APE WARRIOR UNTUK SATWA GUNUNG AGUNG

Gunung tertinggi di pulau Bali ini dinyatakan berstatus Waspada pada 14 Juli 2017 yang lalu. Ini berarti berada di level II untuk gunung berapi yang aktif. Radius 3 kilometer dari kawah gunung pun menjadi steril, tidak boleh ada aktivitas pada radius tersebut.

Sejak itu pula, intensitas kegempaan menjadi lebih sering. Dan pada Senin, 18 September, Gunung Agung yang terletak di kabupaten Karangasem, Bali ditetapkan berstatus Siaga. Penduduk sekitar gunung mulai mengungsi secara mandiri.

Terhitung Jumat, 22 September 2017 pukul 20.30 WITA, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementrian ESDM mengumumkan kenaikan status gunung Agung ke level IV yaitu menjadi Awas. Radius larangan untuk tidak beraktivitasi di 9 kilometer hingga wilayah sektoral 12 kilometer pun dikeluarkan.

Keesokan paginya, Centre for Orangutan Protection (COP), Animals Indonesia, JAAN dan Bali Dong Adoption Rehabilitation Centre (BARC) langsung turun ke lapangan dan memberi pertolongan pada satwa-satwa yang membutuhkan. Berkoordinasi dengan pihak terkait pun dilakukan agar bantuan lebih tepat sasaran.

APE Warrior dengan pengalamannya menangani bencana gunung berapi pun meluncur ke pulau dewata ini bersama satu relawan. Peralatan dan perlengkapan pun memenuhi tim legendaris ini. Semoga sampai ditujuan dan segera bisa membantu satwa yang terdampak bencana gunung Agung.

APE GUARDIAN MONITORING OKI

Kegiatan pasca pelepasliaran orangutan rehabilitasi adalah monitoring orangutan tersebut. Ini adalah bagian terberat yang harus dilakukan. Harus punya fisik kuat, kemampuan survival memadai dan mental yang tangguh. Inilah kemampuan tim APE Guardian COP untuk memastikan orangutan Oki, mampu bertahan di alam.

Monitoring dilakukan setiap hari mulai pukul 04.00 WITA hingga 19.00 WITA. Saat matahari belum muncul hingga matahari hilang di ufuk Barat. Tim mencatat setiap hasil pengamatan sepanjang waktu itu. Jenis sarang yang dibuat Oki, makan apa saja, cuaca, lokasi dan aktivitas Oki keseluruhan. Bukan hal mudah mengikuti pergerakan orangutan yang selalu berada di atas pohon. Sementara tim harus mencari jalan namun tak boleh kehilangan orangutan Oki.

Tim Monitoring didukung tim logistik. Tanpa kerjasama ini, mustahil sukses. Perjalan mengikuti dan kembali camp sudah sangat menguras tenaga, itu sebabnya, tim logistik mendukung penuh tim monitoring ini, termasuk konsumsi dan tidurnya tim monitoring.

Anen dan Jhonny dengan supervisi Reza Kurniawan mengisi formulir data dan catatan penting lainnya. Mereka berdua adalah dua orang yang paham karakter Oki selama di pulau orangutan. Sementara dua orang lokal bertanggung jawab sebagai pemandu jalur lapangan.

Seperti apa hasil monitoring Oki? Ikuti terus #OKIisOK! ya. (NIK)

PELIHARA ELANG MELANGGAR HUKUM

Pemberitaan media cetak dan online tentang penangkapan pedagang elang brontok pada 11 September menyadarkan ibu Masriah, bahwa dia melanggar hukum. Ibu Masriah pun akhirnya menyerahkan dua elang laut (Haliaeetus heucogaster) kepada BKSDA Pos Sampit dibantu Manggala Agni dan APE Crusader.

Menurut keterangan warga kecamatan Mentaya Baru Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah ini, kedua elang dipeliharanya selama enam bulan. Kedua elang dimasukkan ke dalam kandang berukuran 5×6 meter dan diberi makan ikan setiap pagi dan sore hari.

“Serah-terima ini adalah contoh kesadaran masyarakat dalam memahami bahwa elang adalah satwa yang termasuk dilindungi UU No. 5 Tahun 1990.”, ujar pak Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

Keesokan harinya, elang-elang dibawa ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun dan bersiap untuk dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya untuk menjalani perannya dalam rantai makanan. “Elang adalah predator puncak pada rantai makanan yang mempunyai peran sangat penting di alam liar. Membiarkan satwa liar di alam adalah tindakan terbaik manusia untuk kelestarian alam.”, kata Faruq Zafran, kapten APE Crusader COP. (Petz)