AWAL TAHUN 2025 PENUH HARAPAN UNTUK ORANGUTAN

Pagi itu, suasana Pusat Rehabilitasi BORA begitu berbeda. Ada semacam kegembiraan bercampur haru karena tiga orangutan yang telah menjalani rehabilitasi sekitar 8 tahunan akan segera lulus dari BORA. Bonti, Mary, dan Jojo, ketiganya siap untuk dilepasliarkan. Para keeper dan biologis yang turut mengamati perkembangan mereka dari kejauhan, juga turut senang dengan perkembangan mereka dalam mengasah hal-hal penting dalam bertahan hidup di alam bebas nantinya. Mulai dari mencari pakan alami, pemilihan cabang pohon untuk menjelajah, kemampuan bertahan hidup dengan minimnya campur tangan manusia di pulau pra-pelepasliaran orangutan hingga pembuatan sarang untuk beristirahat menjadi bukti kesiapan ketiganya untuk dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, Busang, Kutai Timur.

Namun ada satu kisah lain yang membuat pelepasliaran kali ini semakin istimewa. Paluy, orangutan jantan yang berhasil diselamatkan di sekitar pertambangan juga ikut dalam perjalanan ini. Paluy ditemukan dalam kondisi yang menyedihkan, tubuhnya kurus dengan salah satu matanya mengalami kebutaan. Tim medis Centre for Orangutan Protection (COP) bekerja keras memulihkan kondisinya, Paluy yang pernah kehilangan harapan akhirnya siap kembali ke rumahnya di alam.

Perjalanan menuju hutan pelepasliaran tidak mudah. Medan yang menantang, jarak yang jauh, serta perhatian penuh untuk memastikan kenyamanan para orangutan menjadi perioritas utama. Hingga tiba di titik pelepasliaran, semua kelelahan ini pun sirna. Jojo dengan perlahan memanjat pohon, Bonti yang sempat marah di dalam kandang dengan memukul-mukul kandangnya pun dengan gesit langsung menuju liana yang diincarnya, sementara Mary berjalan sesaat di tanah untuk menentukan pohon pertama yang akan dipanjatnya tanpa ragu. Ketika pintu kandang angkut Paluy dibuka, dia masih butuh dua menit kemudian untuk menyadari kebebasannya dan memanjat di ketinggian 15 meter untuk mengamati dan terus bergerak menghilang.

Uniknya, tidak lama setelah mereka menjelajahi rumah barunya, Jojo dan Mary ternyata saling menemukan jalan untuk bertemu satu sama lain. “Mary, kamu lihat itu? Kita sudah bebas menjelajah pepohonan luas ini”, bisik Jojo sambil bergelantungan di cabang pohon. Mary menoleh dan tersenyum penuh percaya diri,”Tentu saja, Jojo! Aku bahkan sudah mencoba memanjat pohon-pohon besar di sana”, jawab Mary dengan mata berbinar. Tim APE Guardian yang melakukan Post Release Monitoring (PRM) tersenyum melihat interaksi keduanya. Jojo dengan rambut indah berponi tampak menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Mary. Mary, sang pemberani berdiri tegak dengan tatapan mata penuh percaya diri. Sementara itu, Bonti yang selalu penasaran mencoba meraih sesuatu di dekatnya dengan gerakan cepat, seperti anak kecil yang tak sabar bermain. Hari itu, keempatnya membawa harapan baru bagi kelestarian alam. (DIM)

ARTO INGIN KAMU IKUT BERMAIN

Whoosh whooshhh bruk! Tubuh Arto menyergap babysitter dari ketinggian. Belum selesai mengaduh, ia sudah kembali memanjat dan berayun untuk menjatuhkan kembali tubuhnya pada babysitter. Arto sedang sangat suka bermain-main.

Katanya, setiap anak yang berusia 2-3 tahun, terkenal dengan kenakalan dan keaktifannya dalam eksplorasi bermain. Orang-orang menyebutnya terrible two. Sepertinya, inilah fase yang sedang dialami Arto. Anak orangutan lincah yang tidak kenal takut ini punya segudang gebrakan perilaku yang membuat babysitter nya kewalahan.

