LET’S ENJOY COFFEE IN THE MIDDLE OF FORESTS

Who said “coffee break” only applies at a formal meeting? It also happens in the forest. We pause our activity after monitoring orangutans, or after hours of walking to track orangutans. Then we take “coffee break”. We stop for a moment, relieving fatigue and thirst. Even without sweet cakes to balance the bitter of the coffee, “coffee break” remains the sweetest activity for all rangers.

“Break!” Don’t be surprised you heard this sound in the forest. On the riverside, one thermos of black coffee is shared with separate sugars. Each ranger has a different taste of sweetness. After the coffee and sugar entering the glass, just remember that the spoon is left in the camp. So, how could we stir the coffee without a spoon? The rangers use wood branches to stir and add flavor.

Spending time with small talk and jokes, the “coffee break” was always followed by laughter. In fact, with a glass of black coffee and a little chat, the fatigue we felt was gone. Being a ranger takes a lot of physical energy because you have to walk in the forest with difficult terrain. “Let’s go”, said one of the ranger to end the “coffee break”. We continue to patrol with a new passion. (IND)

NIKMATNYA NGOPI DI TENGAH HUTAN
Siapa bilang istilah “coffee break” hanya berlaku di sebuah acara pertemuan formal. Istilah tersebut juga berlaku di hutan. Benar-benar di tengah hutan. Sesaat saja, berhenti sejenak dari monitoring orangutan, atau setelah berjam-jam berjalan menelusuri jejak orangutan. Maka “coffee break” pun berlaku. Sambil melepas penat dan dahaga walau tanpa kue manis lawan pahitnya kopi, tapi “coffee break” tetap menjadi bagian termanis bagi para ranger.

“Break”! Jangan sampai kaget jika di sunyinya hutan terdengar kata ini. Seperti biasa, di pinggiran anak sungai, satu termos kopi hitam dibagi rata, dengan gula yang terpisah. Tiap ranger punya rasa yang berbeda. Setelah gula masuk ke dalam segelas kopi, baru ingat kalau sendok tidak terbawa. Karena sendok tak jadi ngopi? Masih ada ranting kayu untuk mengaduk, ini akan menambah citarasa.

Diselipi dengan obrolan ringan dan candaan, “coffee break” pun selalu diikuti gelak tawa para ranger. Nyatanya, dengan segelas kopi hitam dan sedikit obrolan, penat yang dirasakan ranger pun menyusut. Wajar saja, menjadi ranger banyak menguras tenaga fisik karena harus berjalan di hutan dengan medan yang tidak mudah. “Lanjut”, sahut salah seorang ranger untuk mengakhiri “coffee break”. Patroli lagi dengan semangat terbaru. (REZ)

HOPE FOR OWI IN 2019

The end of 2018 is so thrilling. Reports had been submitted one by one and the evaluation began. Forest schools are the orangutan hope to sharpen their instincts as wild orangutans. In the previous quarter year, Owi was no longer always seen with Bonti. This forced him to play more in the trees on his own. Owi actively plays in the liana roots, swings from one tree to another and explores the forest.

Unfortunately, Owi hasn’t shown the ability to make nests yet. Maybe he still doesn’t need a nest because when he was tired of playing in the trees, he preferred to go down and invite other orangutans to play on the ground.

Owi is an orangutan found by a worker in the palm oil plantation area in East Kalimantan. At that time he was only 2 years old. The worker took him and then gave him to a soldier in Tenggarong.

This is Owi’s second year at the COP Borneo orangutan rehabilitation center. Climbing, a crucial skill for arboreal animals, is no longer a problem for him. “Entering his third year, we hope he can make a nest,” said Wety Rupiana excitedly. “Owi is already good at looking for food in the trees,” added Wety again. (IND)

HARAPAN UNTUK OWI DI TAHUN 2019
Akhir tahun menjadi begitu mendebarkan. Laporan demi laporan masuk dan evaluasi pun dimulai. Sekolah hutan adalah harapan orangutan untuk mengasah instingnya sebagai orangutan liar. Owi pada kuartal sebelumnya tak lagi selalu terlihat dengan orangutan Bonti. Hal ini memaksanya untuk lebih banyak bermain di atas pohon. Owi menjadi aktif bermain di akar-akar liana, berayun-ayun dari satu pohon ke pohon yang lain dan melakukan penjelajahan tanpa menyentuh tanah.

