu, tim APE Crusader COP pun menerima 3 laporan lainnya di kawasan tersebut.
Satu orangutan terlihat di hutan samping kebun. Tim APE Crusader bersama BKSDA SKW II Kaltim kemudian memantau dan mencoba memotong jalur orangutan tersebut. Pepohonan yang tersisa tidak akan cukup menjadi rumah untuk orangutan betina beranjak dewasa ini. “Terpaksa translokasi”.
Beruntung sekali kondisinya tidak buruk dengan nilai BCS (Body Scoring Condition) 5/10 normal, semua pengukuran tubuh (napas, jantung) normal, organ dalam normal, dan selama proses akan dibius pergerakannya aktif. Tim pun menamainya Urai, orangutan betina dengan berat badan 40 kg ini pun ditraslokasi ke hutan yang lebih luas.
Ada yang mengusik pikiran saat melihat wajah orangutan Urai. Bekas luka di bibirnya tertutup sempurna secara alami. Luka yang menyiratkan betapa sulitnya hidup di alam. Mungkin saja karena perkelahian antar orangutan, perebutan makanan misalnya, atau mungkin juga karena kecerobohannya sendiri. “Haruskah kita tambah kesulitannya dengan menghabisi hutan sebagai rumahnya?”. (AGU)