Gerakannya yang cepat dan pasti membuat teman mainnya yaitu Harapi, terintimidasi. Arto berlari dan memanjat pohon dengan tergesa-gesa. Otaknya ingin berlari, namun tangan dan kakinya tertatih-tatih. Ia akan memanjat untuk menguji dahan pohon dan berayun kesana-kemari sambil menentukan target penjatuhan diri. Setelah terkunci, ini saatnya untuk suara ‘bruk!’ ‘bruk!’ yang diulang lagi.

“Arto nampak asik bermain sendiri, tapi tiba-tiba dalam waktu cepat sudah menghantam dan kabur lagi. Babysitter Janet menjadi salah satu targetnya”, ujar Nurazizah yang juga menjadi babysitter di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance). Lain halnya pada babysitter Rara yang menggunakan hijab, Arto kerap menarik dan ikut masuk menutupi kepalanya. Beberapa kali babysitter menegur anak aktif satu ini, namun tingkah usil Arto tidak pernah ada habisnya. (RAR)

TIGA ORANGUTAN LIAR PINDAH RUMAH YANG LEBIH AMAN

Rico, orangutan jantan dewasa dengan cheekpad yang tegas bersama induk dan anak orangutan bernama Siti dan Fajri sedang dalam perjalanan Bengalon ke Busang, Kalimantan Timur. Ketiganya akan ditranslokasi ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Tim APE Guardian langsung mempersiapkan kebutuhan pelepasliaran ketiganya. Perahu, logistik, dan koordinasi pun segera dilakukan, beruntung sekali komunikasi dengan camp yang ada di hulu menjadi lancar sejak adanya layanan internet satelit.

Wibawa Rico sebagai jantan dewasa terpancar dari cheekpad lebar dan tubuh kokoh berotot yang langsung terasa ketika tim mengangkat kandangnya. Kandang angkut menjadi lebih berat dari biasanya, usaha ekstra untuk membawanya ke titik pelepasliaran menjadi tantangan tersendiri untuk tim. Prihatin luar biasa dengan kondisi nya yang harus tergusur dari rumahnya. Di didi lain, orangutan Siti menunjukkan sisi keibuannya yang penuh perlindungan. Sejak awal pemindahan, ia tampak gelisah, mengawasi setiap gerakan manusia di sekitarnya dengan penuh kewaspadaan. Begitu terasa terancam, Siti mulai menggoyang-goyangkan kandang dengan keras, berusaha mengusir siapa pun yang mendekat. Lebih khawatir saat berada di perahu. Pemindahan ini memang penuh risiko, dan tim melakukan nya dengan sangat hati-hati.

Setelah tiga jam menyusuri sungai, tim tiba di titik pelepasliaran. Hutan lebat dengan pepohonan menjulang diharapkan cukup nyaman untuk ketiganya tinggal. Rico tidak membuang waktu lagi ketika kandangnya terbuka, dia dengan gesit, melesat keluar dan langsung memanjat pohon tertinggi, memamerkan ketangkasan dan kekuatannya. Dari atas dia mengamati sekeliling, memastikan bahwa tempat ini aman sebelum benar-benar beradaptasi.

Sementara Siti lebih berhati-hati. Ia terlebih dahulu mengendus udara, memastikan tidak ada ancaman, sebelum akhirnya membawa Fajri naik ke pohon besar di dekatnya. Dengan gerakan sigap, ia memilih cabang yang kuat untuk beristirahat, seakan memberi pesan bahwa di sinilah ia akan membesarkan anaknya dengan aman. Dalam hitungan menit ketiganya sudah menghilang di balik rimbanya dedaunan, kembali menjadi bagian dari alam. Hari itu, ketiganya mendapatkan kembali kebebasannya, membawa harapan baru bagi kelangsungan hidup orangutan liar di masa depan. (DIM)