TALIYAN, ORANGUTAN TAHUN BARU

Tepat tanggal 1 Januari 2024, tim BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) dikejutkan dengan kasus orangutan dengan luka parah dan merupakan kasus luka terparah pertama yang ditangani tim medis BORA. Orangutan Taliyan merupakan orangutan liar jantan dewasa dengan berat badan 65 kg yang diselamatkan di daerah Bangalon. Luka robek pada bibir atas yang cukup serius dan luka pada cheekpad kiri (bantalan pipi) orangutan ini cukup dalam dan lebar.

Taliyan pun menjalani dua kali operasi penanganan luka. 4 Januari, dua hari setibanya di Klinik dan Kandang Karantina BORA dan pada 9 Januari. Bibir Taliyan yang telah dijahit rapi dengan harapan otot-otot bibir akan sembuh dan saling terambung satu sama lain, dilepas sempurna secara paksa olehnya setelah sadar dari keadaan terbius. Kondisi ini tidak membuat putus ada tim medis BORA. Tim akhirnya secara berkala mengobati luka dan memastikan kebersihan luka serta memastikan kondisi luka pada 19 Januari sekaligus mengambil sampel darah dan dahak untuk pemeriksaan lanjutan.

Kondisi luka membaik dengan cepat seiring pakan yang diberikan tim BORA. Luka mengering dan menutup dengan baik. Luka-luka di tubuhnya yang lain pun sembuh. Hasil pemeriksaan kesehatannya pun sudah keluar dan dinyatakan tidak mengidap penyakit serius maupun menular. Taliyan menantikan kesempatan dilepasliarkan kembali ke habitatnya. “Mengobati orangutan liar dan agresif sangat tidak mudah”, ujar drh Theresia Tineti dengan prihatin. (TER)

KAMIS MANIS APE GUARDIAN COP DI SDN 002 BUSANG

Tidak jarang cuaca cerah di pagi hari ikut menjadi semangat kita memulai hari. Tim APE Guardian yang fokus pada melindungi orangutan setelah dilepasliarkan kembali punya agenda mengunjungi anak-anak yang berada di SDN 002 Busang, Kutai Timur yang sedari kemarin bertanya-tanya tentang kunjungan kali ini. Tim menyadari edukasi adalah pintu masuk memberi pengetahuan untuk anak-anak calon penerus bangsa di desa Long lees, Kecamatan Busang, Kalimantan Timur mengenai pentingnya satwa liar yang hidup di hutan sekitar kita, salah satunya orangutan.

Randy Kurniawan, kapten APE Guardian COP menyampaikan kaliamat pembuka dan disambut semangat gembira anak-anak. Ferryandi Saepurohman, anggota Guardian lulusan Kehutanan UNMUL mengenalkan orangutan mulai dari bentuk, tempat tinggal, makanan, sarang, sampai pemutaran video animasi mengenai larangan memelihara orangutan dan satwa liar dilindungi lainnya.

Tanya dan jawab semakin menunjukkan antusiasnya anak-anak pada kedatangan kami kali ini. Jawaban yang paling realistis dari siswa kelas 1,2, dan 3 adalah ketika kami tanya mereka, ”ada yang pernah lihat orangutan?”. Ada beberapa siswa yang menjawab “pernah, di depan rumah kakak” yang dimaksud ketika ada kegiatan translokasi ataupun pelepasliaran orangutan.

Kami juga berusaha mengasah keberanian para siswa untuk berani tampil dengan memberikan hadiah kecil dan camilan untuk anak-anak tersebut. Foto bersama siswa, guru dan tim APE Guardian adalah kenangan tersendiri yang tak terlupakan. (ENG)

585 HARAPAN AKHIR TAHUN UNTUK ORANGUTAN

Dulunya sih hutan, tak ada orang yang tinggal di sana. Tapi itu dulu. Jumlah penduduk bertambah, kampung semakin besar, pendatang pun semakin banyak seiring berkembangnya kabupaten Berau, dan kabupaten lainnya di Kalimantan Timur. Habitat satwa liar khususnya orangutan semakin terdesak. Kondisi hutan sebagai tempat tinggal dan mencari makannya pun semakin sulit. Kehadiran satwa liar di kehidupan manusia semakin sering terjadi. Pengkayaan tanaman hutan menjadi solusi.

Tim APE Crusader untuk kedua kalinya dalam tahun 2023 melakukan penanaman dan melakukan tambal sulam terhadap tanaman yang tidak berhasil sebelumnya. Kali ini bibit nangka, rambutan, durian dan jambu air degan melibatkan Kelompok Tani Makmur Jaya, Kampung Sidobangen, Kecamatan Kelay melakukan penanaman di batas kampung dan kawasan berhutan. Tentu saja dengan harapan, satwa liar tak perlu masuk lebih jauh ke pemukiman maupun ladang.

“Akhir tahun ini kami menanam 500 bibit dan menanam kembali bibit yang mati sebanyak 85 titik. Ada 4 jalur tanam, di setiap jalur ada 250 tanaman, dengan jarak tanam 5 m. Kurang lebih sepanjang 1,25 km per jalur, semoga musim yang baik untuk menanam ini menambah kemampuan bibit bertahan hidup, tanpa takut kekeringan”, kata APE Crusader COP.

Centre for Orangutan Protection telah melepasliarkan kembali 10 orangutan di Hutan Lindung Sungai Lesan yang berdekatan dengan Kampung Sidobangen ini. Dari data laporan masyarakat dan penilaian singkat tim ke lapangan setiap kali ada konflik, APE Crusader mendapati orangutan yang mencari makan di kebun warga terutama pada masa paceklik buah di hutan. “Untungnya, masyarakat sangat peduli dan sangat menyadari resiko hidup berbatasan dengan satwa liar”.