HERCULES, SANG PELINDUNG ORANGUTAN LECI

Ini dia orangutan yang cinta damai… namanya Leci. Dia memang orangutan yang paling kecil di pulau pra-rilis. Tapi dia bisa berdekatan dengan siapa saja, mulai dari Nigel, Hercules, Untung dan lainnya. Memang, Leci paling sering terlihat bersama Hercules. Hercules sendiri terlihat seperti menjaga Leci. Leci terlihat tidur bersama Hercules beberapa kali.

Perkelahian antar orangutan jantan memang tidak bisa dihindari. Perbutan makanan pastinya yang memicu perkelahian. Saat yang mendebarkan seperti itu, Leci dengan santainya mendekati mereka dan bersikap manja dengan menjatuhkan badannya dan berguling-guling di situ. Mereka yang berkelahi, biasanya satu persatu akan pergi. Apakah ini kode etik tidak berkelahi di depan anak kecil? Hahaha… yang pasti, kami yang mengawasi dari seberang pulau menjadi lega. Perkelahian lebih hebat tertunda.

Leci juga sudah bisa mengekspresikan dirinya. Beberapa kali terlihat melakukan vokalisasi marah. Sayangnya, Leci tidak takut pada manusia. Dia sering nongkrong di dermaga pakan orangutan, menunggu makanan dilemparkan. Kemampuan Leci membuat sarang akan terus berkembang, saat ini dia membuat sarangnya di ketinggian 15 meter. Leci… semoga usia dan tubuh mu tidak menghalangi mu kembali ke habitatmu ya. Bantu COP Borneo menjalankan pusat rehabilitasi orangutan dengan donasi ke Terimakasih.

COMPLETE THE CASE OF KALAHIEN ORANGUTAN CORPSE

There is still time to dismantle the cemetery and perform an autopsy on the corpse of the orangutan.
Do not let BKSDA Central Kalimantan regretting this in the future. The results of the autopsy will assist BKSDA to conduct further investigation. It will be known whether this is a wild orangutan or ex-rehabilitation. Why can his head be decapitated ?. Was there a bullet in his body? And many other questions that can be answered from the autopsy results.

The finding of orangutan corpses with unusual conditions is not the first thing that happened in Central Kalimantan. Based on records from the Center for Orangutan Protection (COP) at least there are about 5 (five) cases occurred. And that successfully revealed until the court process is the last case that occurred in PT. SP, Tumbang Puroh Village, Kapuas District, Central Kalimantan where one orangutan is killed and then cooked.

“The case of orangutan death should be a priority by conducting a serious investigation and make it a deterrent effect against the perpetrators so that in the future it will not happen again. Past deaths cases of orangutans are not complete. Not to mention the case of shooting of orangutans. Nothing is running. The authority of BKSDA Central Kalimantan is at stake in this case, “said Ramadhani, Manager of Habitat Protection Program of COP.

Field observations from the COP team on Tuesday, January 16, 2018 is known where the orangutan corpse is found in some oil palm plantation concessions. The orangutan habitat area overlaps with the permits of oil palm plantation companies. The loses are certainly on orangutans side.

We appreciate the actions of the South Dusun Kapolsek AKP Budiono by ordering Babinkamtibmas to socialize and explore information related to the discovery of the orangutan carcass to three villages in Mampun Bay, Tanjung Java and Kahalien.

For Information and Interviews:
Ramadhani, COP Habitat Protection Manager
HP : 081349271904
Email : ramadhani@orangutan.id

USUT TUNTAS KASUS MAYAT ORANGUTAN KALAHIEN
Masih ada waktu untuk membongkar kuburan dan melakukan otopsi terhadap mayat orangutan tersebut. Jangan sampai dalam hal ini BKSDA Kalimantan Tengah menyesal dikemudian hari. Hasil otopsi akan membantu BKSDA untuk melakukan penyelidikan selanjutnya. Akan diketahui apakah ini orangutan liar atau eks rehabilitasi. Kenapa kepalanya bisa terlepas?. Apakah ditemukan peluru dalam tubuhnya? Dan banyak pertanyaan lainnya yang bisa terjawab dari hasil otopsi.

