UNTUNG’S NEST NEAR THE APE GUARDIAN CAMP

A peaceful afternoon was struck by the sound of something falling in the bathroom. All reflexes immediately tried to look to find out where the sound came from. The APE Guardian team found a messy bathroom, the shower was no longer in place and the shampoo condition was running out. Widi and Wan’s wardrobe opened with contents littered with the smell of very stinging dirt from the bedroom.

“Oh, my God! This must be the orangutans! ” While looking for the orangutan that has made a chaotic afternoon in the monitoring camp, Reza continued to sniff out the existence of orangutans. It was getting dark, the team was busy turning on the generator set. When we let our guard down, the orangutans went back into the kitchen by gouging wood vents. The condition of the kitchen is really like a broken ship. All food supplies are scattered and run out. Chicken eggshells are on the bed of the lower room, it seems the perpetrator is satisfied to ravage the kitchen and enjoy eggs while on the mattress. The smell of dirt and urine is everywhere. And … Untung looking at us from the tree with satisfaction!

Upset and angry! The team began to hush Untung away. But it seems that Untung still wants to play with us. That night, he made a simple nest, just above the hut. We were busy cleaning and tidying the camp. Arghhh … but the smell of the male orangutan filled the camp. Nobody fell asleep … a frustrating day. 

Untung is an orangutan from a zoo. His fingers are not perfect, but does not mean preventing him from becoming a wild orangutan. Untung managed to survive and become an ex-rehabilitation orangutan. His presence in the destruction this time seemed to be a form of resentment. “Well, Untung, soon we will completely disappear from you. Good luck untung! ” (EBO)

SARANG UNTUNG DEKAT CAMP APE GUARDIAN

Siang hari yang damai dikejutkan suara sesuatu terjatuh di kamar mandi. Refleks semuanya langsung mencoba melihat untuk mencari tahu asal suara. Tim APE Guardian menemukan kamar mandi yang berantakan, alat mandi tak lagi di tempatnya dan kondisi shampo terbuka habis. Lemari baju Widi dan Wan terbuka dengan isi yang berserakan dengan bau kotoran yang sangat menyengat dari kamar tidur.

“Ya … Tuhan! Ini pasti ulah orangutan!”. Sambil mencari-cari sosok orangutan pelaku kekacauan di camp monitoring, Reza terus mengendus keberadaan orangutan. Hari mulai gelap, tim sibuk menyalakan genset. Saat kami lengah, kembali orangutan masuk ke dapur dengan mencongkel kayu lubang angin. Kondisi dapur benar-benar seperti kapal pecah. Seluruh persediaan makanan berhamburan dan habis. Kulit telur ayam berada di atas kasur kamar bawah, sepertinya si pelaku dengan puas memporak-porandakan dapur dan menikmati telur sembari di atas kasur. Bau kotoran dan air seni dimana-mana. Dan… Untung memandang kami dari atas pohon dengan puas!

Kesal dan marah! Tim mulai mengusir Untung. Namun sepertinya Untung masih ingin mempermainkan kami. Malam itu, dia membuat sarang ala kadarnya, tepat di atas pondok. Kami pun sibuk membersihkan dan merapikan camp. Arghhh… tapi bau orangutan jantan Untung memenuhi camp. Tak seorang pun tertidur… hari yang mengesalkan.

Orangutan Untung adalah orangutan dari kebun binatang. Jari-jari Untung yang tak sempurna, bukan berarti menghambatnya menjadi orangutan liar. Untung berhasil bertahan dan menjadi orangutan ex-rehabilitasi. Kehadirannya dalam perusakan kali ini sepertinya sebagai bentuk kekesalannya. “Baiklah Untung, tak lama lagi kami akan benar-benar menghilang dari hadapanmu. Goodluck Untung!”. (REZ)

SAVE ORANGUTAN ISLAND FROM COAL MINING

Temperature at the COP Borneo orangutan monitoring post, Merasa village, Kelay sub-district, East Kalimantan is getting hotter. The trees behind the camp in just a moment have turned to open land. Dazzling! River water looks murky. Dust is everywhere, and wearing masks and glasses help us comfortable. But what about the orangutans on the pre-release island?

Coal mining activities are increasingly approaching the orangutan pre-release island. The wind that blows towards the island cannot be controlled, carrying suffocating dust grains that also hurt our eyes. “How will the orangutan on the pre-release island survive? This condition disturbs the orangutan rehabilitation program! “, Said Reza Kurniawan, COP Borneo manager.

