ME, COP SCHOOL AND KALIMANTAN

Saya hidup di Kalimantan dan saya mengenal begitu baik budaya hidup di Kalimantan. Saya di besarkan di tengah-tengah hutan di Kaki bukit Merangat, yang terletak di Desa Laung, Kecamatan Seberuang. Saya sangat memahami sistem alam di sekitar mulai dari air jatuh di puncak bukit Merangat hingga sampai di Muara Sungai Batang Seberuang. Saya memahami setiap pohon yang tumbuh hingga ia berbuah dan burung berkumpul di atasnya serta babi membuat kubangan di bawahnya.

Suatu hari saya naik di atas puncak Bukit Merangat, di atas sana saya bisa melihat hutan yang begitu luas di depan ladang kami. Hutan yang tidak ada hujungnya seperti di dalam buku IPS yang mengajarkan tentang Kalimantan adalah Lautan Hutan.

Tahun 2004 saya meninggalkan desa Laung, dan sepanjang perjalanan hanya terlihat hutan dan sungai yang membelahnya hingga tiba di kota Sintang.

Tahun 2010 aku kembali ke sana, tepat setelah 6 tahun aku tidak pernah melewati jalan tersebut. Sungguh apa yang aku lihat adalah perkebunan kelapa sawit serta tankI CPO melintas membelah hutan. Tidak aku pahami apa yang terjadi sampai suatu hari saya keluar dari Kalimantan untuk melihat semua itu dari sudut pandang yang berbeda. Ternyata semua TIDAK BAIK-BAIK SAJA.

Tahun 2011 saya memiliki kesempatan untuk mengikuti COP School Bacth #1 di Jogjakarta, sebuah pelajaran yang saya terima tentang tanah dimana saya di lahirkan. Saat itu saya satu-satunya peserta COP School yang berasal dari Kalimantan. Di sanalah mata saya terbuka bahwa hutan yang hidup bersama saya di pedalaman Kalimantan secara perlahan telah menghilang dan akan terus seperti itu jika tidak dihentikan. Saya sangat memahami apa yang akan terjadi dengan orang di pedalaman seperti saya ketika hutan hilang. Bahan bangunan rumah kami berkurang, sungai-sungai kami tercemar, kampung kami masuk di dalam ijin usaha perkebunan dan di sana tidak ada cara untuk bertahan hidup dengan sistem lama yang diajarkan oleh leluhur kami.

Wahyuni, salah satu pendiri Centre for Orangutan Protection pernah berkata kepada saya, “Kita tidak harus menang, yang kita harus lakukan adalah membuktikan.”. COP School mengajarkan saya untuk melihat sisi lain dari Konservasi Orangutan bukan hanya tentang membantu menyelamatkan populasI orangutan, tetapi juga hutan sebagai sumber dari banyak kehidupan.

Saya adalah Paulinus Kristianto, putra pedalaman Kalimantan Barat.
Bergabunglah bersama COP School Bacth #6, dan buktikan kita melawan untuk hutan di tanah KALIMANTAN, INDONESIA. (NUS)

Comments

comments

You may also like