LEWAT EDUKASI, TANAMKAN MIMPI BARU ANAK BUSANG

Pagi itu, Busang mendung. Hujan turun semalaman. Jumat, 11 November, tim APE Guardian bersiap-siap sejak pagi mengumpulkan perangkat school visit seperti materi, alat tulis yang sudah dikemas sebagai hadiah, poster, dan sticker. Tim bergegas setelah sarapan pagi menembus hujan yang masih rintik-rintik.

“Tepuk semangat”, ajak Randi Kurniawan, putra minang yang merantau di Kalimantan Timur dan mengawali karirnya sebagai ranger, kini sebagai kapten APE Guardian, sebuah tim yang mempersiapkan lokasi pelepasliaran orangutan dan memastikan orangutan yang dilepasliarkan kembali ke habitatnya ini, baik-baik saja. Selanjutnya, bio-ekologi orangutan termasuk ukuran tubuh orangutan, ciri-cirinya, persebarannya, bagaimana pengasuhan induk ke anak dengan menampilkan foto-foto yang diperoleh tim dari lapangan. Selain itu, video tentang penelitian orangutan ditayangkan dan ditonton bersama dengan harapan dapat membuka pengetahuan anak-anak bahwa banyak yang bisa dilakukan dalam usaha penyelamatan orangutan.

Ketiga belas orangutan yang telah dilepasliarakan di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat juga diperkenalkan kapada anak-anak. “Jangan diberi makan, jangan didekati, jaga jarak! Orangutan satwa liar”, tegas Randi lagi. Selain itu, kegiatan menarik seperti survei keanekaraman hayati dan pentingnya kegiatan itu dilakukan juga menjadi cerita motivasi, kelak anak-anak Busang akan jadi penerus dunia konservasi Indonesia.

Anak-anak begitu antusias dan menyampaikan pertanyaannya. “Bagaimana cara mengajari orangutan hingga menjadi pandai di tempat rehabilitasi, bagaimana cara mengatasi orangutan yang stres dalam kandang, dan yang paling unik adalah berapa lama orangutan ada di perut induknya”. Kegiatan school visit di SMPN 1 Busang berjalan dengan semangat luar biasa. Kegiatan ditutup oleh permainan ’tebak gerakan teman’ yang membuat suasana kelas riuh dengan gerakan heboh mereka sampaikan secara estafet ke teman-teman yang berbaris di belakangnya. Siswa yang berada pada barisan paling akhir bertugas menebak apa yang temannya sampaikan. Semangat anak-anak dalam suasana Orangutan Caring Week 2023, menjadi semangat tim APE Guardian menjaga orangutan, si pengaman hutan. (MIN)

PAKET DARI GOCOP UNTUK ORANGUTAN

Hari Senin adalah awal memulai minggu setelah libur, bagi sebagian orang, Senin adalah hari dimana kita harus menatap tanjakan terjal yang harus dilalui, bagi sebagain orang lainnya, Senin adalah semangat baru setelah melewati hari-hari yang melelahkan untuk lebih baik lagi. Hal ini juga terjadi pada Asto dan Asih.

Asto dan Asih, setiap pagi harus memulai sekolah hutan yang terik, melelahkan, dan juga menyenangkan. Tidak heran terkadang setelah waktu sekolah hutan selesai, keduanya beristirahat bahkan tidur siang di kandang. Biasanya mereka akan mendapatkan enrichment pakan. Untuk kami animal keeper nya, enrichment orangutan adalah enrichment untuk kami juga. Kali ini, karung akan diisi daun dan akar

“Pakeeetttt”, sesederhana itu idenya. Kerinduan suara pengiriman barang yang tidak mungkin sampai di Sumatran Rescue Alliance (SRA). Semua keeper langsung menuju dapur, menemukan karung berisi beras yang baru saja dibuka. “Kita pindahkan saja isinya”, ujar Ryan, animal keeper yang telah 2 tahun lebih mengurus orangutan di SRA.

Karung dicuci bersih berikut dedaunan dan kami potong kecil-kecil seolah kami sedang memasak pakan tersebut seperti dalam pengiriman paket “Makananmu sedang dalam proses masak”. Setelah pakan siap dan sudah terbungkus rapi di dalam dedaunan, lalu kami masukan ke dalam karung tadi “Makananmu sudah siap, menunggu kurir untuk mengirim paket ke alamut mu” (begitu status yang diterima Asto dan Asih jika mereka menggunakan gawai. Kami ikat ujung karung dengan akar dan kembali ada notifikasi “Kurir sedang mengirim paketmu, paket dalam perjalanan menuju rumahmu”, kami pun yang membuat enrichment ini sedikit tertawa. Lepas sudah lelah dengan canda gurau seperti ini.

Setibanya di depan kandang, respon yang kami terima dari Asto dan Asih adalah ucapan, “Terima kasih bang kurir, paketnya sampai”, hahaha canda kami. Asto dan Asih merespon aneh dengan enrichment ini, namun mereka langsung mengambil ‘paket’ tersebut. Asto dengan lihai melakukan unboxing paket. Tali akar yang mengikat karung dengan perlahan dibukanya. Berbeda dengan Asih yang terlihat tidak sabar. Asih menggigit dan merobek karung tersebut dari tengah-tengah, tidak seperti Asto yang membukanya perlahan, satu per satu hingga menemukan potongan buah di dalamnya. Hayo… siapa yang kalau terima paket seperti ini? Terima kasih telah menggunakan layanan GOCOP. (YAN-FAN-DIN-NAB)

ORANGUTAN BUKAN HEWAN PELIHARAAN

BKSDA SKW I Berau kembali menerima penyerahan 1 individu bayi orangutan dari kampung Merapun, kecamatan Kelay, Kalimantan Timur. Tim APE Defender mendampingi proses serah terima ini dan segera melakukan pemeriksaan kesehatan fisik pada bayi tersebut. “Perkiraan usia, sekitar 9 bulan dengan perut yang besar. Biasanya pemelihara memberikan susu dan sempat berganti merek susu karena diare. Menurut mereka, orangutan tersebut ditemukan di sekitar 400 meter dari rumah mereka, katanya lagi orangutan kecil ini ditinggal induknya karena induknya dikejar anjing”, catat drh. Elise Margaret Ballo.

Bayi orangutan mendapatkan perhatian yang baik dari pemelihara sekeluarga. Tempat tidur bayi, pakaian, popok, hingga pemberian perhiasan gelang yang melingkar di pergelangannya. Orangutan juga dimandikan 3 kali seminggu. Bayi orangutan juga cukup percaya dengan keluarga yang memeliharanya. “Namun, orangutan bukanlah hewan peliharaan. Kehidupan bayi orangutan sangat bergantung dengan induknya. Anak orangutan akan bersama induknya hingga usia 5 tahun. Orangutan adalah satwa liar dilindungi. Kepemilikan dan pemeliharaan ilegal adalah perbuatan melanggar hukum”, ujar Raffi Akbar, asisten manajer BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance).

Tim pun kembali ke BORA, perjalanan 4 jam menyimpan sunyi. Bayi orangutan terlelap di pangkuan drh. Elis. Kami diam dalam pikiran yang tak kunjung selesai. Baru saja memastikan dua orangutan jantan kandidat pelepasliaran baik-baik saja di pulau pra-rilis orangutan, ternyata ada masuk lagi satu bayi orangutan yang masih membutuhkan proses hingga rilis sekitar 6-8 tahun lagi. Orangutan ini pun terbangun dari tidurnya, menjelajah isi mobil, menatap keluar jendela, hujan di luar. (LIS)