HAPPY WORLD WILDLIFE DAY, AYO LINDUNGI SATWA LIAR

Tahukah kamu? World Wildlife Day atau Hari Satwa Liar Sedunia yang diperingati setiap tanggal 3 Maret adalah pengingat bagi kita agar terus memaknai pentingnya menjaga kehidupan alam liar, terutama satwa dan flora yang dilindungi seperti orangutan. Tahun ini #WildlifeDay menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi di dunia perlindungan alam liar, hal yang sudah menjadi nilai yang dimaknai COP (Centre for Orangutan Protection) dalam menjalankan misi untuk melindungi orangutan dan yang lainnya. COP telah bekerja bersama dengan berbagai organisasi, pemerintah dan perorangan untuk bersama-sama menyelamatkan satwa liar.

Masih ingat orangutan Astuti yang menjadi korban perdagangan satwa liar antar negara? Upaya penyelamatan dan peminahan Astuti dari Menado, Sulawesi Utara hingga tiba di pusat rehabilitasi BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) di Berau, Kalimantan Timur merupakan kerja bersama lintas instansi pemerintah, swasta dan COP.Tanpa kerjasama ini, Astuti mungkin saja tidak punya kesempatan untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya, hutan Kalimantan.

Sementara itu, tim patroli COP yang berada di Sumatra Barat melibatkan warga Nagari Sontang-Cubadak untuk membentuk tim PAGARI (Patroli Nagari) sebagai usaha mitigasi konflik harimau dan manusia di Sumatra Barat. Keterlibatan masyarakat lokal yang berbatasan langsung dengan hutan lindung Sontang-Cubadak ini menjadi model untuk pembentukan tim PAGARI di nagari yang lain.

Di dalam COP sendiri, semangat kerjasama juga menjadi nilai penting. BORA  tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan tim APE Crusader yang menyelamatkan habitat orangutan dan menyelamatkan orangutan konflik. Pusat rehab akan penuh jika tim APE Guardian tidak mengusahakan kawasan pelepasliaran yang layak untuk orangutan. Sementara tanpa dukungan APE Warrior, akan sulit sekali mencari dukungan publik untuk mempercepat proses perlindungan satwa liar. Mari bersama melindungi satwa liar. (NAD)

BRINGING HOME JOY FROM TK ANNISA BERAU, EAST BORNEO

A teacher from TK Annisa Berau visited us in the COP Borneo office in Tasuk village, just a few miles away from the kindergarten. She came to the office hoping that her children could see Orangutans. However, the Orangutans in the BORA rehabilitation center are under medical evaluation therefore human visit is very restricted. So, in return, on February 26 we visited the school with a giant stuffed Orangutan called Morio.

“Knock knock… An Orangutan is here!” 

The students were overjoyed to welcome Morio! They were so thrilled as they listened to the stories about wildlife Morio told. They answered every question about wildlife with huge enthusiasm. We were so overwhelmed by their energy in the class and we couldn’t stop laughing at their innocence! The joy and the fun energy was contagious and we brought it home. On our way back from the school visit, we greeted everyone we met on the way.

“School visits, teaching students, I am not new to the thing. But to face these younger students, we need a lot more energy!” Mia, a volunteer and an alumni of COP School batch 12 shared her experience. 

As she and the team evaluated the school visit, they learned that even though the children are able to distinguish domestic animals, many of them couldn’t mention the wildlife of East Kalimantan. This has become a concern. Now, after the school visit, the children know that ducks can provide many benefits if taken care of well, and Rangkong should stay in the forest and be the “forest farmers”.

“I wish that we can always keep the joyful energy the children gave us and the children can always keep the awareness of wildlife protection that we gave them in return. Long live good deeds!” Mia said passionately. (MIA_COPSchool)

TERTULAR KECERIAAN SAAT SCHOOL VISIT DI TK ANNISA BERAU

Jumat lalu, ada orangutan mendatangi TK Annisa Berau. Ini adalah kunjungan balasan dari seorang guru TK Annisa di kantor COP Borneo yang berada di kampung Tasuk tak jauh dari tempatnya bekerja. Awalnya, si Ibu Guru berharap anak-anak muridnya bisa melihat orangutan secara langsung, namun keinginan tersebut belum bisa terwujud karena pusat rehabilitasi BORA sangat membatasi interaksi manusia dan orangutan sebab kondisi orangutan yang dalam evaluasi medis. 

