SEMANGAT KONSERVASI DI KP3 EXPO UGM: EDUKASI, CERITA, DAN PERSPEKTIF BARU

Tanggal 23 April 2025, tim APE Warrior kembali membawa semangat konservasi ke jantung kampus, KP3 Expo Kehutanan UGM. Centre for Orangutan Protection hadir serta turut membuka stand edukasi, menyapa mahasiswa, dan tentu saja, mengajak mereka ngobrol soal orangutan, hutan, dan aksi-aksi nyata di lapangan. Tak hanya itu, Demetria Alika juga tampil sebagai pembicara dalam talkshow bersama Aksi Konservasi Yogyakarta dan tokoh inspiratif dari Desa Wisata Jatimulyo. Talk Show ini jadi momen hangat, penuh cerita, dan inspirasi dari berbagai lini perjuangan pelestarian alam, mulai dari penyelamatan satwa, edukasi akar rumput, hingga pelibatan masyarakat lokal.

Lalu, ada satu momen unik yang bikin kami snyum-senyum sendiri. Saat Dimi panggilan akrabnya Demetria menjelaskan bahwa aktivitas COP dan Orangufriends nggak cuma soal rescue, rehab, and release orangutan, tapi juga lewat cara seru seperti konser amal (Sounds For Orangutan/SFO) dan pameran seni amal (Art For Orangutan/AFO), salah satu peserta langsung angkat tangan. “Maaf, Kak. Tapi konser dan pameran seni, emang ada hubungannya sama konservasi orangutan?”, tanya seorang mahasiswa yang turut hadir sebagai peserta.

Ruangan sempat hening, semua menanti jawaban. “Kalau mau jujur… ya memang nggak ada korelasinya secara langsung”, kata Dimi sambil tersenyum. “Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Ketika kita gabungkan dua hal yang tampaknya nggak nyambung, konservasi dan musik atau seni, kita bisa menjangkau lebih banyak orang. Kita bisa ajak mereka yang mungkin nggak pernah kepikiran soal orangutan, untuk peduli dan terlibat, bahkan dari dunia mereka sendiri.”.

Seketika, peserta itu tersenyum lebar dan mengangguk. “Oh… iya ya. Baru kepikiran. Jadi konservasi itu bukan cuman buat orang hutan aja”, celetuknya sambil terkekeh. “Tapi buat semua orang, apapun latar belakangnya.”. Percakapan itu jadi momen reflektif yang menghangatkan hati. Sebuah pengingat bahwa perjuangan konservasi bisa datang dari mana saja, asal ada niat dan kepedulian. Selain membuka obrolan, tim juga menjual merchandise sebagai bentuk kontribusi publik, dan tentu saja mengajak mahasiswa untuk mendaftar ke COP School Batch 15 yang akan digelar Juni nanti. Harapannya, makin banyak jiwa muda yang turun tangan jadi bagian dari gerakan ini. Hari itu kami pulang dengan semangat baru. Bertemu orang-orang yang penasaran, terbuka pikirannya, dan siap melangkah lebih jauh. Karena konservasi bukan tentang siapa kamu hari ini, tapi tentang keberanianmu peduli. (DIT)

AKSI #RAWATAJADULU DI HARI BUMI 2025

Tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Sedunia. Tahun ini, semangat untuk lebih peduli terhadap bumi diwujudkan lewat aksi kampanye bertema #RawatAjaDulu yang digelar oleh APE Warrior bersama Orangufriends Jogja serta kawan-kawan dari Aksi Konservasi Yogyakarta, Javan Wildlife Institute (JAWI), Relung Indonesia, Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ), swaraOwa, dan Teman Berjalan.

Berlokasi di kawasan wisata yang ramai pengunjung, kampanye ini tidak hanya melibatkan para penggiat konservasi, tapi juga masyarakat luas yang kebetulan melintas. Salah satu yang ikut terlibat adalah Jojo, mahasiswa Antropologi UGM dan relawan Orangufriends, yang membagikan kisahnya selama mengikuti kegiatan. “Hari Bumi itu sebelumnya nggak pernah terpikir akan aku rayakan”, kata Jojo sambil tersenyum. “Tapi hari ini beda. Teman saya yang biasanya nggak tertarik soal konservasi tiba-tiba ikut hadir. Saya jadi penasaran… sebenarnya apa yang bikin kegiatan ini menarik?”.

