PATROLI TERPADU KARHUTLABUN

Musim kemarau sudah semakin dekat. Musim yang berpotensi memperburuk kebakaran hutan, lahan dan kebun (karhutlabun). Patroli terpadu pun melibatkan Manggala Agni regu 3/4 – Daops III Pangkalan Bun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kotawaringin Timur, TNI, Polri dan Centre for Orangutan Protection termasuk juga masyarakat sekitar.

Pembentukan pos-pos jaga di beberapa desa yang dianggap rawan karhutlabun, salah satunya di Jln. H.M Arsyad Km 7 Gg. Mawar Barat, Desa Eka Baharui, Kecamatan Mentaya Baru, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Pencatatan data kondisi cuaca seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan menjadi bagian dasar dalam patroli terpadu ini. Daerah lahan gambut dengan vegetasi semak belukar mendapat perhatian lebih dalam setiap patroli. Sumber air terdekat dengan daerah titik rawan langsung ditandai untuk mempermudah proses pemadaman jika muncul hotspot. Pengukuran kedalaman gambut dan uji remas daun serasah juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kebasahan lahan.

Sosialisasi dalam bentuk penyuluhan juga menjadi bagian dari patroli. Himbauan untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar berulang kali disampaikan untuk mencegah kebakaran hutan.

Kerugian material yang sangat besar jika terjadi karhutlabun diharapkan bisa semakin berkurang. Dampak yang langsung terasa bagi masyarakat sekitar saat terjadi karhutlabun adalah sesak napas akibat kabut asap bahkan mata perih. Selain berdampak pada kesehatan, kegiatan ekonomi pun sangat terganggu. Penerbangan dari dan ke provinsi maupun lintas daerah menjadi terhalang. Tidak hanya secara lokal maupun nasional, namun juga mengganggu negara tetangga.

Keseriusan pemerintah menangani karhutlabun tertuang pada Instruksi Presiden RI Nomor 11 tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Karhutlabun. “Optimalisasi pencegahan Karhutlabun adalah jalan terbaik daripada kita sibuk memerangi api.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader, koordinator tim COP untuk perlindungan satwa dan habitatnya. (Petz)

PLAYING WITH LEAVES

Continue the story of Making Nest in the Cage. Not all orangutans in the COP Borneo orangutan rehabilitation center understand hoe to make nest. For example, orangutan baby in cages or socialization cage. From all baby orangutan, only Happi could make nest.
 
In average baby orangutan are separated from the mother when not even 10 month old. Surely, it is a very young age. In Age where, baby orangutans are very dependent with their mother. Even almost all of their time is spent in the parent embrace.
 
So what do these babies do when given leaves? “They just make the leaves as toys, nibble it or scattered them. Moreover Owi, although he is the biggest among Bonti and Happi, is the only one who has never made a nest,” said Danel, coordinator of animal keeper COP Borneo.
 
However, leaves enrichment is still the best enrichment for orangutans in COP Borneo enclosure 2. In the wild, the leaves are a companion for orangutans, the leaves are their primary requirement. And the leaves are not something that is hard to find in COP Borneo. “We just choose and arrange which tree leaves to be taken today,” explained Danel again.
 
Everyday, while being away from the forest school, leaves enrichment is a must-have for enclosure 2. “Initially, this might be a futile job. Put the leaves in the cage and then just scattered them,” said Danel. Whereas taking leaves and bringing it to the enclosure needs a struggle of its own. Not to mention the piling litter and cleaning the cage gets harder . “But we believe, with the passage of time, their instincts on the leaves will appear. Baby orangutans will learn from each other. Like Bonti who started imitate and learn from Happi how to make nest. “Danel become more excited, that nothing was in vain, no matter what effort he did. (Dhea_Orangufriends)

BERMAIN DAUN
Melanjutkan cerita sarang di dalam kandang. Tidak semua orangutan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo mengerti cara membuat sarang. Contohnya saja, bayi orangutan yang berada di kandang 2 atau kandang sosialisasi. Dari semua bayi orangutan, hanya Happi yang bisa membuat sarang.

