KOLA KE SEKOLAH HUTAN LAGI!

Apakah kamu mengenalinya? Dia adalah Kola, orangutan repatriasi Thailand pada akhir tahun 2019 yang lalu. BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) adalah tempat rehabilitasi orangutan yang berada di Berau, Kalimantan Timur memiliki kurikulum sekolah hutan terunik yang ada. Setiap orangutan dipantau perkembangannya dan diberi tantangan lebih lagi jika berhasil melaluinya. Jika gagal, orangutan akan tetap diberi kesempatan untuk mencoba lagi.

Seperti Kola, yang awal tahun 2021 yang lalu sempat membuat para perawat satwa menginap di hutan karena dia tak kunjung turun dari pohon yang dipanjatnya. Kola terpaksa dibius keesokan harinya untuk bisa membawanya turun dari pohon. Saat itu, Kola tidak berani turun bahkan untuk mengambil makanannya.

Kola mendapatkan kembali kesempatannya berkembang, kali ini para perawat satwa dengan perseiapan terburuk harus menginap lagi di hutan dan bersiap memanjat pohon untuk menjemputnya. Persiapan dan skenario matang akhirnya hanya sekedar rencana. Saatnya kembali ke kandang usai waktu sekolah hutan, Kola pun turun.

“Lega!!! Walau tak semudah itu”, ujar Linau, kordinator perawat satwa di BORA.

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (4)

Tim APE Crusader juga mengecek lokasi video viral orangutan menyeberang jalan. Video yang sempat ramai di media sosial ini dibuat pada akhir Februari 2021 yang lalu. Menurut saksi, orangutan tersebut menyeberang jalan dari arah kawasan konsesi pertambangan milik PT. KPC menuju kebun masyarakat di balik bukit. Orangutan tersebut memporak-porandakan kebun pepaya, mangga dan pisang warga.

Konflik seperti ini memang sulit dihindari. PT. KPC sendiri memiliki kebijakan untuk meminimalisir konflik satwa liar, salah satunya dengan mengganti rugi kerusakan yang disebabkan orangutan tersebut. Namun karena kebun yang dirusak posisinya sudah di seberang jalan, PT. KPC menolak untuk mengganti ruginya. Padahal, orangutan tidak pernah tahu, kebun siapa dan masih berbatasan langsung dengan pertambangan atau tidak. Orangutan hanya mencari makan di habitatnya. Saat habitatnya menjadi pertambangan, bukankah seharusnya tanggung jawab perusahaan?

Usaha PT. KPC yang menyelamatkan orangutan karena ada orangutan yang terluka juga bukanlah solusi jangka panjang. “Tapi saya pikir KPC omong kosong juga itu. Hutannya aja dihabisinya, gimana mau orangutannya selamat”, kata warga sekitar jalan Poros Bontang, Kalimantan Timur.

Selama penelusuran, tim APE Crusader juga menemukan satwa lain. Sepasang Elang Bondol (Haliastur indus) sedang bertengger di cabang kayu yang sudah kering. Selain itu, sepasang rangkong (Rhinoplax sp) sedang bertengger di ujung ranting pepohonan tinggi dan berjarak sekitar 70 meter dari jalan aspal. Kawanan Beruk juga dengan mudah terlihat di pinggir jalan. Beruk-beruk ini tidak takut dengan aktivitas manusia. Ketika didekati, mereka tidak lari menjauh. Selain karena sifat alami beruk yang agresif, tentu saja karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sekitar.

“Kita seharusnya sadar bahwa pentingnya menjaga kelestarian habitat satwa liar. Satwa liar tidak butuh gedung tinggi, uang maupun materi. Investasi bagi mereka adalah habitat yang lestari. Mungkin mereka bisa bertahan hidup di antara lahan-lahan hutan yang semakin hari tergantikan menjadi lahan tambang, perkebunan dan pemukiman. Tapi apakah kehidupan mereka layak? Bumi diciptakan untuk kepentingan semua makhluk, bukan hanya manusia. (FEB)

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (3)

Kondisi habitat orangutan di kawasan tambang batubara ini merupakan hutan sekunder karena tidak ditemukan lagi pohon besar. Macaranga gigantea, Macaranga triloba dan beberapa jenis Macaranga spp lainnya, Puspa (Schima wallichii), Dipterocarpaceae, Fabaceae, serta banyak ditemukan tumbuhan liana dan perdu. “Bisa sih orangutan hidup di hutan sekunder seperti ini, namun paling baik ya hutan primer”, ujar Febrina Mawarti Andarini, tim APE Crusader yang merupakan ahli Biologi COP.

Sepanjang jalan poros Bengalon banyak ditemukan sarang orangutan yang sudah mengering. Temuan ini bisa dibilang wajar karena dengan luasan kawasan yang tidak terlalu besar, orangutan tidak memiliki ruang jelajah yang luas, bahkan terbatas hutan sekunder sepanjang kanan dan kiri jalan karena bagian tengahnya sudah menjadi tambang batubara.

Di antara banyak sarang yang ditemukan terdapat 3 (tiga) sarang yang masih baru dengan tipe sarang A dan B dengan posisi 1 dan 2. Sarang yang masih baru ditandai dengan batang ranting dan daun yang masih hijau segar serta belum mengering. Salah satu sarang tersebut berada di atas pohon Trembesi (Samanea saman). Keberadaan sarang baru menandakan masih adanya aktivitas orangutan di kawasan tersebut.

Centre for Orangutan Protection menghimbau pengguna jalan Poros Bengalon untuk berhati-hati ketika melintas di jalan ini. Karena Orangutan bahkan satwa liar lainnya bisa saja sewaktu-waktu menyeberang. Tim APE Crusader berencana memasang beberapa papan peringatan di beberapa titik. “Jangan beri makan orangutan karena dikawatirkan orangutan akan terbiasa. Orangutan bukan hewan peliharaan. Jangan disakiti karena orangutan bukan hama”. (FEB)