CATATAN APRIL 2018 DANIEK HENDARTO

“Dalam proses penyelamatan satwa tidak melulu selalu menang dan berakhir baik. Bahkan terkadang kita kalah dan jatuh. Namun tetaplah gembira sesulit apapun itu.”. Itulah suara Daniek Hendarto, manajer operasional orangutan ex-situ COP. Satu bulan terakhir ini menjadi hari-hari yang sulit bagi pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Kedatangan dua orangutan kecil Annie dan Raju membuat tim sedih karena pekerjaan seolah-olah tiada habisnya. Padahal tim sedang mempersiapkan lima orangutan yang akan dirilis ke habitatnya dalam waktu dekat ini.

Tak hanya itu, orangutan Debbie yang tepat pada ulang tahun COP yang ke-11 dipindahkan ke sanctuary island pada akhir Maret sudah tak kelihatan lagi. Buaya yang hidup di sungai Kelay sepertinya berhasil mendapatkannya. Kebahagiaan melihat Debbie yang telah puluhan tahun hidup di balik kandang jeruji besi pun menjadi sirna.

Warna kekawatiran pun pudar melihat Septi yang bisa menerima Popi di dalam kandangnya. Popi terlihat nyaman bersama Septi. Sementara Septi terlihat seperti ibu muda yang mengawasi Popi. Tapi kami pun terpaksa mengevakuasi Reza Kurniawan, manajer COP Borneo ke Yogyakarta karena sakit yang dideritanya. Ejak begitulah kami memanggilnya, menderita sakit malaria.

Memang bumi akan terus berputar. Roda akan terus menggelinding. Ada saat di atas dan ada saat di bawah. Semangat orangufriends (kelompok pendukung COP) seperti tidak ada putusnya. Orangufriends berhasil membawa virus konservasi ke kehidupannya. Mereka yang bergerak di anak jalanan, desain grafis, hukum, kuliner, pendidikan, petualangan bahkan musik terus menerus menjadi semangat kami. Terimakasih tim… terimakasih orangufriends, mari kita bekerja bersama!

ICELAND STOP PRODUCTS THAT USE PALM OIL

Iceland news, a supermarket in Britain that stopped its own brand products containing palm oil from biscuits to soap is a national shopping center business based in Deeside, England is concerned with forests and orangutans in Borneo.

Iceland director Richard Walker said that, “There is no sustainable palm oil.”.

Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) undertakes efforts to manage palm oil to standardize sustainable management of the environment, products, workers and the economy. In fact, the RSPO has given RSPO certificates on approximately 3.5 million ha of palm oil up to 2017. It’s like just labeling ‘green images’ that do not save orangutans and forests. RSPO members are still deforesting forests of high conservation value, indicating the presence of protected endemic wildlife such as orangutans.

If only on the basis of plantations that might meet the criteria of RSPO certification, what about the opening of palm oil mills on oil palm harvests from small plantations and even individuals who turn their land in a national park? How to separate this mixed palm oil?

“If Iceland can stop its production using palm oil, we hope other supermarkets are willing to evaluate its policies. The pressure on users of large quantities of palm oil is expected to invite oil palm plantations to pay more attention to the environment and animals, “said Ramadhani, manager of orangutan protection and COP habitat. (LSX)

ICELAND HENTIKAN PRODUK YANG MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA SAWIT
Berita Iceland, sebuah supermarket di Inggris yang menghentikan produk mereknya sendiri yang mengandung minyak kelapa sawit mulai dari biskuit sampai sabun merupakan usaha jaringan pertokoan nasional yang berpusat di Deeside, Inggris ini untuk peduli pada hutan dan orangutan di Kalimantan.

Direktur Iceland, Richard Walker mengatakan bahwa, “Tidak ada minyak kelapa sawit yang berkesinambungan.”.

Usaha yang dilakukan seperti RSPO (Roundtable On Sustainable Palm Oil) dengan mengupayakan pengelolaan kelapa sawit ber-standarisasi pengelolaan yang berkelanjutan dari sisi lingkungan, produk, pekerja maupun ekonominya. Bahkan RSPO telah memberikan sertifikat RSPO pada sekitar 3,5 juta ha lahan sawit hingga 2017. Ini seperti hanya memberi label ‘citra hijau” yang tak menyelamatkan orangutan dan hutan. Para anggota RSPO masih juga melakukan pembabatan hutan pada hutan yang memiliki nilai konservasi yang tinggi dengan ditunjukkan keberadaan satwa liar endemik yang dilindungi seperti orangutan.

Jika hanya berdasarkan lahan perkebunan yang mungkin sudah memenuhi kriteria sertifikat RSPO, bagaimana dengan terbukanya pabrik minyak kelapa sawit pada hasil panen kelapa sawit dari perkebunan kecil bahkan perorangan yang ternyata lahannya berada di sebuah taman nasional? Bagaimana memisahkan minyak kelapa sawit yang sudah bercampur ini?

“Jika Iceland bisa menghentikan produksinya yang menggunakan minyak kelapa sawit, kami berharap supermarket lainnya pun bersedia untuk mengevaluasi kebijakannya. Tekanan para pengguna jumlah besar minyak kelapa sawit diharapkan bisa mengajak perkebunan kelapa sawit lebih memperhatikan lingkungan dan satwa.”, ujar Ramadhani, manajer perlindungan orangutan dan habitat COP.

SEPTI BERBAGI KANDANG DENGAN POPI

Usaha memasukkan Popi ke kandang sosialisasi bersama orangutan kecil lainnya tak berhasil. Popi di-bully oleh orangutan lainnya. Ditarik-tarik lalu digigit, dan Popi terus menerus tidak bisa membela diri. Tubuh Popi memang sangat kecil dibanding orangutan lainnya. Mungkin Popi juga terlalu manja karena Popi sedari masih bayi sudah mengenal manusia.

Saat bayi Popi baru tiba di COP Borneo, September 2017 yang lalu, Popi tinggal di klinik. Keranjang dengan selimutlah yang menjadi tempat tidurnya. Popi pun tumbuh dan semakin banyak keinginan, Popi pun dipindahkan ke kandang yang berada di belakang klinik COP Borneo. Hingga akhirnya Popi sudah mulai mencoba kekuatannya. “Kandang yang berada di belakang klinik tidak cukup kuat, itulah sebabnya dia dipindahkan ke kandang sosialisasi, bergabung bersama orangutan kecil lainnya. Sayangnya, Owi, Bonti bahkan Happi menarik-nariknya, bahkan menggigitnya. Popi pun menjerit-jerit. Hingga akhirnya kami mencoba memperkenalkan Popi pada Septi. Syukurlah, Septi bisa menerima Popi.”, ujar Reza Kurniawan, manajer COP Borneo.

“Popi sempat menangis ketika Septi mendekat. Dia terlihat ketakutan, namun Septi segera mencium Popi dan dengan seketika tangis Popi hilang. Sungguh saat yang mengharukan. Rasa takut kami pun sirna dengan seketika. Septi bisa menerima Popi dan Popi merasa nyaman.”, tambah Wety Rupiana, baby sitter Popi selama ini.

Kini, sudah satu bulan Septi berbagi tempat tidur dengan Popi. Tak hanya tempat tidur, makanan pun selalu dibagi Septi. Tak ada lagi yang harus kami kawatirkan. Terimakasih Septi. (WET)