A NEW BASKET FOR MORE HYGIENE

Feed holds the most important role in orangutan growth and development in a rehabilitation center. but on the other hand it is also the main media for disease to spread. Herbicides, pesticides, germs, pollutants when carried on the road and contact with other animals when in fed sheds are nightmare because these fruits might spread disease.

So, is there a solution for everything? Of course there are, every fruit is washed and rinsed. Is thus all feed safe from harmful contaminants? Not yet, there is still one more critical point, which is when bringing food to orangutans.

Usually the transport media is supported by using a sack then collected in a lajung (a kind of basket made of woven rattan) per each cage. Now woven baskets that are easier to clean are the choice of the medical team. “Yes, usually the remnants of feed are still stucked in sacks and between lajung. With hand-held baskets that are in more suitable size, it is expected to be easier to clean so that the hygiene can be maintained.

The Borneo COP Orangutan Rehabilitation Center always strives to improve the quality of caring for its orangutans. What do you think? (EBO)

KERANJANG BARU AGAR PAKAN LEBIH HIGENIS

Pakan memegang peranan terpenting dalam tumbuh kembang orangutan. namun di sisi lain juga sebgai media utama penyebaran penyakit. Herbisida, pestisida, kuman, polutan saat dibawa di jalan serta kontak dengan hewan lain ketika di gudang pakan menjadi momok penyebaran penyakit dari buah-buah tersebut.

Lantas, adakah solusi untuk semuanya? Tentu ada, setiap buah dicuci dan dibilas. Apakah dengan begitu seluruh pakan aman dari kontaminan berbahaya? Belum, masih ada satu cara lagi critical point yaitu saat membawa pakan ke orangutan.

Selama ini, media angkut disokong dengan menggunakan karung kemudian dikumpulkan dalam lajung (semacam keranjang gendong dari anyaman rotan) per tiap kandang. Kini keranjang tenteng dari anyaman yang lebih mudah dibersihkan menjadi pilihan tim medis. “Iya, biasanya sisa-sisa pakan masih saja menyangkut di karung maupun sela-sela lajung. Dengan keranjang tenteng yang ukurannya lebih pas diharapkan lebih mudah dibersihkan sehingga higenisnya dapat tetap terjaga. 

Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo selalu berusaha dalam peningkatan kualitas perawatan orangutannya. Bagaimana menurutmu? (SAT)

WHEN BABY BITES LANDED SMOOTHLY (2)

An orangutan baby named Alouise was only 1 year old, but his fearful attitude was shown by biting all the humans who tried to approach him, including the medical team. At the beginning of his arrival he looked very scared. Even his body trembles. Although he has been adapted at the arrival quarantine enclosure and is getting used to the presence of orangutan nurses. But still when invited out to the playground area, he was still very scared and biting.

The bite is also different from the other eight baby orangutans. The bite is very strong and long, different from Popi and Mary who bite only to threaten. Alouise’s baby bite is enough to make the skin peel and turn blue for more than 3 days.

Because of Alouise’s nature, who is still afraid of the orangutan nurse, the medical team is looking for orangutan companion for him. A companion who can be a foster parent so that Alouise becomes comfortable. The choice fell on Septi. In the past, Septi had been a foster parent for Popi. Now, Septi is back as a foster parent for Alouise.

Hopefully baby Alouise’s can reduce the trauma huh … (EBO)

SAAT GIGITAN BAYI MENDARAT DENGAN MULUS (2)

Bayi orangutan bernama Alouise baru berumur 1 tahun, namun sikap takutnya ditunjukkan dengan menggigit semua manusia yang berusaha mendekatinya, tak terkecuali tim medis. Awal kedatangan memang dia terlihat sangat takut. Bahkan badannya bergetar. Meskipun telah diadaptasikan di kandang karantina kedatangan dan mulai terbiasa dengan kehadiran perawat orangutan. Namun tetap saja saat diajak keluar ke area playground, dia masih sangat takut dan menggigit.

Gigitannya juga berbeda dengan kedelapan bayi orangutan lainnya. Gigitannya sangat kuat dan lama, beda dengan Popi dan Mary yang menggigit hanya untuk mengancam. Gigitan bayi Alouise cukup untuk membuat kulit terkelupas dan membiru selama lebih dari 3 hari.

Karena sifat bayi Alouise yang masih takut dengan perawat orangutan, tim medis mencarikan pendamping orangutan untuknya. Pendamping yang bisa menjadi induk asuh agar Alouise menjadi nyaman. Pilihan jatuh pada orangutan Septi. Dulu, Septi pernah menjadi induk asuh untuk orangutan Popi. Kini, Septi kembali menjadi induk asuh untuk Alouise. 

Semoga bayi Alouise bisa mengurangi traumanya ya… (FLO)

AN ISLAND FOR MICHELLE

After a year of waiting in the quarantine cage, finally Michelle, a female orangutan from the Mulawarman University Botanical Garden in Samarinda (KRUS) will begin her independent life for the first time on the COP Borneo orangutan island. This island is the final stage of orangutan rehabilitation to stimulate the wild nature of orangutans.

Getting to know Icel (Michelle’s nickname) the spoiled one who has never been released from human care is a big concern. Can Icel survive a day … two days … or a week on the island? Plans A to C are always carefully monitored by the APE Defender team (the team responsible for orangutans when rehabilitated).

Until the day awaited, the day Michelle is transferred to the island arrived. “Transfer of Icel goes smoothly, thank God we don’t need to anesthetize her. Enough with fruit and milk. “Icel … this is your most important day, show that you can survive without humans! The forest is really waiting for you, “said vet Flora full of hope.

On the first day on the island, Icel seemed to dwell on the tower. Seems to occasionally hold a rope that connects one tower to a tree. But she chose to stay in the tower while eating fruits that were deliberately placed there. “Maybe our anxiety is similar to Icel’s fear to start the exploration. From across the island the team continued to take turns ensuring Icel is fine. ” (REZ)

PULAU ORANGUTAN UNTUK MICHELLE

Setelah setahun menunggu di kandang karantina, akhirnya Michelle, orangutan betina dari Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda (KRUS) akan memulai kehidupan mandirinya untuk pertama kali di pulau orangutan COP Borneo. Pulau ini adalah tahapan akhir dari orangutan rehabilitasi untuk merangsang sifat liar dari orangutan. 

Mengenal Icel (panggilan Michelle) si manja yang tak pernah lepas dari perawatan manusia ada kekawatiran besar, mampukah Icel bertahan sehari… dua hari… atau seminggu di pulau tersebut. Rencana A hingga C tak lepas dari pantauan tim APE Defender (tim yang bertanggung jawab pada orangutan saat direhabilitasi). 

Hingga hari yang ditunggu, hari pemindahan Michelle ke pulau pun tiba. “Pemindahan Icel berjalan dengan lancar, syukurlah kita tidak perlu membiusnya. Cukup dengan buah dan susu. Icel… ini adalah hari terpentingmu, tunjukkan kalau kamu bisa bertahan hidup tanpa manusia! Hutan sesungguhnya menantimu.”, ujar drh. Flora penuh harapan.

Hari pertama di pulau, Icel terlihat banyak berdiam di atas menara. Tampak sesekali memegang tali yang menghubungkan satu menara dengan pohon. Tapi icel memilih berdiam di menara sambil makan buah-buahan yang sengaja ditaruh di situ. “Mungkin rasa was-was kami sama dengan rasa takut Icel untuk memulai penjelajahannya. Dari seberang pulau tim terus bergantian memastikan Icel baik-baik saja.”. (REZ)