MENGENDUS PERBURUAN DAN PENYELUDUPAN SATWA LIAR DI INDONESIA

Kamis, 30 Juli 2020, Mongabay mengadakan Workshop Daring dengan tema “Mengendus Perburuan Satwa Liar di Lampung”. Mongabay Indonesia bersama dengan journalist Learning Forum yang dipandu Dwi Nugroho Adhiasto yang merupakan seorang Regional Wildlife Trade Specialist, Wildlife Crime Unit ini menjelaskan berbagai hal terkait perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar di Indonesia. Mulai dari pelaku kejahatan, modus operandi dan apa yang bisa dan dapat kita lakukan.

Dwi memaparkan bahwa masyarakat dan aparat penegak hukum dapat melakukan usaha preventif dan represif. Mulai dari memperkuat pengamanan di habitat satwa seperti melakukan patroli sampai intimidasi menggunakan teknologi seperti CCTV hingga penanda-penanda pengamanan. Kemudian juga memperketat kontrol dan pemeriksaan di jalur atau pintu keluar masuk peredaran satwa dengan mencatat identitas masyarakat yang melewati jalur tersebut.

Selain itu, Dwi menekankan bahwa penegakan hukum tidak boleh tebang pilih dan kapasitas penyidik untuk kejahatan online harus ditingkatkan. Penggunaan multi regulasi atau UU dapat diberlakukan untuk menindak pelaku kejahatan seperti menggunakan UU Kanrantina, UU Bea Cukai, UU Kementrian Kelautan dan Perikanan, UU Tindak Pidana Pencucian Uang dan lain-lain untuk memberikan hukuman berlapis bagi pelaku kejahatan.

Upaya preemtif seperti sosialisasi maupun penyadartahuan untuk masyarakat yang terlibat dalam perburuan ataupun perdagangan juga diperlukan. Masyarakat lokal sering tidak memahami apa saja kegiatan yang termasuk melanggar hukum. Semoga kejahatan terhadap satwa liar, terutama yang dilindungi di Indonesia dapat berkurang dan diberantas.

“Ayo Orangufriends… kamu ambil peran yang mana? Email kami info@orangutanprotection.com Bersama kita bisa!”, ajak Liany Suwito, juru kampanye non Habitat Centre for Orangutan Protection.

(LIA)

KOLA SUKA PILIH-PILIH MAKANAN

Sejak awal kedatangannya di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo hingga sekarang, Kola masih beradaptasi soal makanan. Yang perawat ketahui, selama ini ia paling suka pisang dan baru pepaya. Belakangan ini juga mulai menyukai nanas. Oh… ada lagi, buah naga juga mulai disukainya.

Mulanya tiap pagi nafsu makannya kurang baik, selalu menyisakan makanan. Tapi ada kalanya ia terlihat makan dengan lahapnya di pagi hari meskipun tetap menyisakan buah yang tidak digemarinya.

Beberapa kali sudah diberikan varian makanan seperti jagung, singkong, terong, tomat, jeruk tapi ketika ditunjukkan isi kerangjang buah… pasti ia akan langsung mengambil pisang. Maka tak heran banyak tupai yang suka mendatangi kandang Kola karena banyak buah yang disisakan olehnya. “Kola… Kola… kamu koq pilih-pilih sih. Kita kan bingung!”. (WID)

INGIN LARI DARI RAPID TEST

Perawat satwa kembali panas dingin. Mau melarikan diri… tapi tak bisa. Kali ini bukan pemeriksaan berkala rutin yang biasanya mereka lakukan untuk pemeriksaan kesehatan. “Kalau itu sudah biasa. Kita tinggal duduk dan diambil darah. Tarik nafas, hembuskan perlahan, tekan dengan kapas bagian yang telah selesai… dan pulang.”, ujar Linau, perawat satwa di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo. Hasilnya, gak perlu kawatir, herpes, hepatitis, HIV AIDS maupun TBC biasanya negatif karena kami mengetahui bagaimana harus menjaga diri dari penyakit menular tersebut. Apa bedanya pemeriksaan sekarang?

“Kami hanya bisa berdiam di rumah atau tetap di camp COP Borneo. Bahkan di awal pandemi, COP Borneo lockdown. Tak seorang pun bisa masuk dan tak seorang pun bisa keluar dari camp. Pemeriksaan kali ini untuk mengetahui apakah kami reaktif atau tidak pada antibodi anti SARS-CoV-2. Rapid test lah.”, kata Simson. “Kalau reaktif, berarti kami langsung diisolasi… mengerikan!”. Jev pun mengambil urutan paling akhir untuk diperiksa. Tapi ternyata hanya membuatnya semakin grogi. “Pasrah sajalah.”, katanya. 

“Syukurlah kami semua di Pusat Rehabilitasi Orangutan non reaktif, termasuk Inoy yang berada di Berau dengan tugas logistik mulai dari kebutuhan pakan orangutan hingga pribadi.”, kata Widi Nursanti, manajer COP Borneo. Tim APE Warrior yang berada di Yogyakarta dan tim APE Crusader yang berada di Kalimantan maupun Jakarta juga menunjukkan hasil non reaktif. “Gunakan masker, rajin cuci tangan dan jaga jarak. Semoga pandemi cepat berlalu.”.