MASUK MASA NEW NORMAL, ORANGUTAN DI KALIMANTAN TENGAH TETAP TERANCAM

Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal pada kehidupan manusia. Hal ini mengharuskan manusia untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan tatanan hidup yang baru yaitu New Normal. New Normal menuntut manusia untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru agar dapat tetap berlanjut, mulai dari kebiasaan menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker hingga pembatasan transportasi. Namun bagaimana dengan perubahan kehidupan orangutan di habitatnya di masa New Normal?

Pada 11 Juli 2020, BKSDA Kalimantan Tengah bersama OFI melakukan penyelamatan dan translokasi satu individu orangutan liar di suatu perkebunan kelapa sawit di kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Pada video yang diunggah di media sosial BKSDA Kalteng, terlihat tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA dan Orangutan Rescue Unit OFI melakukan penyelamatan satu individu orangutan jantan berumur kurang lebih 8 tahun dengan mengenakan pakaian APD lengkap.

Sebelumnya, BKSDA Kalimantan Tengah pernah menangani kasus penyiksaan orangutan di suatu perkebunan kelapa sawit di kabupaten Seruyan pada tanggal 30 November 2019. BKSDA Kalteng bersama OF-UK melakukan penyelamatan orangutan dengan kondisi penuh luka dan empat peluru senapan angin yang bersarang ditubuhnya. Selain itu, pada awal tahun 2020, BKSDA Kalteng juga melakukan penyelamatan dan translokasi dua individu orangutan jantan di dua lokasi berbeda di kabupaten Kotawaringin Barat.

Ancaman terhadap orangutan terus terjadi, meskipun terjadi pandemi ataupun adanya tatanan baru. “Pandemi menjadikan kita mengevaluasi kondisi saat ini. Sementara, tatanan baru seharusnya mendorong kelestarian lingkungan yang lebih baik dengan melindungi habitat orangutan dari segala ancaman.”, kata Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan COP. (SAR)

LIMA BELAS HARI INI, SEPTI TIDAK KEMBUNG

Ada satu gadis manis yang selalu membuat penggemarnya khawatir. Dia yang selalu terlihat kalem dengan gaya tatanan rambutnya yang khas, poni yang disisir ke belakang. Yup… dia adalah Septi. Septi yang telah dua kali menjadi kakak maupun ibu asuh dari bayi-bayi orangutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo.

Septi selalu mempunyai masalah perut kembung. Perutnya sering terlihat membesar dan keras. Sewaktu ada bayi Alouise, Septi tidak terlalu sering kembung. Mungkin karena bayi Alouise selalu memeluknya sehingga Septi merasa lebih hangat dan ada yang menekan-nekan perutnya secara alami. 

Untuk mengurangi kembungnya, tim medis juga sudah menghindari makanan yang mungkin bisa memicu perut kembung. Bahkan langsung menghapus jenis buah yang langsung membuat Septi keesokan harinya kembung. Tapi ternyata Septi masih juga kembung. 

Bahkan, salah seorang pengemarnya telah mengirimkan pengobatan khusus dan tentu saja doa dan harapan untuk kesembuhannya. Semua yang mengenal orangutan Septi berharap kesembuhannya. Dan selama lima belas hari ini, Septi tidak kembung. Sungguh menggembirakan, melihatnya bergerak aktif, walau memang Septi bergerak dengan lamban, baik itu menuju makanannya, menyusun daun maupun ranting atau naik ke atas hammocknya. 

“Ayo Septi… kamu bisa. Banyak penggemarmu yang mengharapkan kabar baik darimu. Kemungkinan untuk dilepasliarkan?”. Setiap orangutan adalah pribadi yang unik. Perkembangan satu orangutan dengan yang lainnya berbeda. Mimpi melihatnya di atas pohon adalah mimpi terbaik. Jalan itu masih panjang, tapi tak pernah ada yang mustahil. Terimakasih untuk kamu yang sangat peduli pada Septi.

PENGAMBILAN DARAH ORANGUTAN AMAN

Semangat… semangat… pagi-pagi hujan sudah turun di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo. Dingin… tapi hari ini, jadwal untuk pemeriksaan kesehatan orangutan Aman. Aman adalah orangutan yang baru diselamatkan dari rumah warga di Kutai, Kalimantan Timur. Sejak 3 Juni yang lalu, dia menghuni kandang karantina di klinik COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur.

Sebulan lebih, tim medis yang dipimpin drh. Flora Felisitas mengamati perilaku Aman. Bahkan uji coba di playground juga sudah dilalui. Hasilnya… “sungguh malang nasibmu Aman. Tentu tidak mudah hidup yang kamu lalui hingga harus berada dalam perawatan kami di COP Borneo. Kehilangan induk dan jari-jari di tangan kanan maupun kirimu.”, gumam Flora sembari memperhatikan jari-jari Aman. “Bagaimana kami merekam sidik jari-jarimu.”. Syukurlah Aman masih sangat menyukai daun maupun ranting untuk disusunnya menyerupai sarang. Aman juga terlihat sangat menyukai susu. “Ya, Aman lebih menantikan datangnya segelas susu jatahnya dari pada buah-buahan.”, jelas Flora lagi.

Orangutan Aman menjalani pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan dan pencatatan tampilan fisik. “Sampel darah Aman juga akan segera dibawa ke laboratorium untuk identifikasi apakah ada penyakit yang diidapnya atau tidak. Kami juga memasang microchip sebagai identitas.”, tambah Flora lagi. 

Seminggu ke depan, hasil laboratorium orangutan Aman akan keluar. Semoga hasilnya baik agar Aman dapat bergabung dengan orangutan lainnya. “Pengabungan orangutan yang seumuran dan sejenis biasanya membawa pengaruh yang positif. Mereka terlihat saling memperhatikan dan belajar. Ini akan sangat berguna selama menjalani rehabilitasi di COP Borneo. Tetapi juga bisa membawa pengaruh yang buruk seperti menjadi tidak terlalu liar dan meminta perlindungan pada perawat satwanya.”. Orangutan adalah satwa liar yang memiliki DNA hampir sama dengan manusia. Namun, orangutan adalah satwa liar yang memiliki peran penting dalam ekosistem hutan hujan Kalimantan. Jangan pelihara orangutan, biarkan dia di hutan.