FELIX MENGENAL ORANGUTAN LAINNYA

Sejak 13 Maret 2025, Felix resmi keluar dari masa karantina setelah hasil pemeriksaan kesehatannya menunjukkan kondisi yang baik. Ini berarti ia bisa bermain bersama orangutan lain di Borneo Orangutan Rescue Alliance (BORA). Proses perkenalannya dimulai dengan mendekatkannya ke kandang Arto dan Harapi. Sesuai dugaan, kedua sahabat itu langsung menjahili Felix, menarik-narik tubuhnya hingga ia semakin mendekap babysitter.

Beberapa hari kemudian, Felix akhirnya ditempatkan dalam kandang yang sama, keduanya pun terus mengusilinnya dengan menyentuh, memukul pelan, dan berguling-guling seolah bergulat. Felix pun tak tinggal diam, ia menyeringai dan mencoba menggigit mereka. Namun, ini justru semakin memancing Arto dan Harapi untuk terus bermain sampai Felix menangis dan mencari perlindungan pada babysitter. Awalnya, ia hanya disatukan beberapa jam sehari, tetapi pada hari kelima, Arto dan Harapi mulai kehilangan rasa penasarannya, membiarkan Felix lebih bebas. Bahkan, Felix berani merebut makanan mereka dan tak lagi menangis saat babysitter menjauh.

“Ya, kami memang sedang berusaha agar Felix bonding dengan orangutan lainnya. Kami berharap, Felix mengenal dan bisa belajar dari dua orangutan lainnya yang tidak terpaut jauh usia dengannya. Sebaliknya, Arto dan Harapi juga mau bermain dan berkembang bersama dengan Felix juga. Ikatan emosional ketiganya semoga bisa membantu tumbuh kembangnya.”, jelas Ara, babysitter BORA. “Bahkan setiap orangutan juga bonding dengan babysitter maupun animal keeper nya. Sehingga saat ada kejadian di luar kebiasaan, babysitter atau animal keeper itulah yang mendampingi orangutan tersebut”, tambahnya lagi. (ARA)

DARI LEMAH KEMBALI KUAT: PERJUANGAN FELIX SI BAYI ORANGUTAN

Bayi orangutan itu namanya Felix, dia datang ke Pusat Rehabilitasi BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) pada awal Januari lalu. Saat itu kondisi Felix tidak baik, banyak luka i jari dan kepalanya. Tubuhnya kecil dan lemas, ia hanya bisa tertidur dan banyak minum di gendongan babysitter. Bahkan ketika pengambilandarah untuk Medical Check-Up, Felix hanya diam tidak bereaksi saat jarum suntik untuk mengambil darah dimasukan ke lengannya. Setiap hari, dokter hewan dan paramedis mengunjunginya untuk membersihkan luka dan memberi obat. Banyak miligram obat yang ia telan, hingga babysitter dan tim medis perlu bergantian menjaganya sepanjang malam hingga esok pagi.

Sekarang Felix sudah semakin kuat. Suara tangisan yang kencang, minat makan yang akhirnya datang bahkan sekarang hampir semua pakan yang diberikan dimakan habis oleh Felix. Keinginannya untuk bermain dan eksplorasi juga semakin tinggi, beberapa kali Felix terlihat berusaha meraih gagang pintu atau benda-benda yang ada di sekitarnya. Genggaman kuatnya terlepas dari babysitter dan merangkak menjauh sekedar membayar rasa penasaran atau mengambil makanan.

Meski kini lebih kuat, Felix tetaplah bayi yang mencari kehangatan, yang masih lebih suka menempel pada babysitter dan ketika sudah menempel Felix akan sulit sekali dilepas meskipun sudah dipancing menggunakan makanan favoritnya, seperti pisang agar mau naik ke pohon. Ketika akhirnya harus melepaskan genggamannya, ia akan merengek dengan suara khasnya, seolah mengatakan bawa pelukan babysitter masih menjadi tempat ternyamannya. (JAN)

EDUKASI ORANGUTAN DI SEKOLAH BERSAMA APE CRUSADER

Para siswa memasang wajah penasaran atas kedatangan empat orang dengan atribut Centre for Orangutan Protection (COP) di pagi yang cerah. Semakin penasaran lagi ketika guru-guru memanggil mereka untuk berkumpul di lapangan SDN 010 Muara Wahau yang kemudian diarahkan untuk masuk kelas. Saat masuk, siswa mendapati tim APE Crusader sedang sibuk menyalakan proyektor, laptop, serta sound system. Mereka keheranan, lalu hal tersebut dipatahkan dengan sambutan hangat, “Halo semuanya, apa kabar?”. “Baik Kak”, sahut para siswa dengan nada antusias. “Di sini kakak mau cerita nih tentang hewan yang istimewa, kira-kira ada yang tahu gak, hewan apa yang bakal diceritain”, ucap Fedriansyah, kapten APE Crusader, salah satu tim di COP yang punya tanggung jawab menyelamatkan habitat orangutan.

Kunjungan edukasi di SDN 010 Muara Wahau, Kalimantan Timur ini dikemas dengan menarik. Tim sudah memperhitungkan betul, ketika cerita tentang orangutan beralih ke materi serius, para siswa mulai murung dan kurang fokus. Saat inilah, permainan tepuk orangutan diselipkan. “Memang tidak terbayangkan untuk menjadi seorang guru SD. Saya kira bekerja di konservasi ya berhadapan dengan alam saja, nyatanya edukasi apa yang kita kerjakan adalah usaha kita menyelamatkan orangutan dan habitatnya juga”, jelas Fedri.

Memasuki jam pelajaran kedua, biasanya 1 jam pelajaran itu 40 sampai 45 menit, para siswa memasang muka terkejut. Tidak disangka, ternyata ada orangutan yang mengetuk pintu kelas. Dengan riang gembira serta gelak tawa, para siswa menyambut kedatangan Otan yang membawa hadiah di tangannya. Para siswa diajak berbicara dengan Otan dan berfoto bersama di penghujung kegiatan. “Kakak-kakak kapan kembali? Aku ingin melihat si Otan lagi”, tanya salah satu siswa dengan wajah cemberut. “Ayo toss dulu sama kak. Sampai jumpa lagi ya!”, sembari melambaikan tangan ke siswa-siswa dengan perasaan bahagia. (AGU)