Temuan mayat orangutan dengan kondisi tidak wajar bukanlah hal yang pertama terjadi di Kalimantan Tengah. Berdasarkan catatan dari Centre for Orangutan Protection (COP) paling tidak ada sekitar 5 (lima) kasus terjadi. Dan yang berhasil diungkap sampai proses pengadilan adalah kasus terakhir yang terjadi di PT. SP, Desa Tumbang Puroh, Kab. Kapuas, Kalteng yang mana satu orangutan dibunuh kemudian dimasak.

“Kasus kematian orangutan sudah seharusnya menjadi prioritas dengan melakukan penyelidikan secara serius dan menjadikannya sebagai efek jera terhadap pelakunya agar dikemudian hari tidak terulang lagi. Kasus-kasus temuan kematian orangutan yang telah lalu banyak tidak tuntas. Belum lagi kasus penembakan terhadap orangutan. Tidak ada yang berjalan. Kewibawaan BKSDA Kalimantan Tengah dipertaruhkan dalam kasus ini.”, kata Ramadhani, Manager Program Perlindungan Habitat dari COP.

Hasil pengamatan lapangan dari tim COP hari Selasa 16 Januari 2018 ialah diketahui memang dimana lokasi ditemukan mayat orangutan terdapat beberapa konsesi perkebunan kelapa sawit. Kawasan habitat orangutan menjadi tumpang tindih dengan ijin-ijin perusahaan perkebunan kelapa sawit. Yang kalah dipastikan ialah orangutan.

Kami mengapresiasi tindakan dari Kapolsek Dusun Selatan AKP Budiono dengan memerintahkan Babinkamtibmas melakukan sosialisasi dan menggali informasi terkait penemuan bangkai orangutan tersebut untuk tiga desa di Teluk Mampun, Tanjung Jawa dan Kahalien.

Informasi dan Wawancara hubungi:
Ramadhani, Manager Perlindungan Habitat COP
HP : 081349271904
Email : ramadhani@orangutan.id

ANTAK AKAN KEMBALI KE PULAU ORANGUTAN

Hampir setahun, orangutan Antak berada di kandang. Kalah bersaing dengan orangutan jantan lainnya adalah penyebab utama dia harus kembali ke kandang. Awalnya adalah laporan dari teknisi yang mengawasi pulau orangutan. “Sudah tiga hari Antak tidak terlihat. Biasanya Antak akan muncul saat pakan orangutan diberikan pada pagi maupun sore hari. Ini sama sekali tidak muncul.”, ujar Danel. Pencarian Antak pun segera dilakukan. “Sebelumnya, Antak terlihat berkelahi dengan Nigel.”, tambah Danel, taknisi orangutan yang mengawasi pulau pra-rilis COP Borneo.

Akhir Januari 2017, Antak ditemukan dalam kondisi kurus dengan luka-luka di bagian kepala, pinggul dan bibirnya. “Perkelahian antar orangutan jantan.”, kata Reza Kurniawan, manajer pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Selanjutnya tim medis COP Borneo akan mengobati luka-luka pada Antak dan memperbaiki berat badannya yang menurun drastis.

Awal tahun 2018 ini, tim medis memutuskan untuk mengembalikan Antak kembali ke pulau. Berat badannya sudah kembali, luka-lukanya sudah pulih. Jika Antak lebih lama lagi di kandang ini akan semakin membuatnya mundur. Bagaimana pun, kandang sangat membatasi geraknya.

Pulau pra-rilis orangutan adalah bagian dari pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Di pulau ini, orangutan nyaris tidak bertemu dengan manusia. Pemantauan orangutan dari seberang pulau dan patroli mengelilingi pulau dengan perahu untuk mengecek aktivitas orangutan, selain pada pagi dan sore hari saat memberi pakan orangutan. Ini adalah tahapan akhir orangutan sebelum dilepasliarkan kembali ke hutan.