Rata-rata bayi-bayi orangutan ini terpisah dari induknya saat belum genap berusia 10 bulan. Pastinya, itu adalah usia yang sangat muda. Usia dimana, bayi orangutan sangat tergantung sekali dengan induknya. bahkan hampir seluruh waktunya dihabiskan dalam gendongan induknya.

Lalu apa yang dilakukan bayi-bayi ini saat diberikan daun? “Mereka hanya menjadikan daun-daun itu sebagai mainan, sekedar digigit-gigit atau dihambur-hamburkan. Apalagi Owi, walaupun dia paling besar di antara Bonti dan Happi, Owi adalah satu-atunya orangutan yang belum pernah membuat sarang.”, ujar Danel, koordinator animal keeper COP Borneo.

Tetapi, tetap saja enrichment daun adalah pengayaan terbaik untuk orangutan di kandang 2 COP Borneo. Di alam liar, daun adalah sahabat bagi orangutan, daun adalah kebutuhan utama mereka. Dan daun bukanlah sesuatu yang sulit ditemukan di COP Borneo. “Kami tinggal memilih dan mengatur pengambilan pohon mana yang akan diambil daunnya hari ini.”, jelas Danel lagi.

Setiap hari, ketika sedang tidak sekolah hutan, enrichment daun adalah hal yang wajib diberikan untuk kandang 2 terutama. “Awalnya, mungkin ini seperti pekerjaan yang sia-sia. Menaruh daun di kandang lalu hanya dihamburkan begitu saja.”, kata Danel. Padahal mengambil daun dan membawanya ke kandang butuh perjuangan tersendiri. Belum lagi sampah menjadi lebih banyak dan membersihkan kandang jadi bertambah berat. “Tapi kami yakin, dengan berjalannya waktu, insting mereka pada daun akan muncul. Bayi orangutan satu dengan yang lainnya akan saling belajar. Seperti Bonti yang mulai belajar pada Happi cara membuat sarang.”, Danel pun menjadi lebih bersemangat, bahwa tak ada yang sia-sia, apapun usaha yang dilakukannya. (WET)

PENYERAHAN BERUANG MADU DARI ANTANG KALANG

Seseorang akan langsung jatuh hati pada satwa. Biasanya karena lucunya. Lucunya pada saat masih bayi. Dan pada saat bayi itulah, satwa diculik dari induknya. Bagaimana dengan induknya? Kecarian anaknya… atau mati saat mempertahankan anaknya. Inilah nasib beruang madu. Kalung yang melingkar di lehernya adalah tanda unik dari beruang madu dengan tubuhnya yang tak terlalu besar.

Selasa, 12 September 2017, bayi beruang madu berusia 1 tahun diserahkan warga Parenggean, kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Timur. Beruang madu yang berasal dari desa Sungai Keruh, kecamatan Antang Kalang ini ditemukan pak Cuandi saat mencari batu akik. Bayi beruang madu dipelihara seseorang. Setelah Pak Cuandi datang untuk yang ke-5 kali nya, beruang madu akhirnya diserahkan ke kantor BKSDA Pos Sampit. “Terimakasih pak Cuandi atas bantuannya menyerahkan beruang madu yang termasuk satwa dilindungi UU No. 5 Tahun 1990.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

“Selanjutnya dari arahan BKSDA Pos Sampit, Bayi beruang madu akan kami antar ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun.”, ujar Faruq Zafran, kapten APE Crusader COP. “Selain beruang madu, kami akan mengantarkan 1 ekor anakan burung elang yang berasal dari perdagangan ilegal hasil operasi tangkap tangan 11 Agustus 2017 yang lalu.”, tambah Faruq. Selanjutnya, kedua satwa diharapkan dapat melalui rehabilitasi untuk dilepasliarkan kembali ke alam. (PETz)