KOKOHNYA SARANG ORANGUTAN LIAR

Informasi adanya konflik orangutan dengan perkebunan kelapa sawit pertengahan Desember 2017 yang lalu mengingatkan saya dengan sarang orangutan yang berhasil kami temukan. Sarang yang terletak di ujung pohon atau sering juga disebut sarang orangutan bertipe 3 berada di pucuk pohon dengan kelas 2 karena daun yang ada sudah mulai tidak segar bahkan berwarna coklat, namun bentuk sarang masih utuh.

Tanpa ragu, Danel memanjat pohon dan sesaat sudah berada di sarang tersebut. “Jalinan ranting-ranting pohon yang kokoh ini jadi PR (pekerjaan rumah) kami saat sekolah hutan”, ujar Danel terkagum-kagum.

Umumnya, orangutan liar yang hidup di hutan akan membuat sarang setiap harinya. Biasanya pada siang hari, orangutan akan membuat sarang yang cukup membuat istirahat siangnya nyaman. Dan akan membuat sarang yang lebih besar pada sore hari untuk tidur malamnya. Orangutan adalah satwa yang sangat tergantung pada pohon, aktivitasnya hampir sepanjang hari dihabiskan di atas pohon, karena itu orangutan disebut satwa aboreal. Dapat dibayangkan saat pohon-pohon hutan yang besar berganti menjadi pohon sawit yang tak bisa dipanjat atau dirangkai menjadi sarang.

“Masih terbayang betapa bingungnya induk orangutan dan anaknya tanpa pohon. Perayaan Natal tahun ini menjadi begitu menyedihkan.”, ujar Wety Rupiana. Bantu Centre for Orangutan Protection menyelamatkan orangutan dan habitatnya lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan

REGENERASI ALA CENTRE FOR ORANGUTAN PROTECTION

Tumbuh dan berkembangnya organisasi perlindungan orangutan asli Indonesia ini dapat dilihat dari caranya menghasilkan generasi muda yang akan melanjutkan nafas konservasi ini. Centre for Orangutan Protection menjalankan sekolah konservasi tahunannya yang disebut dengan COP School. Dua ratus dua puluh satu orang dengan dasar konservasi orangutan sudah bergabung selama tujuh tahun terakhir ini. Mereka juga dengan aktif membantu COP dengan caranya masing-masing.

“Kami bangga dengan para alumni COP School. Mereka membantu COP dengan caranya yang unik. Mulai dari membuat acara-acara amal seperti musik (Sound For Orangutan/SFO), seni (Art For Orangutan/AFO) bahkan bulan November lalu ada kelas melukis dengan berdonasi untuk orangutan, olahraga seperti Futsal For Orangutan, Rafting For Orangutan, Yoga Orangutan, membuat kelas memasak (Cooking For Orangutan) dan mengikuti pameran-pameran dengan membantu penjualan merchandise COP yang keuntungannya untuk perlindungan orangutan. Selain acara amal, mereka juga aktif di edukasi dan penyadartahuan kenapa orangutan dan COP hadir.”, jelas Ramadhani disela-sela kegiatan Jambore Orangufriends.

Jambore Orangufriends adalah acara berbagi cerita orangufriends (kelompok pendukung COP) dari seluruh Indonesia bahkan dunia. Mereka semua berkumpul untuk saling berbagi pengalaman dan ide untuk perlindungan orangutan Indonesia. “Bahkan mereka merencanakan kegiatan di Jambore Orangufriends dan dilanjutkan dengan komunikasi lewat grup whatsapp, line maupun facebook untuk melanjutkan ide-ide tersebut. Dan pada harinya, mereka akan saling datang untuk mendukung kegiatan orangufriends lainnya.”, ujar Dhani, panggilan akrab kepala sekolah COP School Batch 7.

Keunikan kegiatan ini tak lepas dari keahlian para orangufriends. “Jadi dulunya ada pemateri dari With Compassion and Soul, suatu organisasi dari Australia yang berbagi pengalaman bagaimana mengumpulkan dana untuk kegiatan perlindungan orangutan. Yang paling utama adalah, gali kesukaan dan kemampuan diri, lalu hasilkan atau buatlah kegiatan dari kesukaan kita tersebut. Maka lahirlah berbagai acara amal untuk mendukung COP.”, kata Hery Susanto, kapten APE Warrior yang bertugas menggali dukungan publiknya COP.

Kalau kamu? #proudoforangufriends

SAAT ORANGUTAN MENJADI GELANDANGAN

Sehari dari informasi masuk dan menyerangnya orangutan ke ladang masyarakat di daerah Merapun, Kalimantan Timur mengantarkan tim APE Defender dan tim OWT mengecek keberadaan orangutan di lokasi tersebut. Menurut pak Nardi, ada induk dan anaknya orangutan yang terlihat di ladangnya pada Kamis sore 14 Desember.

Ada 2 pohon pisang besar yang telah dirusak orangutan dan banyak pohon sawit muda tercabut bekas dimakan orangutan. Di sekitar lokasi juga ditemukan beberapa bekas sarang dan ada satu sarang yang baru ditempati tidak lebih dari tiga hari yang lalu. “Namun induk dan anaknya sudah tidak kami temukan lagi. Kemungkinan mereka sudah bergeser ke tempat lain untuk mencari makanan.”, ujar Wety Rupiana.

Hilangnya hutan sebagai habitat orangutan yang berganti menjadi perkebunan kelapa sawit telah membuat orangutan menjadi gelandangan di rumahnya. Tak ada pohon sebagai tempat tidurnya, tak ada biji-bijian tanaman hutan lagi yang bisa disebarkannya untuk regenerasi hutan. Semua berganti menjadi tanaman sejenis yaitu kelapa sawit. Suhu udara pun menjadi ekstrim diiringi menghilangnya aliran sungai. Bencana pun di depan mata. Lagi-lagi, orangutan menjadi korban alih fungsi hutan.