PEMBANGUNAN PUSAT PENYELAMATAN SATWA SUMATERA TELAH 87% SELESAI

Apa kata cuaca. Hujan semalaman membuat sungai kembali meluap. Dengan berat hati para pekerja bangunan SRA (Sumatra Rescue Alliance) dihentikan, material bangunan sudah habis dan tertahan di seberang sungai. Untungnya, pemasangan lantai keramik bagunan klinik sudah selesai terpasang dan filter limbah klinik sudah rampung.

Sementara filter limbah kandang satwa sudah sampai pada tahap kolam terakhir. “Sedikit terhambat, tidak menyangka ada air yang terus menerus keluar dari lubang tersebut.”, ujar Nanda Rizki.

Lokasi Sumatra Rescue Alliance merupakan lahan bekas perkebunan kelapa sawit perorangan. Usia pohon yang sudah tua dan saatnya diremajakan berpindah tangan ke Orangutan Information Center. Di sinilah pusat penyelamatan satwa endemik pulau Sumatera dibangun sejak pertengahan Agustus 2020. “Pembangunan sudah memasuki 87%, pembuatan meja laboratorium dan pengelasan kandang karantina di klinik yang tertunda akan segera diselesaikan besok. Sayang, pembangunan sedikit mundur karena bahan bangunan tertahan di seberang sungai. Curah hujan tinggi juga membuat jembatan putus sehingga bahan bangunan harus bongkar muatan di tengah perjalanan dan melintasi jembatan putus dengan material dipanggul satu persatu. Jika alam meminta kita melambat, apa yang bisa kita lakukan?”, tambah Nanda lagi. (SON)

KESIAPAN PENAMPUNGAN PENGUNGSI TERNAK GUNUNG MERAPI

Kesiapan tempat penampungan hewan ternak yang terdampak peningkatan erupsi Gunung Merapi terus diperhatikan. Hari ini, tim APE Warrior dibantu Orangufriends (relawannya) menelusuri shelter pengungsian sapi selain di Singlar, Glagaharjo, Cangkringan, Yogyakarta. Air adalah kebutuhan utama di setiap shelter (penampungan). Selain minum ternak tentunya untuk membersihkan kandang. Kebersihan berkaitan erat dengan kesehatan. Di masa pandemi ini menjadi titik berat yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Segala cara dilakukan termasuk mengirim tangki air.

Usai memastikan tangki air datang dan mengisi tempat penampungan air, tim naik ke dusun Kali Tengah Lor. Ini adalah dusun yang paling dekat dengan Merapi. “Masih banyak sapi yang tidak mau diungsikan oleh pemilik. Hitung cepat dengan hewan peliharaan lainnya seperti anjing dan kucing pun dilakukan Angel (orangufriends). Untuk dusun ini, anjing terlihat lebih banyak.”, ujar Hary Susanto, kapten Tim APE Warrior COP.

Warga Kali Tengah Lor belum semuanya mengungsi, masih kaum rentan saja yang mengungsi. Kemudian kami pun melanjutkan ke Kinahrejo dan bunker Kaliadem untuk mengecek informasi banyak satwa liar yang turun dari G. Merapi, namun kami juga tidak melihat tanda-tanda tersebut. Selanjutnya tim ke Tlogo Putri di Kaliurang, wisata masih buka untuk umum walaupun sepi pengunjung. Warung masih banyak yang buka. Sekelompok monyet ekor panjang masih beraktivitas seperti biasanya.

Centre for Orangutan Protection memanggil para relawan untuk bersiap membantu. Tim APE Warrior yang telah 10 (sepuluh) tahun membantu satwa terdampak bencana berharap ‘kita lebih siap’. Bencana datang sewaktu-waktu. Siapa pun kamu dimohon untuk berperan aktif. Bantu kami lewat kitabisa.com Kami membutuhkan masker, sarung tangan medis, disinfektan, satu tangki air, pakan ternak, makanan anjing dan kucing. Hubungi kami di info@orangutanprotection.com atau kirim pesan lewan sosial media COP. (HER)

GUNUNG MERAPI MEMANGGIL ORANGUFRIENDS

Pagi ini APE Warrior menerima pesan singkat, “Aku pak Widya, rencananya hari ini evakuasi satwa ternak. Ada 95, semua bergabung di kelompok ternak.”. Pesan segera berlanjut ke Orangufriends (kelompok relawan COP) Yogyakarta. “Semua siap? Siapa saja?”.

Peningkatan aktivitas vulkanik G. Merapi menjadi dasar bagi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada (level II) ke Siaga (level III) pada 5 November 2020.

Tim APE Warrior menuju shelter ternak di dusun Gading, Yogyakarta. Penanganan sebelum bencana erupsi Gunung Merapi diawali dengan kordinasi dengan tim Puskewan Cangkringan, PDHI, ISPI (Ikatan Sajana Peternakan Indonesia). Para relawan orangutan pun langsung membersihkan shelter yang berada di kelurahan Glagaharjo, kecamatan Cangkringan.

Ada 49 sapi yang telah mengungsi, semuanya dari Kalitengah Lor. Sementara kapasitas shelter Kandang Singlar bisa menampung 150 ekor. “Centre for Orangutan Protection memang konsentrasi untuk mengungsikan ternak warga, bercermin pada tahun 2006, para pengungsi tetap bolak-balik ke rumahnya untuk memberi pakan ternak. Ini sangat membahayakan keselamatan mereka. Tapi jika ternak tidak diberi makan, ternak akan mati. Matinya ternak adalah lonceng kematian ekonomi para peternak. Usai bencana, apa yang bisa mereka lakukan? Itu sebabnya, kami memikirkan ternak pada zona merah. Menolong satwa sama saja menolong kehidupan manusia.”, jelas Daniek Hendarto, direktur COP.

Para peternak dengan usia rentan, ibu hamil dan anak-anak sudah memasuki tempat pengungsian. Hingga saat ini, ada 49 ternak yang masuk ke shelter Kandang Singlar, Sleman, Yogyakarta. Shelter ini adalah tempat ternak warga dusun Singlar, Cangkringan berteduh dan masih ada tempat untuk sapi dari dusun lainnya yang mau mengungsi.