NOVI IS WAITING FOR HIS FREEDOM

This is Novi, an orangutan who lives under the house and be friend’s dog. In April 2015, the APE Crusader team rescued him and took him to the COP Borneo Orangutan Rehabilitation Center in Berau, East Kalimantan. Novi is fast developing. Since last December 2015, Novi has lived freely on the orangutan island, which is only limited by fast-flowing rivers. However, human intervention still exists, by giving food every morning and evening. The supervision was also carried out by the patrol team to ensure that orangutans living on the island were in good condition.

Now Novi is ready to be released back to its habitat. A series of medical examinations have been passed and the results are good. The report of his behavior during the orangutan island was also satisfying. “There is no reason to hold him longer in a rehabilitation center. Novi is ready to be released.”, said Reza Kurniawan, Borneo COP manager.

The orangutan release process is not as easy as turning your palm. Orangutans still have to undergo a quarantine period while waiting for readiness for the release site. This will be a boring time for him. Being in the quarantine cage with space restrictions greatly affects the orangutans including the team in the field. Let’s support Novi and the team to stay excited. “Novi … be patient!” (LSX)

NOVI MENANTIKAN KEBEBASANNYA
Ini adalah Novi, orangutan yang hidup di kolong rumah berteman anjing. Pada April 2015 yang lalu, tim APE Crusader menyelamatkannya dan membawanya ke Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Novi cepat sekali perkembangannya. Sejak Desember 2015 yang lalu, Novi hidup bebas di pulau orangutan yang hanya dibatasi oleh sungai berarus deras. Namun, campur tangan manusia masih ada, dengan memberikan makanan setiap pagi dan sore. Pengawasan juga dilakukan oleh tim patroli untuk memastikan orangutan yang hidup di pulau dalam kondisi baik.

Kini Novi siap untuk dilepaskan kembali ke habitatnya. Serangkaian pemeriksaan medis sudah dilaluinya dan hasilnya baik. Laporan perilakunya selama di pulau orangutan juga memuaskan. “Tak ada alasan untuk menahannya lebih lama di pusat rehabilitasi. Novi siap dilepasliarkan.”, ujar Reza Kurniawan, manajer COP Borneo.

Proses pelepasliaran orangutan tak semudah membalik telapak tangan. Orangutan masih harus menjalani masa karantina sembari menunggu kesiapan lokasi pelepasliaran. Ini akan menjadi masa-masa membosankan untuknya. Berada di kandang karantina dengan batasan ruang sangat mempengaruhi mental orangutan termasuk tim di lapangan. Yuk dukung Novi dan tim untuk tetap bersemangat. “Novi… sabar ya!”.

SPUTUM SAMPLE OF LECI THE ORANGUTAN, CLEAN

Taking sputum sample of orangutan is a tension of its own. “From COP Borneo orangutan rehabilitation center to the town of Berau already takes 90 minutes. Not to mention fly from Berau, transit in Balikpapan, and arrive in Jakarta. And then continue from the airport to Microbiology Laboratorium of Universitas Indonesia which traffic is unpredictable.” explained Ryan Winardi, the vetenarian of COP Borneo. The sample is impossible to send via expedition because it can only last within 24 hours. Plus, the temperatur should be kept in the range of 4-8 degrees Celcius.

But, the difficulty paid off when arrived at the laboratory and the sample still in a good condition. The result which can be known a week later is also a thrilling waiting. And if it fails, the calculation of cost and time will overshadow. The result is… Yes… the light-footed Leci can be released.

Step by step, rehabilitation of orangutan leci goes. Of course, all of this is supported by all parties, including goverments, individuals, and other institution. Right now, Leci is waiting for the green light of release site. The location that will be home to her. Lets help orangutan Leci for the release process and the monitoring afterward.. email us if you can be a volunteer  info@orangutanprotection.com (SAR)

SAMPEL DAHAK ORANGUTAN LECI, BERSIH
Pembawaan sampel dahak orangutan merupakan ketegangan tersendiri. “Dari pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo ke kota Berau saja sudah 90 menit. Belum lagi terbang dari Berau, transit di Balikpapan dan ke Jakarta. Lanjut lagi bandara ke Laboratorium Mikrobiologi UI yang macetnya sulit diprediksi.”, urai Ryan Winardi, dokter hewan COP Borneo. Sampel mustahil dikirim lewat ekspedisi karena sampel hanya bisa bertahan dalam waktu 24 jam. Selain itu, suhu yang menjaga sampel tersebut harus dalam kisaran 4-8 derajat celsius.

Namun kesulitan itu terbayar saat sampai laboratorium dan sampel masih berada dalam kondisi baik. Hasil yang dapat diketahui seminggu kemudian juga merupakan penantian yang mendebarkan. Dan jika gagal, kalkulasi biaya dan waktu pun membayangi. Hasilnya… Yes… si lincah Leci bisa dilepasliarkan kembali.

Tahap demi tahap rehabilitasi orangutan Leci berjalan. Tentu saja ini atas dukungan semua pihak baik pemerintah, perorangan dan lembaga lainnya. Saat ini, Leci menunggu lampu hijau lokasi pelepasliaran. Lokasi yang kelak menjadi rumah baginya. Bantu orangutan Leci untuk proses lepas liar dan monitoring setelahnya yuk… email kami jika kamu bisa menjadi relawan info@orangutanprotection.com

UNTUNG IS FREE FROM TUBERCULOSIS

The first week of May, Untung had undergone a sputum sampling for pre-release orangutan. The orangutan called Untung is an orangutan who came from a zoo in Samarinda. Untung is a second orangutan who will go back to the wild, after Oki in September 2017.

The sputum sampling aims to examine Tuberculosis in orangutan. Orangutan who will be released must be ensured free from infectious diseases, including Tuberculosis.

The result of UI Microbiology Laboratorium states that Untung is clean. “Thankfully.. Untung is clean and healthy.”, says drh. Ryan Winardi blissfully. “Just another technical process that Untung has to undertake. Hopefully, the administrative affairs of the release site will be approved soon, so that Untung, who is lucky without perfect fingernails, can be released to his habitat soon.” says Reza Kurniawan, the Manager of COP Borneo, orangutan rehabilitation center in Berau regency, East Borneo. (SAR)

UNTUNG BERSIH DARI TUBERKULOSIS
Minggu pertama bulan Mei, Untung telah menjalani pengambilan sampel dahak/sputum orangutan pra-pelepasliaran. Orangutan yang bernama Untung ini adalah, orangutan yang berasal dari kebun binatang di Samarinda. Untung adalah orangutan kebun binatang kedua yang akan kembali ke alam, setelah sebelumnya Oki pada September 2017.

Pengambilan sampel dahak ini bertujuan untuk pemeriksaan Tuberkulosis pada orangutan. Orangutan yang akan dilepasliarkan ke alam harus dipastikan tidak mengidap penyakit menular salah satunya Tuberculosis.

Hasil pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi UI menyatakan Untung bersih. “Syukurlah… Untung bersih dan sehat.”, ujar drh. Ryan Winardi lega. “Tinggal proses teknis lainnya yang akan dijalanin Untung. Semoga urusan administrasi lokasi pelepasliaran segera disetujui, agar Untung, yang beruntung karena tanpa jari-jari yang sempurnanya, bisa segera dilepasliarkan ke habitatnya.”, kata Reza Kurniawan, manajer pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini.