BREAKING NEWS: FREATIC ERUPTION Mt. MERAPI YOGYAKARTA

Terlihat letusan gunung Merapi, Yogyakarta dari camp APE Warrior pada Jumat pagi. Gempa yang terjadi juga dirasakan dan membuat tim APE Warrior langsung bersiap. Tim APE Warrior adalah tim yang lahir saat gunung Merapi meletus pada tahun 2010 yang lalu. Hingga saat ini, setiap ada bencana alam, tim APE Warrior bersama Orangufriends (kelompok pendukung COP) membantu penanggulangan bencana untuk satwa yang terdampak.

Informasi terkait Letusan Freatik Gunung Merapi, masyarakat dihimbau untuk tetap tenang. Jauhi radius 3 km dari puncak gunung Merapi.
Silahkan menghubungi Call Center PUSDALOPS BPBD Kabupaten Magelang di:
Telp dan Fax : (0293) 789999
Hotline/WA : +62293789999
Website :
Facebook : BPBD KabMagelang
Twitter : @BPBDMagelang
Instagram : @bpbdkabmagelang
Frekwensi Radio : RX =169.575 MHz
TX = 164.575 MHz ( dupleks -5000 )
Tone = 88,5
Email : pusdalopsbpbdmagelangkab@gmail.com
Sistem Informasi :

CAMP MONITOR ORANGUTAN WITH SOLAR POWER

The destruction of generator sets at monitoring stations or monitoring camps of the orangutan island of Borneo COP became the night conditions on the island of pitch darkness. The team had to go back and forth to the village to fill the flashlight batteries and other communication devices by riding in people’s houses in turn. Of course this slows down the work.

The presence of two Samarinda residents who happened to live in the village of Merasa, East Kalimantan managed to repair the solar panels to turn on electricity. “Thank you bang Simangunsong and bang Siregar! Now the monitor power monitor has been on for 24 hours. Of course this is increasingly support our activities.”, Inoy said happy because no need to pace back to the village again.

We also still need some solar panels for camp at COP Borneo orangutan rehabilitation center, Berau, East Kalimantan. The required electricity in the COP of Borneo is greater because to turn the water machine to clean the orangutan cages. Yuk help orangutans with the procurement of solar panels through https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (LSX)

CAMP PANTAU ORANGUTAN TERANG DENGAN TENAGA SURYA
Rusaknya mesin genset di pos pantau atau camp monitoring pulau orangutan COP Borneo menjadi kondisi malam hari di pulau gelap gulita. Tim terpaksa bolak balik ke kampung untuk mengisi baterai senter maupun alat komunikasi lainnya dengan menumpang di rumah-rumah warga secara bergantian. Tentu saja ini memperlambat pekerjaan.

Kehadiran dua orang warga Samarinda yang kebetulan tinggal di kampung Merasa, Kalimantan Timur berhasil memperbaiki surya panel untuk menghidupkan listrik. “Terimakasih bang Simangunsong dan bang Siregar! Sekarang listrik camp pantau sudah menyala 24 jam. Tentu saja ini semakin menunjang aktivitas kami.”, ujar Inoy senang karena tak harus mondar-mandir ke kampung lagi.

Kami juga masih memerlukan beberapa panel surya untuk camp di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur. Listrik yang diperlukan di COP Borneo lebih besar karena untuk menghidupkan mesin air untuk membersihkan kandang-kandang orangutan. Yuk bantu orangutan dengan pengadaan panel surya lewat https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (NOY)

SPUTUM SAMPLING OF  PRE-RELEASE ORANGUTAN

Finally, the taking of sample of pre-release orangutan sputum is running. This step aims to examine Tuberculosis in orangutan. Sputum sampling was done to four orangutans who will be released in the near future. They are orangutan Leci, Novi, Unyil, and Untung. The process of sampling was done in 2,5 hours. The plan is, tomorrow, samples will be delivered directly by medical team  to the Microbiology lab of Universitas Indonesia, which is a recommended by the Ministry of Health to examine Tuberculosis with high standards.

Sputum samples are only last for 24 hours and with the temperature of 6-8 degrees celcius. “That’s why, we will fly directly to deliver this samples. The document that is involved  will be completely taken as well.” said drh. Ryan Winardi.

COP Borneo is an orangutan rehabilitation center founded by Centre for Orangutan Protection. In its 3rd year, there’s 4 orangutans that are  located in sanctuary island of orangutan will be released soon to their habitat. The four orangutans have different background. Leci was own by locals, she was still wild since found. Novi is an orangutan who was illegally own by Kongbeng villager whose neck was always chained and was living under the house befriended by a dog. While Unyil was an orangutan living in a toilet. And Untung is an orangutan with imperfect fingernails. “The result of sputum examination will determine either they are going to be released to their habitat or not, hopefully the results are negative.”, said drh. Felisitas Flora with full of hope. (SAR)

PENGAMBILAN SPUTUM ORANGUTAN PRA-RILIS
Akhirnya pengambilan sampel dahak/sputum orangutan pra-pelepasliaran berjalan. Tahapan ini adalah untuk pemeriksaan Tuberculosis pada orangutan. Pengambilan sampel dahak ini dilakukan pada 4 orangutan yang akan dilepasliarkan kembali dalam waktu dekat ini. Mereka adalah orangutan Leci, Novi, Unyil dan Untung. Proses pengambilan berlangsung selama 2,5 jam. Rencananya, keesokan hari, sample akan dibawa langsung tim medis ke laboratorium Mikrobiologi UI, yang merupakan laboratorium rekomendasi Kementrian Kesehatan untuk pemeriksaan Tubercolosis dengan standar tinggi.

Sampel dahak hanya bertahan selama 24 jam dan dengan suhu 4-8 derajat celsius. “Itu sebabnya, kami akan terbang langsung membawa sampel dahak ini. Dokumen yang akan menyertainya juga dengan lengkap akan dibawa.”, ujar drh. Rian Winardi.

COP Borneo adalah pusat rehabilitasi orangutan yang dibangun oleh Centre for Orangutan Protection. Di tahun ke-3 nya, ada 4 orangutan yang berada di pulau orangutan akan segera dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Keempat orangutan tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Leci yang dipelihara warga, sejak ditemukan memang masih liar. Novi adalah orangutan yang dipelihara secara ilegal oleh warga Kongbeng dengan leher yang selalu dirantai dan tinggal di bawah kolong rumah berteman seekor anjing. Sementara Unyil adalah orangutan yang hidup di dalam toilet. Dan Untung adalah orangutan yang jari-jarinya tak sempurna. “Hasil pemeriksaan sputum ini akan menentukan mereka akan dilepasliarkan ke habitatnya, semoga hasilnya negatif.”, ujar drh. Felisitas Flora dengan penuh harapan. (RYN)