BARU, APLIKASI PELAPORAN KEJAHATAN SATWA LIAR

Kejahatan satwa liar adalah permasalahan serius di Indonesia. Jual beli satwa telah merambah dunia jual beli online dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Pedagang semakin canggih dan sulit dibendung dalam melancarkan kejahatan ini. Bareskrim Mabes Polri sebagai institusi penegak hukum di Indonesia melihat kejahatan satwa liar adalah hal yang mengkhawatirkan.

Selama tiga tahun terakhir, Centre for Orangutan Protection membantu Bareskrim Mabes Polri melakukan serangkaian operasi perdagangan satwa liar yang dilindungi di beberapa kota di Indonesia. Barang bukti yang berhasil diselamatkan adalah 95 individu satwa liar hidup terdiri dari 30 jenis jenis satwa termasuk orangutan, beruang madu, kakatua, siamang, elang, kus kus, kukang dan lainnya. Dari beberapa kasus yang ditangani setidaknya 10 pedagang menjalani hukuman penjara atas perbuatannya ini.

Di bulan November 2017 ini, Bareskrim Mabes Polri resmi merilis aplikasi pelaporan kejahatan satwa liar dilindungi guna menekan kejahatan ini terus berkembang. “Ini adalah langkah cepat menghadapi perdagangan satwa liar dilindungi. Kamu melihat, mendengar dengan disertai bukti segera laporkan.”, ujar Hery Susanto, koordinator Anti Wildlife Crime COP.

Kepedulian masyarakat memutus rantai perdagangan satwa liar di Indonesia sangat menentukan kelesatarian satwa liar Indonesia. “Mari dukung Bareskrim Mabes Polri dengan menjadi pelapor yang bijak untuk menegakkan hukum pada satwa liar di Indonesia.”, ajak Daniek Hendarto, manajer aksi COP. Aplikasi dapat diunduh melalui tautan https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kodena.bareskrim.e_pelaporansatwadilindungi (NIK)

KEMANDIRIAN UNYIL DI PULAU ORANGUTAN

Kedekatannya dengan manusia dari kecil membuat orangutan Unyil menjadi sangat jinak. Saat itu usianya masih 3 tahun. Unyil hidup di kandang berukuran 50x50x50 cm di dalam kamar mandi. Itu sebabnya, Unyil tak takut air. April 2015, Unyil mendapatkan kesempatan keduanya untuk hidup kembali ke alam, dia masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Tidak bisa manjat, tidak bisa makan buah yang bertekstur keras, memakan pisang dengan kulitnya, hanya bisa menangis dan kebingunggan saat animal keeper menjauhinya, begitulah Unyil yang kami kenal pertama kali. “Unyil terbiasa makan nasi dan minum teh selayaknya manusia.”, kenang Wety Rupiana, babysitter COP Borneo.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan… Unyil menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Tepat di bulan kesebelas Unyil mengikuti sekolah hutan di COP Borneo, Unyil naik ke kelas pulau orangutan. Pulau yang hanya dihuni orangutan-orangutan yang setahap lagi akan dilepasliarkan kembali ke alam. Pulau pra-rilis orangutan COP Borneo yang berada di tengah aliran sungai Kelay, Berau Kalimantan Timur.

Di pulau pra-rilis inilah, Unyil menjadi dekat dengan orangutan Nigel. Nigel lah yang selalu melindungi Unyil dari gangguan orangutan lainnya. Namun, semenjak Nigel ditarik dari pulau untuk menjalani masa karantina untuk dirilis ke alam, Unyil menjadi semakin mandiri dan terpaksa membela dirinya sendiri. “Perkembangan Unyil sangat bagus, sekarang dia lebih sering terlihat di pohon. Dia bahkan sulit sekali dijumpai saat kami patroli di siang hari. Dia memilih bersembunyi dan menghindari gangguan orangutan lainnya.”, ujar Idam, teknisi pulau orangutan.

“Kami sempat kawatir, saat waktunya kami ‘feeding’, Unyil tak kunjung muncul. Tapi sekarang tidak lagi, setelah berhasil mengintipnya dari binokular pos pantau dan pengamatan fisiknya yang tidak ada perubahan mencolok. Bahkan kami memergokki Unyil sedang memakan kambium dan beberapa kali terlihat memakan buah ara yang terdapat di pulau pra-rilis orangutan.”, cerita Idam lagi.

Di pulau, Unyil belajar lebih banyak lagi. Mulai dari mencari makan di alam dan juga bertahan hidup. Semoga kelak, ketika dia sudah siap untuk dilepasliarkan kembali, masih ada hutan yang tersisa untuk rumah tempat tinggalnya. (WET)

JAMBORE ORANGUFRIENDS 2017 DI OMAH PARI

Ini adalah sebuah tradisi. Para relawan COP yang tergabung dalam Orangufriends akan bertemu, berkumpul, berdiskusi di Jambore Orangufriends. Sebuah reuni para relawan yang pernah saling mengenal bahkan berkenalan dengan relawan yang baru kenal. Pertemuan ini juga mengumpulkan kembali lintas angkatan COP School. Untuk COP School angkatan terakhir seperti COP School Batch 7, pada saat Jambore akan dilakukan wisuda ala COP.

Jambore Orangufriends 2017 akan diisi para orangufriends yang berkegiatan di daerahnya masing-masing. Kegiatan kolektif dengan orangufriends lainnya atau kegiatan individu seperti bergabung menjadi relawan di COP Borneo maupun disaster relief gunung Agung. Bercerita… berbagi… dan merencanakan kembali.

Ini adalah acara untuk saling menguatkan sebagai agen perubahan satwa liar Indonesia yang masih sangat langka. Sabtu, 9 Desember 2017, pukul 10.00 WIB bertempat di Omah Pari, Jl. Gito-Gati, Sleman, Yogyakarta atau berjarak sekitar 300 meter di utara camp APE Warrior Yogyakarta. Acara akan berakhir keesokan harinya pada hari Minggu, 10 Desember 2017 pukul 15.00 WIB.

Cukup dengan kontribusi Rp 100.000,00 dengan fasilitas menginap, makan, camilan, permainan dan tanda kelulusan khusus siswa COP School Batch 7, akan membuat energi mu kembali penuh. Suasana santai di lingkungan persawahan Omah Pari yang dikelola alumni COP School tentu akan sangat berbeda dengan Jambore sebelumnya. Jadi kalau kamu mau ikut lagi, silahkan! Mari berbagi tawa, senang dan haru di Jambore Orangufriends 2017. Daftar ke Ramadhani dengan mengirim sms/wa 081349271904 dengan cara ketik JO17_Nama lengkap_Nama kota sebelum tanggal 5 Desember 2017. Sampai ketemu di Yogyakarta… (DAN)