LIMA BURUNG AKAN SEGERA KEMBALI KE ALAM

Pandemi COVID-19 tak menghentikan kembalinya lima satwa liar jenis burung ke habitat aslinya. Centre for Orangutan Protection kembali membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta (BKSDA Yogya) untuk melepasliarkan lima aves hasil rehabilitasi Taman Satwa Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) yang endemik ke Jawa Timur. 

Kelima satwa liar jenis aves tersebut adalah satu Elang Bido (Spilornis cheela), satu Elang Brontok fase gelap (Nisaetus cirratus), satu Elang Laut Perut Putih (Haliaestus leucogaster) dan Merak Hijau (Pavo muticus) sebanyak dua individu. Setelah melalui tes kesehatan, kelima satwa tersebut sehat sehingga layak untuk dirilis.

Peter, begitu nama Elang Brontok Fase Gelap yang merupakan sitaan Polres Muntilan, Yogyakarta tahun 2013 yang lalu. “Tidak hanya Peter, tapi ada Ujang, Remil, Blue dan Tosca yang merupakan penyerahan masyarakat Yogyakarta yang akan dilepasliarkan ke Taman Nasional di Jawa Timur. Pelepasliaran bukanlah proses yang murah. Satwa harus melalui serangkaian rehabilitasi dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu juga melibatkan lintas lembaga. Perjalanan dari Yogyakarta ke Jawa Timur sendiri juga memakan waktu. Memelihara satwa liar yang dilindungi Undang-Undang itu melawan hukum. Jangan pelihara satwa liar. Karena satwa liar punya peran sendiri di alam.”, kata Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime Centre for Orangutan Protection. 

Kami menganggil orangufriends untuk terlibat dalam pengembalian kelima satwa liar ini. Bisa melalui kitabisa.com atau hubungi email kami info@orangutanprotection.com

PISANG DAN PEPAYA MASIH MENDOMINASI PAKAN ORANGUTAN WRC

Bagaimana kabar orangutan di Wildlife Rescue Center Yogya? Masih sama seperti kemarin, ketujuh orangutan menjalani kehidupannya di balik jeruji besi. Enam orangutan dewasa yang terlihat diam dan kalem tanpa kita ketahui apa yang ada dipikirannya. Sementara Mungil, si orangutan kecil berusia enam tahun terlihat aktif selayaknya anak kecil yang punya energi luar biasa. Seperti anak kecil pada manusia, rasa penasarannya cukup tinggi. Ia selalu meniru apa yang dilakukan induknya, Ucokwati.

“Hari ini, kami mengirim sawi 10 kg, pepaya 25 kg, nanas 20 kg, jagung 15 kg. Kacang tanah 10 kg, semangka 22 kg dan lagi-lagi pisang 25 kg. Vitamin seperti Sakatonik ABC dua botol dan madu 650 ml serta Biolysin syrup sesuai permintaan WRC. Alkohol 2 botol untuk kebutuhan medis turut diantar. Kali ini orangufriends mulai aktif seiring himbauan new normal, mari beraktivitas dengan memperhatikan protokol kesehatan.”, ujar Liany D. Suwito sambil mendata kiriman.

Orangufriends adalah kelompok relawan orangutan. Selama pandemi COVID-19, para relawan banyak yang memilih untuk isolasi mandiri dan memilih di rumah saja. Kegiatan kampus juga beralih ke daring. Namun empat bulan berada di kost-kostan bukanlah hal yang mudah. Ketika mengetahui COP mengirim pakan orangutan dua kali dalam seminggu, mereka mulai berdatangan ke camp APE Warrior Yogyakarta. “Centre for Orangutan Protection bangga dengan para relawannya. Mereka dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan bergantian membantu pengiriman pakan. Tentu saja mulai dari berbelanja hingga sampai di tempat tujuan.”, tambah Liany lagi.

TERMITES FOR ORANGUTAN AT COP BORNEO

Termites are one of the most popular foods for orangutans. Fortunately, termite nests are easy to find around the Orangutan Rehabilitation Center of COP Borneo. Not far from orangutan cage, rotten trees and fallen tree trunks become special treasures for orangutan.

When the forest is not in fruit season, termite eggs, ant eggs or cambium are usually used by orangutans as a booster for their stomach. Before the COVID-19 pandemic, when the orangutans were in forest school, they immediately knew and stopped around those rotten trees. But for now, animal keepers are the one who helped orangutan to looking for them.

Annie looks really enjoying the termite eggs which hiding in the nest. He sniffing then prying the hole with his finger that unfortunately too big and finally shaking the nest with his mouth open, hoping the eggs will fall into his mouth. If nothing left anymore, Annie started chopping the nest and kept looking with his forefinger.

No different with Nigel. This year’s release orangutan candidate that has been on the pre-release island for four months was forced return to the quarantine to prevent the spread of the corona virus. Nigel looks happy with his termite nests. He must be missed the pre-release island.

SARANG RAYAP UNTUK ORANGUTAN DI COP BORNEO
Rayap menjadi salah satu makanan yang sangat disukai orangutan. Untungnya, sarang rayap mudah sekali ditemukan di sekitar pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Apalagi di dekat kandang orangutan, pohon-pohon yang lapuk dan batang-batang pohon yang tumbang menjadi harta karun tersendiri untuk orangutan. 

Jika di hutan tidak sedang musim buah, maka telur rayap, telur semut atau kambium biasanya akan dimanfaatkan orangutan sebagai pengganjal perut mereka. Sebelum pandemi COVID-19, ketika orangutan berada di sekolah hutan, mereka langsung tahu dan berhenti di sekitaran pohon-pohon lapuk tersebut. Namun sekarang, para perawat satwa yang mencarikannya. 

Annie terlihat sangat menikmati telur-telur rayap yang bersembunyi di dalam sarang. Mengendus-ngendus lalu mencongkel lubang dengan jari telunjuknya yang terlihat kebesaran dan akhirnya langsung menguncang sarang dengan mulut terbuka berharap telur langsung jatuh ke mulutnya. Jika tak ada yang jatuh lagi, Annie mulai membelah sarang dan terus menerus mencari dengan telunjuknya.

Tak berbeda dengan Nigel. Orangutan kandidat rilis tahun ini yang telah berada di pulau pra-rilis selama empat bulan terpaksa kembali ke kandang karantina sebagai upaya pencegahan menyebarnya virus corona. Nigel terlihat asik dengan sarang rayapnya. Tentu dia kangen dengan pulau pra rilisnya. 

“Semoga pandemi cepat berlalu, agar rehabilitasi dapat berjalan dengan maksimal. Berlatih di sekolah hutan, bertahan hidup di pulau pra-rilis dan dilepasliarkan kembali ke habitatnya.”. (WID)