PESAN LESTARI SMP 1 KONGBENG

Giliran SMP 1 Kongbeng yang menjadi tujuan School Visit Tim APE Guardian COP (Centre for Orangutan Protection). Sebanyak 50 siswa mengikuti sesi interaktif yang mengupas banyak hal, mulai dari jenis-jenis orangutan di Indonesia, fungsi hutan sebagai habitat penting, hingga ajakan mendukung kampanye perlindungan satwa liar.

Materi disampaikan dengan cara sederhana, sehingga mudah dipahami siswa. Antusiasme mereka terlihat dari rasa penasaran yang muncul sepanjang diskusi. Saat penutup, tim mengajak siswa ke lapangan untuk bermain “orangutan, pemburu, dan penebang pohon”, yang membuat suasana semakin meriah.

Di akhir kegiatan, seorang siswi bernama Aida menyampaikan kesannya, “Dengan adanya kegiatan semacam ini, kami jadi tahu jenis-jenis orangutan di Indonesia dan bahwa mereka dilindungi oleh Undang-Undang. Ke depannya saya berharap orangutan tetap lestari dan dapat dilindungi dengan baik di alam.”. Ucapan Aida menjadi pengingat bahwa semangat menjaga alam bisa lahir dari suara sederhana seorang pelajar. (YUS)

DURASI SEKOLAH HUTAN DI SRA BERTAMBAH

Musim hujan telah tiba, intensitas hujan lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Orangutan Asto dan Asih tetap sekolah sebagai rutinitas harian agar mereka semakin terbiasa mandiri di alam liar. Harapannya mereka bisa mencari makan sendiri, membuat sarang, lebih pintar menghindari sesuatu yang membahayakan diri sendiri. Agar mereka lebih kreatif, lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Untuk mendukung secepat mungkin terjadinya tujuan-tujuan tersebut, maka durasi sekolah hutan harian diperpanjang. Sebelumnya durasi sekolah hutan hanya maksimal 4-6 jam sehari, sekarang durasi sekolah hutan dibuat 8 jam setiap harinya.

Pagi hari jam 08.00 WIB keeper membawa Asto dan Asih ke area sekolah hutan. Asto langsung berlari ke pohon terdekat untuk memanjat pohon, kemudian berkeliling di area sekolah hutan, berpindah dari pohon ke pohon untuk mencari makan. Selama sekolah hutan, Asto lebih senang berada di atas pohon. Bahkan hanya untuk menuju pintu keluar kandang, Asto akan memilih jalan melewati pohon ke pohon dibanding berjalan di atas tanah. Perilaku Asto berbaring terbalik dengan Asih yang lebih senang berjalan di atas tanah. Asih teramati sangat penasaran dan juga penuh akal kreatif. Asih sering mencoba kabur melewati pagar listrik. Asih pernah mencoba kabur melewati selokan, pernah mencoba kabur dengan merangkak di bawah kawat listrik dan bahkan pernah mencoba kabur dengan memanjat tiang-tiang pagar listrik.

Saat jam menunjukkan pukul 12.00 WIB, Asto dan Asih akan bermain di sekitar pintu keluar. Namun dikarenakan durasi sekolah hutan lebih panjang dari biasanya, keeper tidak datang untuk menjemput. Asto dan Asih terlihat kebingungan dikarenakan tidak diajak pulang padahal biasanya jam segitu sudah balik ke kandang. Asto dan Asih kembali asyik bermain bersama dikarenakan belum dipanggil untuk pulang. Keduanya pun kembali beraktivitas. Asto naik ke atas pohon untuk beristirahat siang sambil makan di atas pohon, sementara Asih kembali mencari cara untuk kabur dari area sekolah hutan yang dibatasi pagar listrik. (RID)

RUMAH BIBIT, RUMAH HARAPAN ORANGUTAN

Beberapa bulan terakhir, patroli tim APE Guardian COP di sekitar kawasan pelepasliaran orangutan menemukan pemandangan berbeda. Di jalur yang dulunya hutan lebat, kini banyak ladang warga yang ditanami sayur buah, hingga sawit. Tak heran kalau orangutan yang sedang menjelajah kadang ikut mampir. Seperti hari itu, dari seberang sungai, tim melihat satu individu orangutan asik memetik pepaya matang dan lahap memakannya, mirip anak kecil yang ketahuan jajan di kebun tetangga! Sayangnya, pemilik ladang yang curiga segera mengusirnya, membuat pertemuan singkat itu harus berakhir lebih cepat.

Melihat kenyataan tersebut, APE Guardian berdiskusi dan merancang pembangunan rumah bibit pohon buah hutan. Tujuannya adalah memastikan orangutan memiliki sumber pakan yang cukup serta menjaga kelestarian habitat di tengah ancaman pembukaan lahan, pembalakan liar, dan perburuan. Pembangunan persemaian ini dilakukan bersama UPT Pertanian Kecamatan Busang serta melibatkan masyarakat setempat dalam penyediaan bibit pohon buah hutan dan perawatannya.

Dengan semangat yang tidak pernah padam, di bawah terik matahari Desa Long Lees, Tim mulai menyiapkan kayu ulin, paranet, paku, chainsaw, parang, dan alat lainnya. Lahan seluas 32 m² dibersihkan dari gulma, kemudian ditandai dan dilubangi untuk tiang penopang paranet. Menjelang sore, awan hitam bergulung dan hujan turun. Di tengah gemercik hujan tim menyelesaikan pekerjaan terakhir, memasang plang rumah bibit.

Pada tanggal 9 September 2025, rumah bibit untuk orangutan akhirnya berdiri. APE Guardian bersama warga sekitar bergotong-royong membangunnya dan dalam waktu satu hari saja bangunan selesai. “Yeayy, sudah selesai!”. Basah oleh hujan, tim berdiri di depan bangunan sederhana bertiang ulin dan beratap paranet. Merenung bahwa rumah bibit ini bukan hanya tempat melindungi bibit pohon, tetapi juga sebuah harapan baru, menjadi pusat edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan dan satwa liar, khususnya orangutan. (LUT)