TIGA ORANGUTAN KEMBALI KE RUMAH BARUNYA DI BUSANG

Rabu, 24 Mei 2023 menjadi hari kembalinya orangutan Jasmine, Syair, dan orangutan eks-rehabilitasi Memo ke Hutan Lindung Batu Mesangat kecamatan Busang, Kalimantan Timur. Orangutan tiba di Desa Longlees pada petang hari, Selasa (23/5) bersama tim APE Crusader, APE Defender, KPH Kelinjau, dan BKSDA Kaltim. Kondisi orangutan dan tim sehat wal’afiat setelah menempuh perjalanan panjang selama sepuluh jam dari klinik dan karantina BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance). Besok pagi tim akan melanjutkan jalur air, malam ini waktunya tidur.

“Tiga jam perjalanan naik ketinting ke Pos Pantau Busang Hagar terasa mengharukan bagi saya pribadi. Ini adalah kali pertama saya terlibat dalam proses pelepasliaran orangutan, ada rasa bangga, lelah, dan khawatir dengan orangutan yang akan dilepaskan”, cerita Amin Indra Wahyuni, anggota tim APE Guardian COP. Jalur darat selanjutnya menuju titik pelepasliaran cukup licin dan berlumpur karena hujan, tim pemikul kandang berulang kali berganti posisi dan personil. Tanpa membawa beban saja jalan terseok-seok apalagi membawa kandang berisi orangutan.

Satu jam lebih perjalanan penuh keringat hingga sampai Hutan Lindung. Tepat di depan akar liana, posisi pintu kandang diletakkan untuk mempermudah orangutan langsung memanjat saat pintu kandang angkut dibuka. Benar saja, orangutan Jasmin dan Syair pun langsung memegang liana dan memakan buah-buahan yang sengaja diletakkan di situ. Sementara orangutan bernama Memo yang dilepaskan tak jauh dari  induk dan anak tersebut, tanpa ba-bi-bu langsung naik ke atas pohon. Rilis selesai, selanjutnya tim APE Guardian melanjutkan Post Release Monitoring (PRM) orangutan.

PRM dilakukan selama tiga bulan ke depan dan akan dipantau terus kondisi orangutan yang meliputi kesehatan, kemampuan mencari makan, dan lokasi pergerakannya. Orangutan Jasmine dan Syair terlihat lebih dahulu dapat beradaptasi dibandingkan Memo, karena Jasmine dan Syair memang orangutan liar yang dipindahkan (tanslokasi). Perlu waktu yang tidak singkat untuk dapat mengantarkan orangutan kembali ke hutan. Usaha luar biasa dilakukan dan banyak pengorbanan mulai dari tenaga, biaya, waktu dan lain-lain. Semoga Jamine, Syair, dan Memo utamanya dapat lekas beradaptasi, tumbuh, dan berkembang di rumah yang seharusnya. (MIN)

PERJUMPAAN TAK TERENCANA DENGAN ORANGUTAN NIGEL

Memasuki waktu 3 jam perjalanan air menuju kawasan pelepasliaran orangutan di Busang, Kalimantan Timur, Tim Centre for Orangutan (COP) dikejutkan gerakan besar di atas pohon yang menjorok ke sungai. Tak lama kemudian terlihat orangutan jantan dengen wajah yang sangat mudah dikenali. Dia adalah Nigel.

Tim APE Guardian COP mengenalinya dengan keberadaannya yang sudah seminggu ini di daerah tersebut. “Perjumpaan ini adalah pengulangan di bulan Maret 2023 yang lalu. Nigel terlihat sedang makan buah ficus spp. Tubuhnya terlihat lebih proporsional. Laporan konflik dengan manusia pun tidak sesering ketika dia baru saja dilepasliarkan pada bulan Juni 2022 yang lalu”, jelas Galih Norma Ramadhan, kapten APE Guardian COP yang bertanggung jawab penuh pada konflik orangutan eks-rehabilitasi COP yang telah hadir dan membaur di Long less selama dua tahun terakhir ini.

Seperti yang diceritakan sebelumnya, orangutan Nigel sempat memporak-porandakan pondok orang yang mencari emas. “Untungnya tidak ada korban. Lama tak pernah bertemu langsung dengan Nigel baru kali ini berkesempatan berjumpa. Senang sekali dan takjub”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection dalam perjalanannya melepasliarkan orangutan ke-8 dalam kurun waktu dua tahun ini di Hutan Lindung Batu Mesangat, Kaltim. “Terimakasih Nigel, kamu baik-baik saja”, gumamnya lagi.

MEMO DIBIUS SESUAI RENCANA

Seperti biasanya, Memo sedang berada di pohon yang selalu dia naiki. Tim APE Defender COP kembali menggunakan kaos bukan warna oranye untuk mengelabuinya. Tapi seolah-olah orangutan di pulau mengetahui kondisi bahwa akan ada yang ditembak bius dan meninggalkan pulau untuk selamanya.

Orangutan yang pernah berstatus ‘unrelease’ ini akhirnya menyelesaikan ujian akhirnya di pulau. Memo adalah satu-satunya orangutan yang paling menjaga jarak dengan manusia bahkan dengan orangutan yang lainnya. Statusnya yang pernah menderita hepatitis ini membuat tim selalu berhati-hati dan meminimalisir kontak dengannya. Hasilnya, luar biasa, Memo tak suka kehadiran manusia di dekatnya.

Selama di pulau, biologist Indah mencatat kemajuan berarti dari Memo. Dia tercatat membuat sarang walau tidak terlalu besar namun bisa membuatnya beristirahat di pohon. Memo yang tidak pernah ikut sekolah hutan ini pun tercatat mampu memanjat, menjelajah dan menjaga jarak dengan kedua orangutan lainnya yang berada di satu pulau dengannya yaitu Kola dan Michelle. Memo berhasil bertahan hidup dengan memakan pucuk daun, kambium batang pohon, dan memakan buah-buahan hutan seperti ficus sp yang terdapat di dalam pulau. Selama 3 bulan ini juga berhasil bertahan hidup dari terjangan banjir sungai Kelay yang menenggelamkan daratan pulau dan konsisten di atas pohon. 

Minggu 21 Mei, tibalah waktunya tim membawanya. Pembiusan berjalan dengan cepat dan seperti perkiraan, Memo mencoba bertahan di atas pohon. Tim mempersiapkan jaring dan menyambutnya seiring sedasi yang mulai bereaksi pada tubuhnya. Kesadaran mulai berkurang dan Memo pun jatuh ke jaring. Dengan cepat, tim medis mengukur, mengecek kondisi fisik dan memastikan tanda pengenalnya yang terletak di sekitar pundaknya. Kali ini, mengupayakan penimbangan berat badannya, “46 kg jika dikurangi jaring, sekitar 39 kg beratnya. Agak turun”.

Selanjutnya Memo akan menunggu dua orangutan lainnya yang ikut dilepasliarkan di Hutan Lindung Batu Mesangat, kecamatan Busang, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Keduanya alah induk dan anak yang kondisinya mulai membaik dari mal nutrisi. Jasmin dan Syair begitulah keduanya dinamai. Semoga perjalanan keesokan harinya berjalan dengan lancar.