Sayang, Owi belum menunjukkan kemampuannya membuat sarang. Mungkin Owi masih belum memerlukan sarang karena ketika Owi terlihat sudah cukup lama bermain di atas pohon, Owi lebih suka turun ke tanah dan mengajak orangutan lain bermain.

Owi adalah orangutan yang ditemukan pekerja di area perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Saat itu usianya baru 2 tahun, karena kasihan, pekerja tersebut membawanya dan akhirnya berpindah tangan pada seorang tentara di daerah Tenggarong.

Ini adalah tahun keduanya di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Memanjat yang merupakan modal dasar satwa aboreal sudah bukan masalah lagi untuk Owi. “Memasuki tahun ketiganya, tentu saja kami berharap dia bisa membuat sarang.”, ujar Wety Rupiana bersemangat. “O… iya… Owi sudah pandai mencari makan di atas pohon.”, tambah Wety lagi.

RESCUING BANTEN TSUNAMI ANIMALS

The tsunami disaster hit the coasts in the Sunda Strait on the night of December 22, 2018. Temporary data (26/12) recorded 430 people died, 1,495 people injured, 159 people missing and 21,991 people displaced. Among humanitarian assistance, the rescue team found several turtles trapped and took the time to help these animals. The Animals Warrior team is currently sweeping beaches and ruins to help victims of animals.

The Animals Warrior Team is a joint team of Animals Indonesia and the Center for Orangutan Protection that always involved in areas affected by disasters such as the Palu earthquake-tsunami, mount Agung Bali, mount Sinabung North Sumatra, mount Kelud Malang-Kediri, mount Merapi Yogya, Aceh earthquake, and others. This team saved, evacuated, cared for and even brought animals back to their owners. The team also takes care of dead animals.

Thursday, December 27, 2018, PVMBG raised the status of Anak Krakatau mountain from Alert level II to Alert level III. The team worked quickly to reach a wider range while increasing awareness of disasters that might occur. Animal lovers please help this team to work well and help as many animals as possible.
To help stranded and abandoned animals https://kitabisa.com/satwatsunamibanten (EBO)

TOLONG SATWA TSUNAMI BANTEN
Bencana tsunami menerjang pantai di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 malam. Data sementara (26/12) tercatat 430 orang meninggal dunia, 1.495 orang luka-luka, 159 orang hilang dan 21.991 orang mengungsi. Diantara bantuan kemanusian, tim rescue menemukan beberapa penyu yang terjebak dan menyempatkan untuk menolong satwa-satwa ini. Tim Animals Warrior saat ini menyisir pantai dan reruntuhan untuk membantu korban satwa.

Tim Animals Warrior adalah tim gabungan dari Animals Indonesia dan Centre for Orangutan Protection yang selalu turun di kawasan terdampak bencana seperti gempa-tsunami Palu, gunung Agung Bali, g. Sinabung Sumatera Utara, g. Kelud Malang-Kediri, g. Merapi Yogya, gempa Aceh, dan lain-lain. Tim ini menyelamatkan, mengevakuasi, merawat bahkan mempertemukan kembali satwa ke pemiliknya. Tim juga mengurus satwa yang tewas.

Kamis, 27 Desember 2018, PVMBG menaikkan status gunung Anak Krakatau dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III). Tim bekerja cepat untuk bisa mencapai jangkauan yang lebih luas sambil meningkatkan kewaspadaan dengan bencana yang mungkin saja terjadi. Mohon bantuan anda para pecinta binatang untuk tim ini bekerja dengan baik dan menolong sebanyak mungkin satwa.

Tolong satwa terdampar dan terlantar https://kitabisa.com/satwatsunamibanten