The orangutan pre-release island is an island that is used for orangutans final rehabilitation before being released into their new habitat. This island is a place for orangutans to practice living wild by minimizing human intervention. The island which since December 2015 has successfully released 5 orangutans back to their habitat. “This disturbing coal mining activity will certainly be a bad reputation for the company. Every company is trying to be part of the Orangutan protection effort which is an icon of Indonesia’s protected wildlife. How can KJB ignore this condition? “, Said Reza Kurniawan, worrying about the condition of orangutans on the island.

In your opinion, do orangutans have to succumb to coal mining? Provide support via email info@orangutanprotection.com or https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan

SELAMATKAN PULAU ORANGUTAN DARI TAMBANG BATUBARA

Suhu di pos monitoring orangutan COP Borneo, desa Merasa, kecamatan Kelay, Kalimantan Timur semakin panas. Pepohonan di belakang camp sesaat saja berganti dengan lahan terbuka. Silau! Air sungai terlihat keruh. Dan debu-debu beterbangan, penggunaan masker dan kacamata cukup membuat nyaman, tapi bagaimana dengan orangutan yang berada di pulau pra-rilis?

Aktivitas pertambangan batubara semakin mendekati pulau pra-rilis orangutan. Angin yang bertiup mengarah ke pulau tak mungkin bisa dikendalikan, membawa butiran debu yang menyesakkan dan memerihkan mata. “Bagaimana orangutan di pulau pra-rilis akan bertahan? Kondisi ini menganggu program rehabilitasi orangutan!”, ujar Reza Kurniawan, manajer COP Borneo. 

Pulau pra-rilis orangutan adalah pulau yang digunakan untuk orangutan rehabilitasi tahap akhir sebelum dilepasliarkan ke habitat barunya. Pulau ini akan menjadi tempat berlatih orangutan menjadi liar dengan meminimalisir campur tangan manusia. Pulau yang sejak Desember 2015 telah berhasil meluluskan 5 orangutannya kembali ke habitatnya. “Aktivitas pertambangan batubara yang menganggu ini tentu akan menjadi reputasi buruk bagi perusahaan. Setiap perusahaan sedang berusaha untuk ikut menjadi bagian dari usaha perlindungan Orangutan yang merupakan ikon satwa liar yang dilindungi Indonesia ini. Bagaimana mungkin KJB mengabaikan kondisi ini?”, tegas Reza Kurniawan, mengkawatirkan kondisi orangutan di pulau.

Menurutmu, apakah orangutan harus mengalah pada pertambangan batubara? Berikan dukungan melalui email info@orangutanprotection.com atau https://www.kitabisa.com/orangindo4orangutan

HAPPI IS BUSY WITH HIS CUCUMBER

The four limbs work well. His twenty fingers gripped this new diet. Cucumber is a favorite fruit at the end of May. Happi does not allow one hand or leg to be idle, all must be full of food.

Living in a hostel with the same menu often makes boarders run away for snacks outside. Of course, it must be supported by sufficient finance. The same is true for orangutans in the COP Borneo orangutan rehabilitation center in Berau district, East Kalimantan. When in forest school, it’s time for them to look for their natural food. Then what about when the forest school had to be stopped like now?

Substitution of feed variations in COP Borneo that usually happens every 3 months is awaited time. Menu changes are set to get the right calorie and nutritional composition but still in accordance with the set budget. White pumpkins are reported to be left over when given. This report was immediately responded to with a change of white pumpkin with cucumber. And the result …

Happi is one of the orangutans who really enjoys this menu change. His bright face shown with his hands and feet full of cucumbers. (EBO)

 

HAPPI SIBUK DENGAN TIMUNNYA

Keempat anggota tubuhnya bekerja dengan baik. Kedua puluh jarinya mencengkeram menu baru ini. Buah ketimun menjadi buah favorit di akhir bulan Mei. Happi tak membiarkan satu tangan atau kaki pun menganggur, semuanya harus penuh dengan makanan. 

Tinggal di sebuah asrama dengan menu makanan yang sama sering membuat penghuni asrama melarikan diri untuk jajan di luar. Tentu saja, harus didukung dengan keuangan yang cukup. Sama halnya orangutan yang berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Saat berada di sekolah hutan, adalah saatnya mereka mencari pakan alaminya. Lalu bagaimana saat sekolah hutan terpaksa dihentikan seperti saat ini?

Pergantian variasi pakan di COP Borneo yang biasanya setiap 3 bulan sekali pun menjadi waktu yang dinantikan. Perubahan menu diatur untuk mendapatkan komposisi kalori dan nutrisi yang pas namun tetap sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Buah labu putih dilaporkan banyak bersisa saat diberikan. Laporan ini langsung ditanggapi dengan pergantian labu putih dengan ketimun atau buah timun. Hasilnya…

Happi adalah salah satu orangutan yang sangat menikmati pergantian menu ini. Wajah cerianya terpancar dengan tangan dan kaki yang penuh menggenggam timun. (SAD)