Bersama Morio kami pun berbagi cerita pada anak-anak TK. “Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru untukku mengajar anak-anak, namun untuk kelompok usia yang lebih kecil ini ternyata kita harus punya enegi yang jauh lebih besar”, ujar Mia, relawan COP yang merupakan alumni COP School Batch 12. Anak-anak antusias mendengar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai satwa liar. Saking antusiasnya, energi kelas menjadi begitu tinggi dan membuat kami sedikit kewalahan. Kami pun hanyut tertawa melihat tingkah lugu mereka. Energi kecerian anak-anak ini menular ke kami yang datang. Sepulangnya kami dari school visit, kami dengan riang menyapa orang-orang yang berpapasan dengan kami.

Evaluasi kunjungan ke sekolah pun memberikan catatan tersendiri. Anak-anak mengetahui semua hewan domestik namun tidak tahu sata liar yang khas dari Kalimantan Timur. Hal ini menjadi perhatian karena pengetahuan adalah kekuatan. Kini anak-anak TK Annisa tahu bahwa bebek memiliki banyak manfaat jika dipelihara dengan baik dan Rangkong harus tetap tinggal di hutan sebagai petani hutan. “Aku berharap, energi keriangan anak-anak terus menular ke kami dan energi kesadaran pentingnya menjaga satwa liar di alam bisa menular juga ke anak-anak. Panjang umur upaya-upaya baik!”, tambah Mia penuh semangat. (MIA_COPSchool)

CHARLOTTE TAK INGIN DITINGGAL DI SEKOLAH HUTAN

Setelah membersihkan kandang, perawat satwa pun membukakan pintu kandang orangutan Charlotte agar dia bisa mengikuti sekolah hutan. Sesampai di sekolah hutan, Charlotte langsung bermain di tanah sambil melihat sekeliling untuk mengetahui apa saja yang bisa dimaininnya. Pandangannya berhenti pada orangutan lainnya yang masih di tanah juga. Charlotte pun mulai mendekati dan mengganggu orangutan itu.

“Dia itu memang sangat santai. Setelah bermain di bawah, Charlotte akan naik ke atas pohon, mencari buah-buahan hutan, tapi kalau tidak ketemu, dia akan cari apa saja yang mungkin bisa dia makan. Pucuk yang muda atau kulit kayu pun dicobanya. Setelah selesai makan di satu tempat dia akan pindah ke pohon yang lain dan mulai makan lagi. Puas mencoba makanan alaminya, dia akan turun ke tanah, bermain sama perawat satwa. Charlotte itu paling suka melihat perawat satwanya, dia pasti akan mengajak bermain perawat satwa yang mencatatnya”, kata Amir, perawat satwa yang bertanggung jawab mengawasi Charlotte.

“Charlotte ini juga paling suka main di akar, lalu diayun-ayunin. Terus turun dan menghampiri perawat satwa yang lainnya, setelah mengamati beberapa saat, dia pergi lagi. Tidak lama lagi, dia akan datang lagi dan duduk di samping perawat satwa. Dia balas mengamati kita”, tambah Amir lagi. “Bosan mungkin dia, terus kayak tadi lagi, pergi dan kembali lagi”. “Entah apa yang membuatnya bolak-balik menghampiri perawat satwa karena setelah aktivitas berulang itu, dia akan memanjat pohon lagi, makan dan menjelajah. Kalau sudah mulai menjelajah, Charlotte sering menghilang, tidak diketahui keberadaannya. Biasanya menjelang masa berakhirnya sekolah hutan hari itu”.

Sekolah hutan bisa berakhir lebih cepat karena hujan deras disertai petir. Tapi kalau menjadi lebih lama biasanya karena orangutan-orangutan masih asik menjelajah atau tak mau turun dan mengabaikan palnggilan pulang. Lama… Charlotte baru menyadari dia ditungguin untuk turun. Amir akan bilang,” Lotte kalau gak turun, tinggal nih”. Habis itu Charlotte nangis, mungkin karena takut ditinggal. Dia pun dengan sendirinya turun dan lari ke perawat satwa lalu memegang tangan perawat satwa. Bahkan dia berjalan lebih duluan sambil memegang tangan perawatnya. Ada-ada aja. (MIR)