Kampanye #RawatAjaDulu menyoroti hal-hal sederhana yang bisa dilakukan siapa saja, seperti menjaga kebersihan, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan listrik seperlunya, semua menjadi pesan yang kami suarakan hari itu. Kami juga membagikan stiker edisi khusus Hari Bumi sebagai bentuk ajakan kecil namun bermakna.

Jojo mengakunya awalnya ragu. Kegiatan edukasi dilakukan di tengah kawasan wisata yang penuh dengan keramaian dan keragaman. Tapi ternyata… mereka penasaran banget! Banyak yang datang tanya-tanya, ikut ngobrol, bahkan cerita pengalaman pribadi soal lingkungan”, ujar Jojo. Hari itu, interaksi demi interaksi mengalir. Masyarakat bukan hanya jadi penonton, tapi ikut menjadi bagian dari percakapan soal pentingnya menjaga bumi. “Senang banget rasanya”, tambah Jojo. “Melihat banyak orang, bahkan di area wisata, masih peduli dan mau mendengarkan. Ini jadi harapan bahwa suara konservasi bisa sampai ke siapa pun”.

Aksi ini hanyalah awal dari rangkaian kampanye Hari Bumi. Selanjutnya, akan ada pemutaran film dan talkshow bertema lingkungan yang akan digelar di Fakultas Biologi UGM pada 9 Mei mendatang. Tentunya, kampanye ini juga menjadi pengingat bahwa Hari Bumi tidak cukup dirayakan setahun sekali. Harapannya, semakin banyak orang yang sadar dan bersuara untuk menjaga bumi dari kerusakan. Karena dengan begitu, kita bisa hidup berdampingan dengan bumi yang lebih sehat dan lestari, lebih lama. (DIM)

BAGAIMANA ORANGUTAN BERTERIMA KASIH PADA KEEPERNYA

Kata siapa hewan/satwa tidak memiliki rasa terima kasih? Kata siapa hewan/satwa tidak mampu menunjukkan rasa terima kasihnya? Orangutan, satwa yang memiliki 97% DNA yang sama dengan manusia, mampu menunjukkan rasa terima kasihnya. Charlotte, salah satu orangutan juvenile yang ada di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) yang kini sedang berada dalam masa karantina sebelum dibawa ke pulau pra-pelepasliaran menunjukkan rasa terima kasihnya kepada saya yang kembali bertugas ke BORA setelah hampir 2 tahun tidak berjumpa Charlotte.

Pagi itu, saat hendak memberikan enrichment, saya mengamati bahwa sayur daun yang menjadi salah satu jenis pakan tidak dimakan oleh Charlotte. Bukan tidak suka, namun biasanya mereka akan menghabiskan pakannya itu (sayur daun) saat sudah tidak ada pilihan pakan lain. Kemudian sayur daun itu pun saya lumuri dengan madu, tidak banyak namun hampir mengenai seluruh bagian. Charlotte pun segera turun dari hammock dan mulai makan dengan lahap. Saya pun menambahkan madu ke sayur daun lainnya dan kemudian Charlotte mendekati saya dan menepuk pundak saya beberapa kali.

“Terharu bahwa hal kecil yang saya lakukan dapat membawa kesenangan untuk Charlotte”, tulis Jevri lewat Whatsapp. Jevri adalah animal keeper orangutan yang telah mendedikasikan dirinya selama 9 tahun ini dan masih terus. Kepekaannya membuatnya disukai semua orangutan, tapi juga orangutan cukup patuh untuk tetap beraktivitas di sekolah hutan seperti memanjat, mencari pakan alami, bahkan membuat sarang. “Ada kalanya kita menuruti mereka, seperti hanya duduk di samping kita atau hanya ingin bermain di tanah saja.”, tambahnya ketika ditanya adakah orangutan yang tidak mau memanjat pohon saat sekolah hutan. (JEV)