CRUCIAL , ORANGUTAN IN LESAN RIVER PROTECTED FOREST

Deforestation of forested areas to open Palm Oil plantations around the Lesan Ricer Protected Forest allegedly threatened the orangutan population of the sub-species of Pongo Pygmaeus Morio. Recent surveys show that the orangutan population within the Lesan River Protected Forest continues to decline year by year.

The Lesan River Protected Forest covering 13,565 hectares is an important habitat for orangutans and various rare wildlife species and protected by laws such as sun bears, leopards and Grafts. Unfortunately, its conservation efforts are sabotaged by palm oil companies so that forested areas that should be the connecting corridor between Lesan River Protected Forest and other otangutan habitats are running out.

On July 8th and August 2nd 2017 the Center for Orangutan Protection (COP) together with the East Kalimantan BKSDAE section was forced to transplant orangutans in areas that were supposed to be corridors but had been cut off by palm oil plantation and settlement activities. Sadly, 1 (one) individual orangutan found on August 2nd 2017 suffered serious head injuries. Most likely hacked with sharp weapons such as machetes.

A Serious focused effort is absolutely necessary to maintain the remaining population. BKSDAE of East Kalimantan has released 1 (one) individual 15-year-old male orangutan ex-rehabilitation Center for Orangutan Protection on September 16th, 2017. The release was followed by monitoring and securing the area involving the local community. At least 5 (five) orangutans will again be released in the region. However, such efforts will be in vain if the palm oil companies around the area have no intention of participating in safeguarding Indonesia’s wildlife.

For Information and Interviews:

Ramadhani
Habitat Protection Program Manager
Email : ramadhani@orangutan.id
Mobile : 081349271904

GAWAT, ORANGUTAN DI HUTAN LINDUNG SUNGAI LESAN
Pembabatan kawasan berhutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit di dan sekitar Hutan Lindung Sungai Lesan diduga kuat telah mengancam populasi orangutan Kalimantan sub spesies Pongo pygmaeus morio. Survey terbaru menunjukkan bahwa populasi orangutan di dalam kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan terus menurun dari tahun ke tahun.

Hutan Lindung Sungai Lesan yang luasnya mencapai 13.565 ha merupakan habitat penting bagi orangutan dan beraneka jenis satwa liar langka dan dilindungi undang-undang seperti beruang madu, macan dahan dan rangkok. Sayangnya, upaya konservasinya disabotase oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit sehingga kawasan-kawasan berhutan yang seharusnya menjadi koridor penghubung antara Hutan Lindung Sungai Lesan dengan habitat orangutan lainnya semakin habis.

Pada tanggal 8 Juli dan 2 Agustus 2017 Centre for Orangutan Protection (COP) bersama seksi BKSDAE Kalimantan Timur terpaksa mentranslokasi orangutan di kawasan yang seharusnya menjadi koridor tetapi telah terpotong dengan aktivitas perkebunan kelapa sawit dan pemukiman. Yang menyedihkan, 1 (satu) individu orangutan yang ditemukan pada tanggal 2 Agustus 2017 mengalami luka serius pada bagian kepala. Kemungkinan besar dibacok dengan senjata tajam seperti parang.

Sebuah upaya terfokus untuk serius mutlak diperlukan untuk mempertahankan populasi yang tersisa. BKSDAE Kaltim telah melepasliarkan 1 (satu) individu orangutan jantan berusia 15 tahun eks-rehabilitasi Centre for Orangutan Protection pada tanggal 16 September 2017. Pelepasliaran tersebut diikuti dengan pemantauan dan pengamanan kawasan yang melibatkan masyarakat setempat. Setidaknya 5 (lima) orangutan lagi akan dilepasliarkan di kawasan tersebut. Namun demikian, upaya tersebut akan sia-sia jika perusahaan kelapa sawit di sekitar kawasan tidak memiliki niat untuk turut menjaga satwa liar kebanggaan Indonesia ini.

Untuk informasi dan wawancara:

Ramadhani
Manajer Program Perlingungan Habitat
email : ramadhani@orangutan.id
HP : 081349271904

MICHELLE BUTUH KELAS BARU

Memasuki bulan ke-delapan Michelle tidak mengikuti sekolah hutan lagi. Michelle tumbuh menjadi besar dan menunjukkan keliarannya. Icel panggilan akrabnya sulit untuk dikontrol dan cenderung sesukanya. Tidak mudah menyuruhnya untuk berlatih di hutan, malah sebaliknya dia mendekati animal keeper dan menyerang. Icel juga seperti memberi keburukan pada kelas sekolah hutan. Icel sering menyakiti orangutan kecil lainnya. Itulah sebabnya Icel harus menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi.

Namun… animal keeper semakin sering membuatkannya enrichment agar Icel tidak bosan selama di kandang. Bagaimana tidak, makanan harus selalu diberikan dalam bentuk penuh tantangan. Kalau tidak, Icel akan ngambek ketika animal keeper membawakan makanan ke kandang orangutan-orangutan kecil terlebih dahulu. “Kalau sudah begitu, Icel mulai menarik-narik sarung tangan siapa pun yang bisa dijangkaunya.”, ujar Jevri.

“Sangat memprihatinkan melihat orangutan-orangutan yang berada di kelas sekolah hutan tumbuh menjadi besar dan liar. Seperti Icel yang sudah bisa memanjat 35 meter, menyelesaikan panjatan pohon besarnya hingga ujung bahkan Icel lah satu-satunya orangutan di kelas sekolah hutan yang bisa melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Kami tidak bisa lagi mengajaknya ke sekolah hutan karena dia semakin sering kembali ke kandang saat sekolah hutan dan Icel menganggu orangutan-orangutan kecil lainnya. Kami berharap ada pulau lagi yang bisa kami gunakan untuk orangutan betina seperti pulau pra-rilis yang dihuni orangutan jantan.”, kata Reza Kurniawan, manajer pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo penuh harapan.

Mari bantu kami untuk mencari pulau kecil yang bisa menjadi tempat orangutan betina berlatih sebelum dilepasliarkan kembali ke hutan. Sebarkan dan bantu kami lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan

ARTI LIANA UNTUK ORANGUTAN

Bisakah kamu menemukan bayi orangutan di antara tumbuhan Liana? Inilah sekolah hutan untuk bayi orangutan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. “Kalau sudah bergelantungan di sini, mereka akan lupa waktu dan kami yang menunggu di bawah sini.”, ujar Wety Rupiana.
Liana adalah tumbuhan memanjat yang banyak ditemukan di hutan tropis. Liana adalah tumbuhan yang merambat, memanjat bahkan menggantung. Akar Liana akan tetap berada di tanah. Liana akan bersaing dengan pohon lainnya untuk mendapatkan cahaya matahari. Dan Orangutan akan semakin mudah berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain melalui batang Liana ini. “Popi suka sekali diajak ke sini.”, ujar Wety lagi.
Popi akan masih dalam perawatan COP Borneo untuk beberapa tahun ke depan. Kamu bisa mengadopsi Popi secara virtual lewat tautan http://www.orangutan.id/adopt/#4