SEPTEMBER SIAGA KARHUTLA

September 2019 menjadi bulan paling siaga selama 2019. Berdasarkan data Si Pongi, Karhutla Monitoring Sistem, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas kebakaran hutan dan Lahan di Kalimantan Timur pada 2019 mencapai 6.715 hektar. Lokasi rehabilitasi COP Borneo yang berada di dalam kawasan KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur menjadi salah satu area rawan terbakar pada saat itu. Tim APE Defender setidaknya menemukan beberapa titik api yang mengarah langsung ke COP Borneo. Hujan yang tidak kunjung turun memperparah persebaran api, menyisakan jarak 1,6 km saja antara COP Borneo dan kobaran api.

Status semula Siaga dinaikkan menjadi Awas I. Kandang Angkut dan peralatan medis sudah siap sedia menghadapi kemungkinan terburuk, yaitu merelokasi orangutan yang berada di COP Borneo menuju tempat yang lebih aman. Kegiatan sekolah hutan ditiadakan, koordinasi dengan BKSDA dan B2P2EHD ditingkatkan. Petugas dari BKSDA Seksi I Berau dan petugas dari Kantor Penghubung B2P2EHD yang berada di Berau selalu memantau dan bergerak bersama untuk memantau pergerakan kebakaran.

Untuk membantu pemadaman api, dua relawan COP dari Yogyakarta terpaksa jalur darat dari Samarinda dengan menumpang pada mobil operasional milik B2P2EHD sekaligus membawa peralatan pemadam guna membantu melokalisir kebakaran. Dengan tamabahan tandon air 1.200 liter dan sedikit rekayasa aliran air, mobil operasional tersebut difungsikan sebagai mobil pemadam untuk mengakses area sulit. Tim pemadam dari COP merupakan ring kedua dari lembaga pemerintahan seperti BKSDA Kaltim, B2P2EHD, KPH Berau Barat dan Pemerintah Daerah.

Lebih kurang selama 17 hari melakukan pemadaman dan pemantauan intensif, akhirnya hujan pertama turun di kawasan KHDTK. Cuaca pun mulai kondusif dan basah. Keberhasilan melokalisir kebakaran tidak terlepas dari kerjasama dan kordinasi yang baik antar pihak. (SON)

POSYANDU ORANGUTAN DI TENGAH BENCANA KEBAKARAN HUTAN

Sabtu, 21 September 2019, kandang orangutan-orangutan kecil dibuka. Setiap perawat satwa bertugas memegang satu orangutan. Penimbangan berat badan dimulai. Hari ini, Posyandu Orangutan tetap berjalan. 

Lebatnya Hutan Penelitian Labanan cukup berhasil melindungi udara buruk karena kebakaran. Walau suhu udara meningkat, tapi tak sampai membuat orangutan mengalami sesak nafas atau gangguan saluran pernafasan lainnya.

Wajah-wajah imut orangutan kecil yang biasa ke sekolah hutan terlihat ceria dan penuh harapan. Usaha mereka untuk tetap nurut ketika ditimbang ataupun menjalani pengukuran ternyata sia-sia. Usai Posyandu Orangutan, mereka dikembalikan ke kandang. “Tak sanggup melihat mata mereka yang penuh kekecewaan. Kebakaran hutan dan lahan benar-benar menjadi ancaman serius. Pohon-pohon yang biasanya menutupi langit. Lokasi sekolah hutan yang nyaris tanpa batas, kini terbuka karena kebakaran.”, ujar Wety Rupiana.

MALAM TERASA LEBIH PANJANG KARENA KEBAKARAN HUTAN

Langit KHDTK Labanan terlihat memerah. Si jago merah akhirnya benar-benar menghampiri kami. Jarak 1 km dari kandang orangutan. Ini akan menjadi malam terburuk bagi COP Borneo di Berau, Kalimantan Timur. Semakin memburuk, mesin air rusak. 

Berbekal jet shooter dan gergaji mesin, tim APE Defender menuju kebakaran hutan di sekitaran COP Borneo. Hanya satu tujuan, kebakaran tidak semakin meluas. Tim patroli di lokasi kebakaran, memotong pohon tumbang yang beresiko menyebarkan bara api. Tim juga menyusuri lokasi dan memadamkan bara api. Tak ada suara binatang malam yang menemani atau semilir angin malam yang menyejukkan. Malam ini hanya ada panas yang membara dan suara sang api yang melahap penghalangnya. 

Perlahan, langit kembali menghitam. Kerja keras padamkan api dari pukul 10.00 WITA hingga 00.30 WITA akhirnya membuahkan hasil. Kaki, tangan maupun muka tak lepas dari abu. Pakaian? jangan ditanya. Masih berharap pada sang Pencipta, hujan deras segara turun. 

Terimakasih para pendukung COP, sejujurnya kalian lah yang menguatkan kami. Harapan besar kalian di setiap komentar semakin menyakinkan kami. Kami… tidak sendiri!